Indodax Sempat Kena Retas, Investor Kripto Harus Apa?

Platform perdagangan kripto, Indodax sempat terkena retas beberapa waktu lalu. Investor kripto dinilai bisa melakukan antisipasi terhadap kemungkinan peretasan di kemudian hari.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 21 Sep 2024, 13:07 WIB
Perkembangan pasar aset kripto di Indonesia. Platform perdagangan kripto, Indodax sempat terkena retas beberapa waktu lalu. Investor kripto dinilai bisa melakukan antisipasi terhadap kemungkinan peretasan di kemudian hari. foto: istimewa

Liputan6.com, Jakarta Platform perdagangan kripto, Indodax sempat terkena retas beberapa waktu lalu. Investor kripto dinilai bisa melakukan antisipasi terhadap kemungkinan peretasan di kemudian hari.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Blockchain dan Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo-ABI), Yudhono Rawis menyarankam sejumlah langkah. Diantaranya, investor kripto harus memilih pedagang kripto yang memiliki reputasi baik dan terdaftar di Bappebti.

Sertifikasi keamanan seperti ISO 27001 dan penerapan teknologi keamanan tinggi menjadi indikator penting dalam memastikan keamanan aset nasabah.

Investor juga disarankan untuk memeriksa mekanisme Proof of Reserve (PoR), yang memastikan cadangan aset sesuai dengan dana nasabah yang dimiliki dan terpisah dari kebutuhan operasional perusahaan.

"Kami selalu mengedukasi investor agar lebih berhati-hati dan teliti dalam memilih platform untuk bertransaksi. Mengetahui kebijakan keamanan yang diterapkan oleh platform adalah langkah penting untuk meminimalisir risiko," kata Yudho dalam keterangannya, Sabtu (21/9/2024).

Tak cuma itu, CEO Tokocrypto ini juga meminta investor untuk memantau keamanan secara rutin di platform yang digunakan. Kemudian, turut mengutamakan langkah-langkah perlindungan pribadi. Misalnya dengan menggunakan otentikasi multifaktor dan menjaga keamanan informasi login.

"Dengan demikian, investor dapat merasa lebih tenang dalam mengelola aset kripto mereka," papar Yudho.

Kepercayaan Investor Kripto di Indonesia

Lebih lanjut, Yudho menurutkan, Indonesia berhasil memperkuat posisinya di ruang aset digital global. Buktinya, Indonesia menempati peringkat ketiga dunia untuk adopsi kripto pada 2024 menurut Chainalysis.

"Ini menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap ekosistem kripto Indonesia tetap kuat," kata dia.

Salah satu alasan utama kepercayaan investor tetap terjaga yakni kehadiran regulasi yang ketat dan penerapan langkah-langkah keamanan yang komprehensif oleh para pedagang kripto di Indonesia.

"Pasalnya, dengan kejelasan peraturan dan regulasi yang semakin matang, mekanisme adopsi aset digital menjadi semakin mudah untuk dilaksanakan. Hal ini tidak hanya mendorong pertumbuhan jumlah investor, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih aman dan transparan bagi semua pelaku industri kripto," urainya.


Pasar Kripto Masih Tunggu Kepastian Ekonomi AS Pasca The Fed Pangkas Suku Bunga

Ilustrasi berbagai macam aset kripto. (Foto By AI)

Sebelumnya, pasar mata uang kripto diramal positif usai penurunan suku bunga Amerika Serikat sebesar 50 basis poin. Namun, ada aspek lain yang masih ditunggu oleh pelaku pasar.

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan, pasar kripto juga menunggu data ekonomi Amerika Serikat. Misalnya, Personal Consumption Expenditures (PCE) yang bisa menjadi penentu arah kebijakan selanjutnya.

"Bitcoin memang akan naik, tetapi tidak akan langsung melonjak drastis seperti 'God Candle.' Masih ada kemungkinan penurunan atau fluktuasi di beberapa momen sebelum tren bullish berlanjut. Para investor kini fokus pada rilis data PCE pada 27 September untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kondisi inflasi di AS," ujar Fyqieh dalam keterangannya, Jumat (20/9/2024).

Data PCE akan menjadi indikator penting bagi The Fed dalam menentukan kebijakan moneter ke depan, yang berpotensi memengaruhi pergerakan harga Bitcoin dan aset kripto lainnya. Jika inflasi menunjukkan penurunan, ada kemungkinan The Fed akan melanjutkan kebijakan pelonggaran yang dapat memperkuat sentimen positif di pasar kripto.

Sebaliknya, jika inflasi masih tinggi, volatilitas bisa meningkat dan memicu aksi jual di pasar. Fyqieh menekankan pentingnya kehati-hatian dalam mengambil posisi di pasar kripto saat ini.

"Meskipun momentum positif saat ini terlihat menjanjikan, volatilitas pasar kripto tetap tinggi, terutama dengan ketidakpastian global yang ada. Investor perlu melakukan uji tuntas dan mempertimbangkan potensi risiko sebelum melakukan transaksi lebih lanjut," urai dia.

Ke depan, pasar kripto diperkirakan akan bergerak fluktuatif dalam beberapa bulan mendatang, dengan Bitcoin diprediksi dapat mengalami perubahan harga antara 2-3 persen akibat kebijakan yang diterapkan oleh The Fed.

Pemangkasan suku bunga oleh The Fed telah memberikan dorongan positif pada pasar kripto, terutama Bitcoin, yang naik signifikan setelah pengumuman tersebut. Namun, dengan ketidakpastian yang masih melingkupi kebijakan moneter global, investor diimbau untuk tetap berhati-hati dalam mengambil langkah.

"Kombinasi kebijakan moneter yang lebih longgar dan ketidakpastian global akan terus membentuk dinamika pasar kripto dalam beberapa waktu ke depan," pungkasnya.

 


Harga Bitcoin Tembus Rp 954 Juta

Ilustrasi kripto (Foto By AI)

Bank Sentral Ameria Serikat, Federal Reserve atau The Fed resmi memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bsp). Pemangkasan ini langsung berdampak pada harga kripto.

Tercatat, harga Bitcoin (BTC) bahkan melinjak hingga USD 62.000 atau sekitar Rp 954 juta setelah pemangkasan suku bunga AS tersebut.

Pemangkasan suku bunga acuan ini disambut positif oleh pasar, baik saham maupun kripto, yang mengalami kenaikan langsung setelah keputusan diumumkan. Ekuitas AS naik dengan indeks Nasdaq dan S&P 500 mencatat kenaikan antara 0,6-0,8 persen, sementara Bitcoin mengalami lonjakan lebih dari 2 persen ke USD 62.000.

"Pemangkasan suku bunga oleh The Fed memunculkan harapan bahwa kebijakan moneter yang lebih longgar akan mendorong lebih banyak investasi ke aset berisiko, termasuk kripto," ujar Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur dalam keterangannya, Jumat (20/9/2024).

"Dengan suku bunga yang lebih rendah, investor cenderung mencari alternatif yang lebih menguntungkan seperti Bitcoin untuk melindungi nilai aset mereka," imbuhnya.

Fyqieh juga menambahkan volatilitas yang dialami Bitcoin pasca pengumuman The Fed adalah wajar. Pasalnya para pelaku pasar juga melakukan aksi ambil untung, untuk menutup kerugian investasi mereka sebelumnya.

"Pergerakan harga Bitcoin yang melonjak hingga 3 persen setelah keputusan suku bunga ini mencerminkan sentimen positif investor terhadap kebijakan tersebut. Namun, koreksi yang terjadi kemudian menunjukkan bahwa pasar masih mencari stabilitas di tengah ketidakpastian yang ada," bebernya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya