Indonesia Dapat Utang Rp 7,5 Triliun dari ADB buat Percepatan Transisi Energi

Direktur ADB untuk Indonesia Jiro Tominaga menuturkan, Indonesia berada di persimpangan sangat penting dalam perjalanan transisi energi.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Sep 2024, 12:19 WIB
Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB). (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) telah menyetujui pinjaman berbasis kebijakan senilai USD 500 juta atau sekitar Rp 7,55 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.101) untuk membantu Indonesia mempercepat transisi energinya. 

Program Transisi Energi yang Terjangkau dan Berkelanjutan akan mendukung berbagai langkah kebijakan Indonesia dalam mencapai kontribusi yang ditentukan secara nasional (NDC) dan target emisi bersih nol dari pembangkitan listrik pada 2050, salah satu dari dua subprogram dalam program ini.

"Indonesia berada di persimpangan yang sangat penting dalam perjalanan transisi energi-nya," ujar Direktur ADB untuk Indonesia Jiro Tominaga seperti dikutip dari keterangan resmi, Jumat (20/9/2024).

"Program pinjaman berbasis kebijakan ini mendukung pengembangan kebijakan dasar dan kolaboratif Indonesia guna mengidentifikasi dan menjawab berbagai tantangan kompleks di sektor ini dalam mempercepat peralihannya menuju energi berkelanjutan dan bersih,” ia menambahkan. 

Pesatnya pertumbuhan kapasitas pembangkitan listrik telah membantu Indonesia mengatasi sebagian besar kendala pasokan listrik-nya, tetapi mengakibatkan sangat ketergantungan kelistrikannya pada  sumber tenaga berbasis bahan bakar fosil antara lain batu bara, gas, dan diesel.

Program ini fokus membangun kerangka kebijakan dan regulasi yang kuat bagi transisi energi bersih, memperkuat tata kelola sektor dan keberlanjutan keuangan, serta memastikan transisi yang adil dan inklusif.

Salah satu langkah pentingnya adalah pengembangan Rencana Investasi dan Kebijakan Komprehensif (Comprehensive Investment and Policy Plan/CIPP), dengan dukungan dari Kemitraan Transisi Energi Adil Indonesia, yang mengidentifikasi persyaratan dan peluang investasi untuk mencapai transisi energi yang adil.

Langkah penting lainnya termasuk penyempurnaan regulasi guna meningkatkan skala kapasitas energi terbarukan, dan prakarsa untuk memperkuat kapasitas dan tata kelola badan usaha milik negara di bidang energi, termasuk meningkatkan kesetaraan gender.

 


Upaya Bersama

Luncurkan Strategi Nol Bersih untuk Ibu Kota Baru, Indonesia Dapat Dukungan dari ADB.

Program ini merupakan upaya bersama dari ADB dan mitra pembiayaan bersamanya, yaitu Lembaga Pembangunan Prancis (AFD/Agence Française de Développement) dan Kerja Sama Pembangunan Jerman melalui KfW (Kreditanstalt für Wiederaufbau) untuk mendukung kepemimpinan pemerintah dalam transisi energi.

ADB memberikan dukungan yang sangat penting bagi tahap awal pengembangan regulasi transisi energi oleh pemerintah, dengan dukungan menyeluruh melalui Mekanisme Transisi Energi, pembiayaan infrastruktur yang dijamin pemerintah dan yang tidak dijamin pemerintah, serta rangkaian luas proyek bantuan teknis.

ADB berkomitmen mencapai Asia dan Pasifik yang makmur, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan, serta terus melanjutkan upayanya memberantas kemiskinan ekstrem. Didirikan pada 1966, ADB dimiliki oleh 68 anggota—49 di antaranya berada di kawasan Asia dan Pasifik.


ADB Pede Ekonomi Kawasan Asia Pasifik 2024 Tumbuh Lebih Tinggi, Berapa?

Suasana gedung bertingkat dan permukiman warga di kawasan Jakarta, Senin (17/1/2022). Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 5,2 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Asian Development Bank (ADB) menaikkan sedikit prakiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini bagi kawasan Asia yang sedang berkembang dan Pasifik menjadi 5,0% dari proyeksi sebelumnya 4,9%, seiring peningkatan ekspor regional yang melengkapi permintaan domestik yang masih kuat. Prakiraan pertumbuhan tahun depan dipertahankan pada 4,9%.

Kepala Ekonom ADB Albert Park, mengatakan hal ini sejalan dengan perkiraan inflasi akan melambat ke 2,9% tahun ini di tengah meredanya tekanan harga pangan global dan berlanjutnya pengaruh suku bunga yang lebih tinggi, demikian menurut edisi terbaru Asian Development Outlook (ADO), yang dirilis hari ini.

Setelah pemulihan pasca-pandemi yang didorong terutama oleh permintaan domestik, ekspor kembali meningkat dan membantu menggerakkan pertumbuhan ekonomi kawasan ini. Kuatnya permintaan global akan barang elektronik, terutama semikonduktor untuk aplikasi teknologi tinggi dan kecerdasan buatan, meningkatkan ekspor dari sejumlah perekonomian Asia.

“Sebagian besar Asia dan Pasifik merasakan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dibandingkan dengan paruh kedua tahun lalu,” ujar Albert Park dikutip dari laman ADB, Rabu (17/7/2024).

Menurutnya, fundamental kawasan ini masih kuat, tetapi para pembuat kebijakan tetap perlu memperhatikan sejumlah risiko yang dapat berdampak terhadap proyeksi ini, mulai dari ketidakpastian terkait hasil pemilu di perekonomian besar, sampai keputusan penetapan suku bunga dan ketegangan geopolitik.

Meskipun inflasi di kawasan ini secara keseluruhan sudah melambat menuju tingkat pra-pandemi, tekanan harga masih cukup tinggi di sejumlah perekonomian. Inflasi harga pangan masih tinggi di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Pasifik, sebagian akibat cuaca buruk dan pembatasan ekspor pangan yang dilakukan beberapa perekonomian.

 


Ekonomi China

Komuter yang memakai masker berjalan melintasi persimpangan di kawasan pusat bisnis pada hari dengan tingkat polusi udara yang tinggi di Beijing, China, Senin (6/3/2023). Pejabat ekonomi China menyatakan keyakinannya bahwa mereka dapat memenuhi target pertumbuhan tahun ini sekitar 5 persen dengan menghasilkan 12 juta pekerjaan baru dan mendorong pengeluaran konsumen setelah berakhirnya kontrol antivirus yang membuat jutaan orang tetap di rumah. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Park mengatakan, pertumbuhan bagi Republik Rakyat Tiongkok (RRT), perekonomian terbesar kawasan ini, dipertahankan pada 4,8% tahun ini. Berlanjutnya pemulihan konsumsi jasa dan ekspor yang lebih kuat daripada perkiraan, serta kegiatan industri, mendukung pertumbuhan ini, bahkan di tengah kesulitan sektor properti RRT yang belum juga stabil.

Lantaran Pemerintahannya memperkenalkan sejumlah langkah kebijakan tambahan pada bulan Mei untuk mendukung pasar properti.

Sementara, poyeksi untuk India, perekonomian dengan pertumbuhan tercepat di kawasannya, juga tidak berubah pada 7,0% untuk tahun fiskal 2024. Sektor industri India diproyeksikan akan tumbuh mantap, didorong oleh manufaktur dan permintaan kuat di sektor konstruksi. Pertanian diperkirakan meningkat kembali di tengah prakiraan musim hujan dengan curah hujan yang lebih tinggi daripada normal, sedangkan permintaan investasi masih kuat, yang dipimpin oleh investasi publik.

Asia Tenggara

Untuk Asia Tenggara, prakiraan pertumbuhan dipertahankan pada 4,6% tahun ini di tengah perbaikan yang kuat baik pada permintaan domestik maupun eksternal. Proyeksi tahun ini untuk Kaukasus dan Asia Tengah naik menjadi 4,5% dari sebelumnya 4,3%, sebagian didorong oleh pertumbuhan yang lebih kuat daripada perkiraan di Azerbaijan dan Republik Kirgiz.

Di Pasifik, proyeksi pertumbuhan untuk 2024 dipertahankan pada 3,3%, yang didorong oleh pariwisata dan belanja infrastruktur, bersamaan dengan bangkitnya lagi kegiatan pertambangan di Papua Nugini.

ADB berkomitmen mencapai Asia dan Pasifik yang makmur, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan, serta terus melanjutkan upayanya memberantas kemiskinan ekstrem. Didirikan pada 1966, ADB dimiliki oleh 68 anggota—49 di antaranya berada di kawasan Asia dan Pasifik.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya