Apresiasi Upaya Indonesia Cegah DBD, Takeda: Bisa Jadi Contoh Dunia

President Global Vaccine Business Unit Takeda dr Derek Wallace mengatakan, Indonesia dapat menjadi contoh bagi dunia dalam pencegahan DBD.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 20 Sep 2024, 16:09 WIB
[Kiri-kanan] dr. Budhy Widjojo, Head of Medical Affairs, PT Takeda Innovative Medicines; Derek Wallace, President of Global Vaccine Business Unit Takeda; Dr. dr. Anggraini Alam, Sp.A(K), Ketua UKK Infeksi dan Penyakit Tropis PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI; dan Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines; (Foto: Istimewa).

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan farmasi Takeda Global mengakui dan mengapresiasi kepemimpinan Indonesia dalam upaya-upaya pencegahan dan penanganan DBD yang berjalan hingga saat ini.

President Global Vaccine Business Unit Takeda dr Derek Wallace mengatakan, Indonesia dapat menjadi contoh bagi dunia dalam pencegahan DBD.

"Merupakan sebuah kehormatan dapat mengunjungi Indonesia, sebuah negara yang telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam memerangi DBD. Dilihat dari sudut pandang global, Indonesia menjadi contoh bagi dunia dalam pencegahan DBD, di mana para pemangku kepentingan dari berbagai sektor bersinergi secara efektif untuk melawan penyakit yang mengancam jiwa ini," ujar Derek dalam media briefing dan talk show ‘Kepemimpinan Indonesia dalam Melawan Dengue’ di Jakarta, Kamis, 19 September 2024.

Derek meyakini dedikasi berkelanjutan dari seluruh pemangku kepentingan membawa Indonesia berada di jalur yang tepat mencapai nol kematian akibat dengue pada 2030.

"Kepemimpinan pemerintah dalam mendorong inisiatif manajemen vektor, memperkuat kolaborasi multi-sektor, serta mengadaptasi pencegahan inovatif seperti vaksinasi ke dalam strategi nasional, menunjukkan pendekatan terintegrasi yang memberikan dampak. Saya yakin bahwa dengan dedikasi berkelanjutan dari seluruh pemangku kepentingan, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk mencapai tujuan bersama nol kematian akibat dengue pada tahun 2030,” ujarnya.

Di Indonesia, DBD masih menjadi beban kesehatan nasional yang cuup berat. Penyakit yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue, merupakan penyakit serius yang bisa menyerang seseorang lebih dari sekali, dengan infeksi lanjutan yang berpotensi lebih parah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, hingga April 2024, terdapat lebih dari 7,6 juta kasus global dengan lebih dari 3.000 kematian. Indonesia sendiri menjadi salah satu negara dengan tingkat prevalensi demam berdarah dengue tertinggi di Asia Tenggara.

Data Kementerian Kesehatan RI menyebutkan lebih dari 190.561 kasus dan 1.141 kematian dilaporkan hingga minggu ke-36 tahun ini, meningkat dari 114.720 kasus dan 894 kematian di tahun 2023. Beban ekonomi DBD juga signifikan; BPJS Kesehatan mencatatkan pembiayaan hingga Rp 1,3 triliun pada 2023, meningkat tajam dari Rp 626 miliar di tahun sebelumnya. 

 


Wamenkes Dante: Pemerintah Berkomitmen Perangi DBD

Melihat peningkatan kasus pada tahun 2023 hingga 2024, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) RI Prof dr Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD, Ph.D menyampaikan, pemerintah berkomitmen penuh terus memerangi DBD dengan langkah preventif yang terintegrasi. Dia pun mengatakan perlu langkah pencegahan yang lebih efektif dan inovatif, seperti yang diimplementasikan dalam enam strategi nasional penanggulangan dengue.

"Melihat peningkatan kasus yang terjadi dari tahun 2023 sampai dengan 2024 saat ini, menunjukkan perlunya langkah pencegahan yang lebih efektif dan inovatif. Untuk itu, Pemerintah Indonesia mendukung komitmen dengan enam strategi nasional penanggulangan dengue," ujar Dante.

Enam strategi nasional yang merupakan implementas peta jalan Neglected Tropical Diseases (NTD) 2020-2030 dari WHO tersebut mencakup:

1. Manajemen penguatan vektor aman dan berkesinambungan;

2. Peningkatan akses dan mutu tatalaksana dengue;

3. Penguatan surveilans dengue yang komprehensif serta manajemen KLB yang responsif;

4. Peningkatan pelibatan masyarakat yang berkesinambungan;

5. Penguatan komitmen pemerintah, kebijakan-manajemen program, dan kemitraan; dan

6. Pengembangan kajian, intervensi, inovasi, dan riset sebagai dasar kebijakan dan manajemen program berbasis bukti

"Namun tentunya, keberhasilan penanggulangan dengue tidak hanya tergantung pada komitmen pemerintah, tetapi juga membutuhkan dukungan dari semua pihak. Kolaborasi sinergis lintas-sektor sangat penting untuk memastikan pencegahan dan pengendalian dengue dapat berjalan efektif di seluruh Indonesia," imbuh Dante.

 


Dukungan Pemerintah Daerah

Adapun program yang telah dilaksanakan pemerintah Indonesia diantaranya:

1. pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M Plus,

2. Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J),

3. intervensi inovasi seperti pelepasan nyamuk ber-Wolbachia.

Kemitraan multisektor juga dijalin, diantaranya dengan menjadi tuan rumah International Arbovirus Summit 2024. Kementerian Kesehatan RI bersama dengan Kaukus Kesehatan DPR RI, dengan didukung oleh Bio Farma, PT Takeda Innovative Medicines, World Mosquito Program, dan para pemangku kepentingan lintas-sektor, juga meluncurkan Koalisi Bersama (KOBAR) Lawan Dengue pada tahun 2023 guna merumuskan penanggulangan DBD yang lebih menyeluruh di Indonesia.

Pemerintah daerah pun turut mendukung komitmen pencegahan DBD. Hal ini dapat dilihat dari program percontohan yang digagas oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, untuk memvaksinasi 9.800 anak-anak usia sekolah dasar di kota Balikpapan yang kemudian dilanjutkan ke kota Samarinda.

Selain itu, baru-baru ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo meluncurkan program serupa yang menyasar anak Sekolah Dasar dan MI, didanai murni oleh APBD. Kabupaten Probolinggo merupakan kabupaten dengan kasus DBD tertinggi kedua di Jawa Timur (2309 kasus hingga Agustus 2024), sementara Jawa Timur sendiri merupakan provinsi dengan dengan kasus DBD tertinggi kedua nasional. Sasaran pemberian vaksinasi DBD kepada 1.120 siswa Sekolah Dasar dimulai di wilayah kerja Puskesmas Paiton, sebagai daerah dengan jumlah kasus tertinggi di Kab. Probolinggo.

 


Kolaborasi Berbagai Pihak

Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines Andreas Gutknecht menyampaikan, pencegahan merupakan kunci melawan DBD dan semua pihak perlu berperan aktif untuk membuat perubahan.

"Ada tiga langkah yang bisa kita lakukan bersama-sama yaitu mengedukasi diri sendiri dan orang lain seputar DBD serta pencegahannya, mengendalikan nyamuk dengan 3M Plus, dan terakhir memanfaatkan metode pencegahan yang inovatif seperti vaksin DBD. Bersama-sama kita bisa membuat perbedaan. Takeda di Indonesia berkomitmen untuk menjadi mitra jangka panjang dalam melawan DBD melalui pencegahan inovatif kami dan lebih dari itu. Kami bekerja sama dengan seluruh jajaran pemerintah dan pemangku kepentingan swasta untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi keluarga dan masyarakat di seluruh Indonesia,” tuturnya.

Strategi dan inisiatif pencegahan DBD di Indonesia ini pun disebut dapat menjadi pembelajarn guna menemukan formulasi penanganan DBD yang lebih baik.

"Kami akan membawa strategi dan inisiatif pencegahan DBD yang dijalankan di Indonesia sebagai salah satu pembelajaran untuk memformulasikan penanganan DBD yang lebih baik demi menciptakan masa depan yang lebih sehat dan bebas dari ancaman DBD," tutup Derek.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya