Tiga Inovasi Mahasiswa Unair Surabaya yang Bermanfaat Untuk Manusia dan Lingkungan

Mereka juga menciptakan inovasi yang bermanfaat untuk masyarakat Indonesia.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 22 Sep 2024, 13:30 WIB
FIKKIA Unair Ciptakan Gummy Sehat Cegah Stunting,

Liputan6.com, Surabaya - Universitas Airlangga (Unair) Surabaya telah melahirkan mahasiswa yang berkredibel di bidangnya. Mereka juga menciptakan inovasi yang cukup bermanfaat untuk masyarakat Indonesia.

Berikut adalah tiga Inovasi mahasiswa Unair Surabaya, yang berhasil dirangkum oleh liputan6.com dan ditulis pada Sabtu, 21 September 2024:

1. Mahasiswa FIKKIA Unair Ciptakan Gummy Sehat Cegah Stunting

Ksatria Airlangga terus berinovasi menghadirkan produk kreatif dalam memecahkan permasalahan di Indonesia. Stunting masih menjadi perhatian utama bidang kesehatan dalam membentuk insan yang cerdas dan sehat masa depan. Saat ini, Indonesia memiliki target menurunkan angka stunting mencapai angka 14 persen. 

Melalui Program Kreativitas Mahasiswa dalam bidang Kewirausahann (PKM-K) tahun 2024, tim mahasiswa Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam (FIKKIA) Universitas Airlangga (Unair) Banyuwangi menghadirkan Sopimeal Gummy.

Mereka adalah Dian Wahyu Wardani (Angkatan 2022), Syahrul Novenda Ramadhanny (Angkatan  2021), Dwi Nanda Rachman (Angkatan  2021), Anzilika Avia Syafitri (Angkatan 2022), dan Siti Nur Anisatul Khariroh (Angkatan 2022)

Perwakilan tim, Syahrul Novenda Ramadhanny mengatakan Sopimeal Gummy merupakan permen gummy sehat. Olahan pangan yang lembut dan keras menjadi salah satu makanan yang disukai oleh anak kecil. Lewat inovasi berbasis cemilan tersebut akan mencegah stunting balita dengan peningkatan angka kecukupan gizi.

“Gummy ini banyak disukai anak balita karena mudah untuk dikonsumsi bagi anak-anak,” katanya.

Terdapat tiga bahan utama penyusun permen kenyal itu yaitu bayam, kedelai dan oatmeal. Bayam memiliki kandungan gizi yang baik untuk pencegahan stunting seperti energi, protein, lemak dan karbohidrat serta dapat meningkatkan ketahanan pangan keluarga dengan memanfaatkan bahan pangan lokal. Bayam hijau memiliki kandungan zat besi yang tinggi. 

“Kebutuhan zat besi pada balita digunakan untuk memproses oksigen dalam darah dan membentuk sel darah merah di sumsum tulang,” tuturnya.

Kedelai merupakan salah satu sumber protein nabati. Kadar protein yang tinggi dalam kedelai dapat menjadi upaya untuk mengatasi stunting pada anak serta memperbaiki dan menggantikan sel yang rusak jika diperlukan.

Oatmeal memiliki kandungan protein, karbohidrat, serat, mineral, serta lemak sehat yang dapat membantu tumbuh kembang balita. Kandungan serat yang terdapat pada oatmeal juga dapat memperlancar sistem pencernaan balita.

Memberikan oatmeal pada balita juga dapat membatasi asupan gula tambahan yang dapat menyebabkan obesitas pada anak

“Dengan kandungan zat gizi yang banyak pada oatmeal, maka oatmeal juga dapat dipercaya untuk dapat mencegah stunting,” ucap Syahrul.

Syahrul berharap lewat inovasi produk Sopimeal Gummy membantu dan berkontribusi dalam pemenuhan angka kecukupan gizi guna mencegah stunting. Sehingga mencapai penurunan angka kejadian stunting di Indonesia hingga sebesar 14 persen.

 


2. Tim LarvaLand Ciptakan Inovasi Maggot Untuk Kurangi Masalah Lingkungan

Tim LarvaLand yang beranggotakan empat orang mahasiswa Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, berhasil menciptakan sebuah inovasi maggot yang bisa untuk mengurangi masalah lingkungan.

Tim LarvaLand yang beranggotakan empat orang mahasiswa Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, berhasil menciptakan sebuah inovasi maggot yang bisa untuk mengurangi masalah lingkungan.

Mereka adalah Muhammad Hasan Fuadi, Jayanty Zahramita AR, Riyanto, dan Rani Idealistanti O dengan dosen pembimbing Ahmad Shofy Mubarak.

Mewakili tim, Muhammad Hasan Fuadi menjelaskan latar belakang munculnya ide budi daya maggot.

“Awal muncul ide ini karena adanya sampah organik yang belum maksimal. Terus adanya potensi budidaya maggot sebagai alternatif pakan ternak. Sehingga muncul inovasi itu. Ini juga wujud upaya kami dalam menjaga lingkungan,” jelasnya.

Tim LarvaLand menyulap maggot menjadi pakan bagi ternak dan hewan peliharaan, seperti sapi, kambing, itik, ayam, ikan, dan juga kucing. Diketahui, kandungan protein dari maggot cukup tinggi.

“Selain itu, kami menyoroti di mana pakan ternak dan pakan hewan peliharaan itu kebanyakan masih impor, apalagi pakan hewan peliharaan,” ujarnya.

Mereka menyebutkan bahwa membuat pakan tersebut dengan melakukan penggilingan sehingga menjadi bubuk maggot. Kemudian bahan dicampur dengan pakan yang sudah jadi untuk meningkatkan kandungan proteinnya.

“Misal kita mau bikin pakan kucing, kita campur dengan pakan kucing dari pabrik kemudian dicampur dengan maggot. Takarannya ya sesuai aturan tidak boleh sembarangan,” sebutnya.

Pemanfaatan Internet of Things (IoT) Tim LarvaLand mampu menghadirkan teknologi dalam proses pelaksanaan pemanfaatan maggot menggunakan Internet of Thing (IoT).

Mereka mengungkapkan teknologi ini digunakan dalam membantu pemberian pakan kepada maggot sebelum diolah.

“Jadi pemberian pakan untuk maggot ini kami menggunakan sampah organik dan IoT ini kami manfaatkan agar pemberian pakannya tidak telat,” ungkap Hasan Fuadi.

Menurut mereka, pemanfaatan IoT ini cukup efektif karena memudahkan mereka dalam melakukan kontrol terhadap maggot.

“Karena dengan itu kami bisa mengontrol produksi atau budidaya maggot agar pertumbuhannya itu tetap stabil dan terjaga. Jadi umur dan bobot dari maggotnya tetap sesuai dengan standar yang kami inginkan,” jelasnya.

Berkat inovasi tersebut, mereka menorehkan prestasi dengan lolos pendanaan Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW).

Mereka lolos dalam program besutan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).

 


3. Mahasiswa FKG Unair Gagas Inovasi Implant Placement Terintegrasi AI dan AR

Tiga orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya berhasil menggagas inovasi implant placement terintegrasi AI dan AR.

Tiga orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jesslyn Samantha, Felice Kanaya Chandra, dan Davinzo Luis Gunardy berhasil menggagas inovasi implant placement terintegrasi AI dan AR.

Jesslyn dan tim mengangkat judul berupa “Enhancing Navigation through Cone-Beam Computer Tomography with Artificial: Intelligence and Augmented Reality to Prevent Dental Implant Improper Placement”. Hal ini karena menurutnya pemasangan implant placement dinilai masih sering mengalami kesalahan.

“Karena itu kami mengangkat topik soal CBCT (Cone beam computed tomography) yang terintegrasi dengan AI dan AR untuk membantu segmentasi maupun virtual reality. Sehingga ini akan membantu dokter gigi dalam melakukan pemasangan implant,” ungkap Jesslyn.

"Melalui adanya inovasi ini, pemasangan implant akan lebih sempurna dan minim kesalahan," imbuh Jesslyn.

Berkat gagasan inovasinya ini, mereka berhasil ditorehkan di kancah internasional. Ketiga mahasiswa tersebut mengikuti kompetisi bertajuk 15th Dentistry Scientific Festival yang digelar Universitas Brawijaya pada Rabu (28/9/2024).

Dan berhasil menyabet juara pertama dalam kategori international literature review. Keberhasilan ini mereka raih di bawah bimbingan dosen Ramadhan Hardani Putra.

Lebih lanjut, Jesslyn mengatakan bahwa kompetisi yang ia ikuti turut memberikan pengalaman untuk memperluas relasi. Khususnya dengan mahasiswa kedokteran gigi dari berbagai perguruan tinggi. “Untuk sukanya karena kita ke Universitas Brawijaya, jadi ya senang,” ujarnya singkat.

Namun, di balik suka yang mereka dapat, Jesslyn dan tim juga menghadapi tantangan lain selama kompetisi.

Sebagai mahasiswa kedokteran gigi, ketiganya juga masih memiliki kewajiban untuk melakukan perkuliahan. Di sisi lain, padatnya praktik di kedokteran gigi juga menjadi tantangan tersendiri.

“Kami juga ada kegiatan-kegiatan lain. Jadi diskusi-diskusi soal paper ini (bisa dilakukan, red) sampai subuh, bahkan sering,” paparnya.

Namun, ketiganya bersyukur untuk bisa memiliki pengalaman berkompetisi di tingkat internasional. Sebab, selain berkompetisi, secara tidak langsung mereka juga meningkatkan kemampuan akademik di bidangnya.

“Kita jadi mengerti bagaimana cara menyusun paper yang baik, cara searching jurnal, cara membuat power point, dan cara presentasi,” pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya