Cara Ustadz Hanan Attaki Hadapi Masalah Bertubi-tubi, Bisa Dicontoh

Ustadz Hanan mengutip peribahasa dari seorang ulama yang mengatakan, "Janganlah kalian meminum air ketika sedang panas, tunggulah dia agak sejuk, barulah engkau minum." Bagaimana maknanaya?

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Sep 2024, 17:30 WIB
Hanan Attaki (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Menghadapi masalah bertubi-tubi bisa terasa sangat melelahkan dan menekan. Ketika masalah datang secara terus-menerus tanpa jeda, seringkali muncul perasaan putus asa atau frustrasi. Namun, dalam situasi seperti ini, penting untuk tetap tenang dan mencari cara terbaik untuk mengatasinya.

Ustadz Hanan Attaki memberikan nasihat kepada umat mengenai cara bijak dalam menghadapi masalah yang bertubi-tubi.

Nasihat tersebut disampaikan melalui analogi yang sederhana namun bermakna, memberikan pencerahan bagi mereka yang sedang menghadapi ujian kehidupan.

Ustadz Hanan mengutip peribahasa dari seorang ulama yang mengatakan, "Janganlah kalian meminum air ketika sedang panas, tunggulah dia agak sejuk, barulah engkau minum."

Ia menjelaskan bahwa analogi ini memiliki makna mendalam, terutama dalam konteks menghadapi masalah atau perlakuan yang tidak nyaman dari orang lain.

Menurut Ustadz Hanan, air panas dalam analogi tersebut menggambarkan masalah atau situasi yang tidak menyenangkan. Jika seseorang merespons masalah saat emosi sedang memuncak, sama halnya dengan meminum air panas yang dapat melukai bibir dan lidah.

"Artinya, jangan langsung merespons masalah saat emosi sedang panas. Tunggu sejenak, biarkan hati dan pikiran sedikit tenang sebelum mengambil tindakan," ujarnya, dikutip dari ceramah tayangan kanal YouTube @kajianislam628.

 

 

Simak Video Pilihan Ini:


Jika Ada Masalah Penting Jeda Berfikir

Ilustrasi menghadapi berbagai masalah hidup. (Photo created by @wavebreakmedia_micro on www.freepik.com)

Ia menekankan pentingnya jeda dalam menghadapi situasi sulit. Menurutnya, mengambil waktu untuk menarik nafas, bahkan hanya beberapa detik, dapat memberikan dampak besar pada cara seseorang merespons.

"Kadang jeda itu cuma sekian detik, seperti inhale dan exhale. Tapi itu bisa membuat perbedaan besar," jelasnya.

Ustadz Hanan juga mengajak jamaahnya untuk tidak terburu-buru merespons perlakuan buruk dari orang lain.

"Begitu kita diperlakukan tidak baik, kalau kita langsung merespons tanpa jeda, hasilnya pasti berbeda dibandingkan jika kita tarik nafas dulu, berpikir, baru merespons," ungkapnya. Jeda ini, menurutnya, bisa membuat seseorang lebih bijak dalam menyikapi keadaan.

Dalam kajian tersebut, Ustadz Hanan menekankan bahwa jeda bukanlah bentuk kelemahan, melainkan sebuah kekuatan.

Menurutnya, kemampuan untuk menahan diri dan memberi ruang pada emosi untuk mereda adalah langkah awal menuju solusi yang lebih baik. "Menahan diri itu bukan berarti kita lemah, justru itu tanda kekuatan," tegasnya.

Ia juga menjelaskan bahwa saat menghadapi masalah, seseorang sering kali terjebak dalam dorongan untuk bereaksi seketika. Padahal, reaksi yang terburu-buru cenderung lebih emosional dan bisa memperburuk keadaan.

"Sering kali, ketika kita terlalu cepat merespons, masalahnya malah jadi lebih besar," tambah Ustadz Hanan.


Tips dari Ustadz Hanan Attaki

ilustrasi menghela nafas. (AP/Frank Augstein)

Salah satu tips yang diberikan Ustadz Hanan untuk menenangkan diri adalah dengan memperpanjang nafas. Menurutnya, teknik sederhana seperti menarik nafas dalam-dalam dapat membantu menurunkan ketegangan dan membuat pikiran lebih jernih.

"Tarik nafas panjang itu sangat berpengaruh pada sikap kita. Dengan nafas panjang, kita bisa lebih tenang dan bijaksana," ungkapnya.

Ustadz Hanan juga mengingatkan bahwa dalam hidup, masalah adalah bagian yang tidak bisa dihindari. Namun, bagaimana seseorang merespons masalah tersebut yang akan menentukan hasil akhirnya.

"Masalah itu pasti datang, tapi cara kita menyikapinya yang akan menentukan bagaimana akhirnya," katanya.

Selain itu, Ustadz Hanan menekankan pentingnya memiliki keimanan yang kuat dalam menghadapi ujian. Menurutnya, seseorang yang memiliki keimanan yang kokoh akan lebih mampu untuk bersabar dan tidak tergesa-gesa dalam merespons masalah.

"Dengan iman yang kuat, kita akan lebih tenang, karena kita percaya bahwa setiap masalah pasti ada solusinya," tambahnya.

Dalam menghadapi perlakuan buruk dari orang lain, Ustadz Hanan mengajak jamaahnya untuk selalu mengingat bahwa balasan terbaik adalah kebaikan.

"Ketika kita diperlakukan buruk, balasan terbaik adalah dengan kebaikan. Tapi ini hanya bisa dilakukan jika kita tenang dan sabar," jelasnya.

Ustadz Hanan mengingatkan bahwa setiap masalah memiliki hikmah tersendiri. Ia mengajak jamaah untuk tidak hanya fokus pada masalah itu sendiri, tapi juga mencari pelajaran di balik setiap ujian yang diberikan.

"Setiap masalah itu ada hikmahnya. Kalau kita tenang, kita bisa melihat hikmah tersebut," tutupnya.

Nasihat dari Ustadz Hanan ini diharapkan dapat memberikan panduan praktis bagi umat dalam menghadapi berbagai ujian hidup. Dengan kesabaran, jeda, dan keimanan yang kuat, setiap masalah dapat diselesaikan dengan cara yang lebih baik dan bijaksana.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya