Teknologi TrackVision, Solusi Cerdas untuk Wujudkan Zero Accident di Industri Transportasi

Salah satu teknologi yang dapat membantu mewujudkan nihil kecelakaan kerja di bidang transportasi adalah TrackVision yang diluncurkan oleh McEasy.

oleh Sulung Lahitani diperbarui 20 Sep 2024, 17:04 WIB
(doc: Liputan6/Sulung Lahitani) Ki-Ka: Grady Kusmulyadi, Chief Product Officer, McEasy; Head of Physical Logistics PT Nestlé Indonesia, Leonard Steve Najoan; Agung Prayitno, IT Director, Tanto Intim Line; dan Makkuraga, Direktur PT Prima Safetindo Internasional (PRIMESAFETY) dan Instruktur Senior Defensive Driving Training.

Liputan6.com, Jakarta Bagi pelaku bisnis, baik perusahaan besar ataupun kecil, tentu tidak asing dengan istilah zero accident yang berarti kecelakaan nol atau nihil. Program ini merupakan bagian dari Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang meliputi cara menjaga keselamatan pengemudi dan muatannya agar selamat sampai ke tempat tujuan.

Direktur PT Prima Safetindo Internasional (PRIMESAFETY) dan Instruktur Senior Defensive Driving Training, Makkuraga menjelaskan bahwa 'zero accident' juga dapat mencakup dua definisi. Selain sebagai penghargaan yang diberikan pemerintah lewat Kementerian Perhubungan sebagai bentuk apresiasi pada perusahaan yang berhasil menerapkan program K3 dengan baik, ini juga dapat berarti program yang diinisiasi agar minim kecelakaan.

“Hingga September 2024 tercatat ada lebih dari 96.000 lakalantas yang terjadi di Indonesia. Sebanyak 96% laka lantas justru terjadi saat cuaca sedang cerah dan jalan kering. 94% laka lantas terjadi karena human factor, seperti mengendalikan kendaraan tanpa persiapan, kelelahan dan ketidak sigapan. Karenanya, selain meningkatkan keterampilan mengemudi di jalan, perlu adanya intervensi teknologi untuk meningkatkan keselamatan di jalan,” ungkap dia.

Salah satu teknologi yang dapat membantu mewujudkan nihil kecelakaan kerja di bidang transportasi adalah TrackVision yang diluncurkan oleh McEasy.

 


Teknologi TrackVision dari McEasy

(doc: Liputan6/Sulung Lahitani) Ki-Ka: Grady Kusmulyadi, Chief Product Officer, McEasy; Head of Physical Logistics PT Nestlé Indonesia, Leonard Steve Najoan; Agung Prayitno, IT Director, Tanto Intim Line; dan Makkuraga, Direktur PT Prima Safetindo Internasional (PRIMESAFETY) dan Instruktur Senior Defensive Driving Training.

Untuk diketahui, ini merupakan teknologi kamera delapan titik yang memberikan keamanan ekstra bagi pengemudi, penumpang, dan muatan karena dilengkapi teknologi artificial intelligence (AI).

"Kami menghadirkan TrackVision yang dilengkapi kecerdasan buatan, yaitu ADAS (Advanced Driver Monitoring System) dan DMS (Driver Monitoring System). Studi menunjukkan bahwa program keselamatan pengemudi jika dikombinasikan dengan sistem pemantauan di dalam kendaraan dan kamera, dapat mengurangi kejadian kritis terkait keselamatan hingga 59%," ungkap Chief Product Officer McEasy, Grady Kusmulyadi saat ditemui di Jakarta pada Kamis, (19/8/2024).

Lebih jauh, Grady menjelaskan bahwa teknologi ADAS dapat mengidentifikasi apabila kendaraan berpindah jalur, terdapat indikasi benturan, atau tidak menjaga jarak aman. Di sisi lain, teknologi DMS akan mengidentifikasi apabila pengemudi mengantuk, tidak fokus, menelepon, merokok (apabila membawa barang berbahaya), tidak menggunakan sabuk pengaman, atau membawa muatan lain yang tidak resmi.

Saat ini, terdapat lebih dari 1.500 perusahaan dari 50 industri yang telah berintegrasi dalam ekosistem McEasy. Beberapa di antaranya adalah PT Nestle Indonesia, Tanto Intim Line, Pelindo Group, PT Parama Global Inspira (Wardah), JNE dan Samator.

 


Kelebihan-kelebihan teknologi McEasy

Tak sampai di sana, faktanya teknologi TrackVision dari McEasy juga dilengkapi dengan fitur SOS Button untuk pengemudi apabila mengalami kendala di jalan, Cut off untuk mematikan mesin kendaraan, serta Double Relay untuk mencegah pencurian kendaraan jika GPS terlepas.

Grady mengakui, meski teknologi McEasy tersebut sudah makin banyak digunakan namun untuk di daerah dengan sinyal GSM yang kurang masih terdapat kendala.

"Teknologi kita itu menggunakan sinyal GSM gitu, ya. Namun, sistem kami juga sudah bisa terkoneksi Wifi. Jadi misalnya di area tambang yang tidak ada sinyal, mereka bisa menggunakan wifi yang ada di area itu untuk melakukan monitoring," ujar dia.

Meski demikian, Grady meyakinkan bahwa meski kendaraan memasuki wilayah yang susah sinyal, namun pengguna tak perlu takut akan data yang hilang selama dalam perjalanan.

"Kalau misalnya tidak bisa dilakukan informasi pada saat itu juga, bukan berarti datanya hilang. Tetapi tersimpan dan begitu kendaraan itu sudah mendapatkan sinyal, maka informasi-informasi pelanggaran atau recording baru akan masuk ke dalam server cloud untuk dari sisi operasional mendapat rekam jejak peristiewa-peristiwa yang terjadi," pungkas dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya