Liputan6.com, Jakarta - Perum Bulog menggelar Indonesia International Rice Conference (IIRC) 2024 di Nusa Dua Bali. Acara ini digelar untuk menjawab isu ketahanan pangan dari produk beras di tengah banyaknya tantangan global yang melanda di dunia.
Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Bulog Sonya Mamoriska Harahap menjelaskan, dunia saat ini tengah menghadapi kompleksitas dan ketidakpastian dalam industri beras. Oleh sebab itu konsep ketahanan muncul.
Advertisement
Konsep ini bukan hanya sebagai strategi, tetapi sebagai kebutuhan. Ketahanan dalam produksi beras berarti kemampuan negara-negara di dunia terutama produsen beras untuk mengantisipasi, mempersiapkan, dan beradaptasi terhadap gangguan sambil mempertahankan kapasitas untuk menyediakan pasokan pangan yang andal dan berkelanjutan.
"Ketahanan bukan hanya tentang bangkit kembali setelah krisis, tetapi tentang berkembang di tengah kesulitan," jelas dia dikutip Jumat (20/9/2024).
Ia pun menjelaskan, konsep ketahanan bagi petani beras adalah dengan mengadopsi praktik pertanian cerdas iklim yang mengurangi kerentanan terhadap cuaca ekstrem. Bagi peneliti, bisa berarti mengembangkan varietas beras baru yang tahan terhadap kekeringan, salinitas, dan hama.
"Bagi pembuat kebijakan, itu berarti menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi, investasi, dan praktik berkelanjutan di seluruh rantai nilai beras," tutur dia.
Membangun ketahanan sangat penting karena taruhannya sangat tinggi. Beras bukan hanya tanaman pangan. Ini adalah garis hidup bagi miliaran orang di seluruh dunia. Ini mendukung mata pencaharian, menyediakan nutrisi penting, dan memainkan peran penting dalam ekonomi banyak negara.
Menurutnya, perjalanan menuju ketahanan membutuhkan kolaborasi dan tindakan kolektif. Pemerintah, sektor swasta, petani, peneliti, dan komunitas harus bekerja bersama-sama, berbagi pengetahuan, sumber daya, dan teknologi.
Bulog Kumpulkan Pelaku Industri Beras dari 17 Negara Bahas Ketahanan Pangan
Perum Bulog menggelar Indonesia International Rice Conference (IIRC) 2024 di Nusa Dua Bali. Acara ini dihadiri oleh pelaku industri beras dari 17 negara di seluruh dunia.
Acara yang diinisiasi oleh Perum Bulog ini untuk menjawab isu ketahanan pangan dari produk beras di tengah banyaknya tantangan global yang melanda di dunia.
Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Bulog Sonya Mamoriska Harahap menjelaskan, sejumlah isu penting dibahas dalam acara ini seperti perubahan iklim, gangguan ekonomi dan ketegangan geopolitik yang memperumit lanskap produksi dan distribusi beras.
“Ketahanan dalam konteks ini berarti lebih dari sekedar kelangsungan hidup, hal ini berarti mampu bertahan di tengah kesulitan dengan mengembangkan dan menerapkan solusi inovatif yang dapat mempertahankan produksi beras dalam menghadapi tantangan global ini.” ujar sonya pada Kamis (19/9/2024).
Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Rachmi Widiarini mengatakan, dalam menghadapi tantangan global ini Badan Pangan Nasional juga berharap dapat kolaborasi satu sama lain antara semua pelaku di industri pangan khususnya beras.
Langkah kolaborasi ini untuk memperkuat hubungan tiap stakeholders dan berharap kolaborasi dari Bulog dengan segala stakeholders-nya dapat memperkuat serta melalui konferensi ini bisa bekerjasama dan merumuskan ide gagasan untuk dapat menghadapi tantangan global.
Advertisement
Pertanian Tradisional Tidak Lagi Memadai
Country Director Untuk Indonesia and Timor-Leste, East Asia and Pacific World Bank Carolyn Turk menambahkan, komoditi beras merupakan komoditi yang memenuhi kebutuhan pangan dunia khususnya Indonesia.
"Harapannya melalui konferensi ini kita bisa mendapatkan solusi untuk membuat keberlanjutan pangan dan kehidupan," jelas dia.
Sonya melanjutkan, tantangan-tantangan yang saling terkait ini menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan pendekatan produksi beras yang berketahanan dan adaptif. Semua pihak harus menyadari bahwa metode pertanian dan distribusi tradisional mungkin tidak lagi memadai dalam menghadapi ancaman yang terus berkembang ini.