Efek The Fed Turunkan Suku Bunga, Bitcoin Berpeluang Menguat

Platform analitik onchain CryptoQuant, menunjukkan perlambatan dramatis dalam tingkat shorting BTC institusional.

oleh Tira Santia diperbarui 22 Sep 2024, 13:34 WIB
Data dari Cointelegraph Markets Pro dan TradingView menunjukkan harga bitcoin tertinggi dalam tiga minggu. (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Data dari Cointelegraph Markets Pro dan TradingView menunjukkan harga bitcoin tertinggi dalam tiga minggu baru mendekati USD 63.500 di Bitstamp.

Kegembiraan atas pelonggaran kebijakan moneter jangka panjang Amerika Serikat berlanjut setelah Federal Reserve memberikan pemotongan suku bunga sebesar 0,5% sehari sebelumnya.

Ekuitas dan emas keduanya bergerak naik, S&P 500 mendekati tertinggi baru sepanjang masa, sementara BTC/USD akhirnya mulai membuat kemajuan menuju resistensi utama yang mendekati rekor puncaknya sendiri dari bulan Maret.

"Selisih treasury 2Y/10Y AS, indikator resesi, telah terbalik sejak Juli 2022 tetapi baru-baru ini meningkat tajam menjadi +8bps, mencerminkan optimisme pasar dan pergeseran ke aset berisiko,” tulis firma perdagangan QCP Capital, dikutip dari Cointelegraph.com, Minggu (22/9/2024).

QCP mencatat the Fed merencanakan pemangkasan lebih lanjut, dua di antaranya harus dilakukan sebelum akhir tahun. Atas dampak The Fed tersebut, S&P 500 dan Nasdaq sekarang naik lebih dari 20% tahun ini saja. Tercatat sejak 6 September, S&P 500 telah menambahkan USD3 triliun dalam kapitalisasi pasar.

Di sisi lain, pedagang populer dan komentator media sosial Byzantine General menggambarkan pasar spot yang "kuat," sementara pedagang kripto, analis, dan pengusaha Michaël van de Poppe mengatakan bahwa BTC/USD "berjalan dengan baik."

 

"Saya berasumsi kita akan berkonsolidasi sebelum kita terus naik, tetapi pada dasarnya, karena Powell telah berbicara, pasar sedang naik. Tidak lebih. Hanya banyak ruang untuk membeli saat turun," kata van de Poppe.

 


Melihat Langkah Investor Institusi

Ilustrasi Kripto atau Penambangan kripto. Foto: Freepik

Data terbaru dari sumber daya pemantauan CoinGlass menunjukkan resistensi menebal di atas kepala tepat di bawah USD64.000, yang merupakan target harga BTC pasca-Fed yang populer. Adapun di tengah arus campuran untuk dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) Bitcoin spot AS selama seminggu, data baru mengungkapkan perubahan sikap di antara lembaga.

Data yang diunggah ke X oleh Ki Young Ju, pendiri platform analitik onchain CryptoQuant, menunjukkan perlambatan dramatis dalam tingkat shorting BTC institusional.

"Lembaga tidak lagi melakukan shorting Bitcoin secara agresif. Posisi bersih berjangka CME telah menurun sebesar 75% selama 5 bulan terakhir," ujar Ki Young Ju.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Nasabah Korporat Binance Naik 40%, Industri Kripto Makin Cerah?

Binance. Photo: Kanchanara/unsplash

Sebelumnya, bursa kripto Binance mengalami peningkatan sebesar 40% dalam jumlah investor institusional dan korporat yang bergabung dengan platformnya tahun ini. Hal ini diungkap oleh CEO Binance Richard Teng dalam wawancara dengan Lin Lin dari CNBC. 

Teng, yang menjabat sebagai CEO sejak November 2023, menyatakan bahwa alokasi investasi ke kripto oleh institusi masih berada di tahap awal, dengan banyak dari mereka yang masih melakukan penilaian dan tinjauan menyeluruh.

"Alokasi investasi ke kripto oleh institusi baru berada di permukaan. Ini baru permulaan karena banyak dari mereka masih melakukan due diligence," kata Teng di sela-sela konferensi Token2049 di Singapura, dikutip dari CNBC, Jumat (20/9/2024).

“Kami sendiri telah melihat peningkatan besar dalam jumlah investor institusional dan korporat. Kami mencatat peningkatan 40% dalam proses onboarding kategori tersebut sepanjang tahun ini," tambahnya.

Namun, Teng tidak menyebutkan nama perusahaan spesifik atau seberapa besar ukuran perusahaan yang terlibat.

Pertumbuhan ini mencerminkan bagaimana modal besar mulai tertarik pada Bitcoin dan mata uang kripto lainnya, meskipun Binance sempat terkena penyelidikan di Amerika Serikat (AS) dan menyetujui penyelesaian sebesar USD 4,3 miliar atau sekitar Rp 66 triliun.

Changpeng Zhao, miliarder sekaligus salah satu pendiri dan mantan CEO Binance, mengundurkan diri tahun lalu sebagai bagian dari penyelesaian tersebut, meskipun ia tetap menjadi pemegang saham besar di perusahaan ini, menurut Teng.

Teng juga mengungkapkan bahwa Binance telah beralih dari perusahaan yang dipimpin oleh pendirinya menjadi perusahaan yang dipimpin oleh dewan direksi yang terdiri dari tujuh orang, sebuah struktur yang menurutnya lebih familiar bagi regulator.

Teng sendiri bergabung dengan Binance pada tahun 2021 sebagai CEO operasi perusahaan di Singapura, setelah sebelumnya menjabat sebagai CEO Otoritas Regulasi Layanan Keuangan di Abu Dhabi Global Market dan kepala pejabat regulasi di Singapore Exchange.

 


Meningkatnya Minat Institusi terhadap Kripto

Ilustrasi binance (Foto: Unsplash/Kanchanara)

Bitcoin diluncurkan pada tahun 2009, membuka jalan bagi banyak mata uang kripto lainnya yang berbasis pada teknologi blockchain serupa. Teknologi ini menghilangkan kebutuhan akan perantara pihak ketiga dengan menciptakan catatan transaksi yang permanen dan aman antara dua pihak secara cepat.

Setelah bertahun-tahun ketidakpastian regulasi, Amerika Serikat akhirnya menyetujui dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) untuk harga spot bitcoin pada Januari tahun ini. Pada bulan Juli, AS juga mengizinkan perdagangan ETF serupa untuk ether, salah satu mata uang kripto lainnya.

Teng mengatakan bahwa kejelasan regulasi semacam ini "akan memberikan kepastian bagi pengguna arus utama." Teng juga menghubungkan rekor harga bitcoin yang mencapai lebih dari USD 70.000 atau sekitar Rp 1 miliar pada bulan Maret dengan "efek dari institusi yang mulai masuk ke pasar."

 

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya