2 Jenis Bedah Otak untuk Parkinson, Harapan Baru bagi Penderita yang Kesulitan Bergerak

Penyakit Parkinson Tak Lagi Menakutkan, Bedah Otak untuk Penderita Parkinson Kini Jadi Kenyataan.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 21 Sep 2024, 16:18 WIB
Parkinson Mulai Mengganggu? Inilah Prosedur Bedah Otak yang Bisa Jadi Solusinya (Foto: Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Penyakit Parkinson adalah salah satu gangguan neurodegeneratif yang paling umum dan menakutkan, terutama di kalangan lansia. Penyakit ini memengaruhi kemampuan tubuh untuk bergerak, membuat penderitanya mengalami gejala seperti tremor, kekakuan otot, hingga kesulitan menjaga keseimbangan.

Bagi mereka yang hidup dengan Parkinson, menjalani hari-hari dengan tubuh yang tidak mampu bergerak normal bisa menjadi tantangan besar.

Namun, kini ada secercah harapan bagi mereka yang merasa terjebak dengan gejala-gejala yang mengganggu. Berkat kemajuan di bidang medis, bedah otak telah muncul sebagai solusi inovatif untuk membantu penderita Parkinson mendapatkan kembali kendali atas gerakan tubuh mereka.

Bisakah Penyakit Parkinson Diobati dengan Operasi?

Salah satu bentuk bedah otak yang paling umum untuk Parkinson adalah Deep Brain Stimulation (DBS) atau Stimulasi Otak Dalam. Apa itu operasi DBS? Prosedur ini melibatkan penanaman elektroda di bagian otak yang bertanggung jawab atas kontrol gerakan. Elektroda ini terhubung dengan generator listrik kecil yang ditanam di bawah kulit di daerah dada.

Elektroda akan mengirimkan sinyal listrik ke otak, membantu mengatur aktivitas otak yang abnormal dan mengurangi gejala motorik Parkinson seperti tremor, kaku otot, dan gerakan lambat. Dengan stimulasi yang tepat, penderita dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik.

Apa yang Dilakukan DBS untuk Penyakit Parkinson?

Menurut dr. M. Agus Aulia, Sp.BS dari RSU Bunda Jakarta, DBS memberikan manfaat besar bagi pasien yang sudah tidak merespon obat-obatan Parkinson dengan baik. "Operasi DBS dapat membantu mengurangi gejala motorik, seperti tremor dan kekakuan, sekaligus menurunkan dosis obat yang dibutuhkan pasien. Dengan demikian, efek samping dari obat bisa diminimalkan," katanya.

Dengan DBS, pasien dapat merasakan peningkatan kualitas hidup yang signifikan. Mereka dapat bergerak lebih leluasa, melakukan aktivitas sehari-hari, dan menjalani hidup dengan lebih mandiri.

Selain itu, perangkat operasi DBS yang digunakan memungkinkan dokter untuk menyesuaikan tingkat stimulasi sesuai dengan kebutuhan pasien, sehingga hasilnya dapat lebih optimal. DBS bisa dilakukan dalam dua cara, yaitu:

 


1. DBS Terjaga (Awake DBS)

Pada metode ini, pasien diberikan anestesi lokal sehingga tetap sadar selama operasi. Ini memungkinkan dokter untuk langsung menguji efek stimulasi pada fungsi motorik pasien, sehingga dapat menyesuaikan stimulasi dengan tepat selama prosedur.

Meskipun pasien mungkin merasa cemas, hasil akhirnya sering kali sangat memuaskan.

 


2. DBS Tidur (Sleep DBS)

Berbeda dengan metode terjaga, Sleep DBS dilakukan di bawah anestesi umum sehingga pasien tertidur selama prosedur. Keuntungan dari metode ini adalah pasien tidak akan merasakan apa pun selama operasi, sehingga lebih nyaman. Namun, uji respon terhadap stimulasi baru bisa dilakukan setelah pasien tersadar.

 


Apa Itu Stereotactic Brain Lesion?

Parkinson Mulai Mengganggu? Inilah Prosedur Bedah Otak yang Bisa Jadi Solusinya (Ilustrasi by AI)

Selain DBS, metode bedah lain yang bisa dilakukan adalah Stereotactic Brain Lesioning, di mana dokter akan membuat lesi kecil di area otak yang bertanggung jawab atas gejala Parkinson. Prosedur ini dilakukan dengan sangat presisi menggunakan alat stereotaktik.

Bagaimana Prosedur Stereotaktik pada Otak Diselesaikan?

Sebelum operasi, pasien akan menjalani pemindaian otak, seperti MRI atau CT Scan, untuk menentukan lokasi yang tepat. Setelah itu, dokter akan menggunakan elektroda untuk memberikan stimulasi listrik guna memastikan lokasi yang ditargetkan sudah benar sebelum membuat lesi. Tujuan dari lesi ini adalah mengganggu aktivitas otak yang menyebabkan gejala Parkinson.

Prosedur ini terbukti efektif mengurangi tremor, kekakuan otot, dan gerakan lambat yang dialami penderita Parkinson. Selain itu, bedah ini dapat membantu pasien mengurangi kebutuhan obat-obatan yang sering menimbulkan efek samping jangka panjang.

 


Apakah Parkinson Bisa Sembuh dengan Operasi?

Bedah otak, baik DBS maupun Stereotactic Brain Lesioning, telah memberikan harapan baru bagi penderita Parkinson yang sebelumnya merasa tak berdaya melawan penyakit ini.

Dengan kemajuan teknologi medis, mereka yang kesulitan bergerak karena Parkinson kini memiliki kesempatan untuk mendapatkan kembali kendali atas tubuh mereka dan menjalani hidup dengan lebih baik.

Di RSU Bunda Jakarta, berbagai prosedur canggih ini sudah tersedia dan menjadi solusi efektif untuk mengatasi gejala Parkinson yang sulit dikendalikan.

Dengan bedah otak, kehidupan yang lebih berkualitas bukan lagi impian bagi penderita Parkinson, melainkan sebuah kenyataan yang bisa diwujudkan.

Jika kamu atau orang terdekat mengalami gejala Parkinson dan sudah tidak merespon obat-obatan dengan baik, berkonsultasilah dengan dokter spesialis untuk mengetahui apakah DBS atau Stereotactic Brain Lesioning bisa menjadi solusi yang tepat.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya