Target Ambisius Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca Antarkan Kota Probolinggo Jadi Juara Nasional One Planet City Challenge 2024

Setelah jadi juara nasional One Planet City Challenge (OPCC) 2024, Kota Probolinggo akan melaju ke babak final yang pengumumannya akan diungkap pada November 2024.

oleh Asnida Riani diperbarui 22 Sep 2024, 07:00 WIB
Kota Probolinggo, Jawa Timur (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Mengungguli 30 kota dan kabupaten di Indonesia, Kota Probolinggo kampiun sebagai juara satu Nasional One Planet City Challenge (OPCC) 2024. Indikator penilaiannya mengacu pada ambisi dan aksi dalam mengatasi dampak perubahan iklim secara komprehensif.

Menurut rilis pada Lifestyle Liputan6.com, Kamis, 19 September 2024, dewan juri kompetisi dua tahunan ini terdiri dari pakar perkotaan dan peneliti perubahan iklim tingkat dunia, seperti Bank Dunia, United Nations Environment Programme (UNEP), United Nations Educational, dan Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Itu diketuai leader WWF Cities, Dr. Jennifer Lenhart.

Probolinggo jadi juara nasional karena telah menetapkan target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) jangka pendek pada tahun 2030 yang ambisius. Di antaranya, kota di Jawa Timur itu menargetkan pengurangan konsumsi energi di sejumlah sektor kunci sebesar 10–15 persen.

Kota Probolinggo juga memiliki perencanaan dianggap matang dalam aspek mitigasi dan adaptasi. Sebagai pemenang nasional, kota ini berhak melaju ke babak final di ajang kompetisi tingkat global, yang akan diumumkan di Kairo, Mesir, pada November 2024.

Sejak 2019, Kota Probolinggo telah aktif mengikuti OPCC dan terus melakukan peningkatan aksi untuk menghambat laju perubahan iklim. CEO WWF Indonesia, Aditya Bayunanda, mengatakan, "Kami mengucapkan selamat pada Kota Probolinggo yang sudah jadi pemenang nasional OPCC 2024, sekaligus memberi semangat untuk melanjutkan kompetisi tingkat global."

"WWF Indonesia percaya," ia menyambung. "Setiap kota di Indonesia berperan penting dalam penurunan emisi guna mendukung pencapaian target nationally determined contribution (NDC) Indonesia. Maka itu, penting bagi setiap kota di Indonesia mempunyai target dan aksi iklim yang ambisius."


Rencana Aksi Iklim yang Holistik

Petugas DLH Kabupaten Probolinggi memasang QR Code pada tanaman di kawasan Hutan Kota Probolinggo. (Istimewa)

Setiap dua tahun sekali, para pemerintah daerah mengikuti OPCC untuk melaporkan strategi mitigasi dan adaptasi terkait perubahan iklim. Selain target mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang ambisius, Kota Probolinggo dianggap punya kepemimpinan yang berani dalam mengimplementasi aksi iklim.

Kemampuan menghadapi tantangan yang akan datang, serta apakah kota tersebut memiliki rencana aksi iklim yang holistik dan sejauh mana hal tersebut selaras dengan tujuan kota pun jadi kriteria penilaian. Penjabat Wali Kota Probolinggo, Dr. Nurkholis, menyebut, "Kami sangat bangga jadi pemenang OPCC tahun ini dan berharap bisa jadi pemenang global."

"Kompetisi ini adalah salah satu langkah kami untuk menurunkan emisi dan memotivasi kami dalam meningkatkan target dan aksi iklim. Kami mengajak kota-kota lain untuk bersama-sama mewujudkan target NDC Indonesia," imbuhnya.

Dijelaskan bahwa OPCC adalah kompetisi persahabatan antarkota di seluruh dunia, dengan setiap kota berlomba untuk melakukan praktik baik dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Tahun ini, OPCC diikuti 359 kota di dunia yang berasal dari 48 negara.


Jakarta Jadi Wakil OPCC Legends

Ilustrasi Penanggulangan Perubahan Iklim (Markus Spiske/Unsplash).

Dari 359 kota yang berpartisipasi, 22 kota terpilih sebagai finalis, termasuk Kota Probolinggo. Selain Probolinggo, Jakarta akan mewakili Indonesia dalam OPCC tingkat global kategori OPCC Legends. Kategori ini adalah kategori khusus yang diikuti juara bertahan dalam OPCC 2022.

Jakarta telah menyandang gelar juara nasional OPCC selama empat kali, yakni dari tahun 2015-2022. Diharapkan, Jakarta dapat mempertahankan pencapaian dan mempercepat ambisi, serta aksi terkait perubahan iklim.

Apresiasi lain juga ditujukan pada Kota Balikpapan dan Pontianak yang turut jadi finalis nasional tahun ini. Balikpapan sudah mengikuti kompetisi ini sejak 2019 dan terus melakukan perbaikan dalam aksi iklimnya.

Sementara itu, Pontianak mengikuti OPCC untuk pertama kalinya tahun ini, dan sudah memperlihatkan target cukup ambisius. Target dan aksi iklim yang ambisius dinilai berdampak positif dengan memperbesar peluang kota-kota untuk mengakses pendanaan iklim.

Upaya "keroyokan" ini begitu penting, karena menurut studi baru dari University of Leeds, Inggris, Indonesia ditetapkan sebagai negara penyumbang sampah plastik terbanyak ketiga di dunia. Melansir situs web kampus tersebut, Selasa, 10 September 2024, para peneliti menggunakan AI untuk memodelkan pengelolaan sampah di lebih dari 50 ribu kotamadya di seluruh dunia.


Indonesia Negara Penyumbang Sampah Plastik Terbanyak Ketiga di Dunia

Sampah plastik berupa kemasan kecil, dari sachet shampo, bungkus mie instan, kemasan gelas plastik hingga botol air minum, ikut memperparah jumlah timbunan sampah dan menjadi tambahan bahan bakar di lokasi TPA sampah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Model ini memungkinkan tim memprediksi berapa banyak sampah yang dihasilkan secara global dan apa yang terjadi pada limbah tersebut. Dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature, terhitung 52 juta ton produk plastik mencemari lingkungan pada 2020, yang jika dideretkan dalam satu garis, akan membentang mengelilingi dunia lebih dari 1.500 kali.

Studi tersebut juga mengungkap bahwa lebih dari dua pertiga polusi plastik di planet ini berasal dari sampah yang tidak diangkut. Hampir 1,2 miliar orang, yang merupakan 15 persen dari populasi global, hidup tanpa akses ke layanan pengangkutan sampah.

Temuan tersebut mencatat bahwa pada 2020, sekitar 30 juta ton plastik dibakar di rumah-rumah, di jalan-jalan, dan di tempat pembuangan sampah, tanpa adanya kontrol lingkungan. Menurut perkiraan data global pada 2020 dalam studi tersebut, negara-negara penghasil sampah plastik terbanyak adalah India dengan 9,3 juta ton, Nigeria dengan 3,5 juta ton, dan Indonesia dengan 3,4 juta ton.

China, yang sebelumnya dilaporkan sebagai negara penghasil polusi plastik terbanyak, kini berada di peringkat keempat, dengan 2,8 juta ton. Negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah memiliki produksi limbah plastik yang jauh lebih rendah, tapi sebagian besar tidak dikumpulkan atau dibuang di tempat pembuangan sampah. 

Infografis Bencana-Bencana Akibat Perubahan Iklim. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya