Buya Yahya Ceritakan Bahaya Adu Domba

Buya Yahya menjelaskan bahwa adu domba merupakan tindakan yang dapat memicu perpecahan, baik antarindividu, kelompok, maupun antarorganisasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Sep 2024, 22:30 WIB
Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya. (Tangkap layar YouTube Al Bahjah TV)

Liputan6.com, Jakarta - Raja Dangdut Rhoma Irama, dalam banyak lagunya yang mengandung pesan sosial dan moral. "Adu Domba" misalnya, adalah salah satu lagu terkenal yag berfokus pada tema provokasi dan perpecahan, mengingatkan pendengarnya tentang pentingnya persatuan dan kewaspadaan terhadap isu-isu yang bisa memecah belah masyarakat.

Menyoal adu domba, dalam ceramah yang dikutip dari kanal YouTube @buyayahyaofficial, KH Yahya Zainul Ma'arif atau yang akrab disapa Buya Yahya, mengingatkan umat akan bahaya perbuatan adu domba.

Ia menekankan betapa buruknya tindakan tersebut bagi persatuan umat, dan mengajak masyarakat untuk menjadi juru damai, bukan pemecah belah.

Buya Yahya menjelaskan bahwa adu domba merupakan tindakan yang dapat memicu perpecahan, baik antarindividu, kelompok, maupun antarorganisasi.

"Ayo kita menjadi juru damai. Jangan anda menyampaikan satu kalimat yang menjadikan seseorang dengan orang lainnya bermusuhan," ujar Buya Yahya dalam ceramahnya.

Dalam pandangannya, adu domba seringkali dilakukan oleh orang-orang yang bermuka dua. Mereka berpura-pura baik di hadapan satu pihak, namun di saat yang sama juga menjalin hubungan dengan pihak lain yang berseberangan, dengan tujuan memancing konflik.

"Biasanya orang-orang semacam ini cenderung adalah penjilat. Dia menjilat sana menjilat sini, menjadi berkepala dua," jelasnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Rasulullah SAW Benci Perbuatan Ini

ilustrasi adu domba. (merdeka.com/Arie Basuki)

Buya Yahya menggambarkan tindakan adu domba sebagai perbuatan orang munafik yang hanya mementingkan keuntungan pribadi. Orang-orang semacam ini tidak segan-segan untuk memanipulasi situasi demi kepentingan mereka sendiri, tanpa memperhatikan dampak buruk yang mereka timbulkan.

"Inilah yang luar biasa, berkepala dua kan istilahnya. Orang suka mengadu domba, munafik, sesaat di sana, sesaat di sini," lanjutnya.

Ia juga mengingatkan bahwa Rasulullah sangat membenci orang yang gemar mengadu domba. Menurutnya, Nabi Muhammad SAW pernah secara tegas menyatakan bahwa orang yang memecah belah umat dengan adu domba adalah orang yang sangat dibenci oleh Allah SWT.

"Nabi sangat benci orang yang semacam itu, dan itu pemecah belah umat," kata Buya Yahya.

Buya Yahya menekankan bahwa tugas seorang Muslim adalah menjaga persatuan dan kerukunan, bukan menambah keretakan di tengah-tengah masyarakat.

Ia mengajak jamaah untuk selalu berpikir sebelum berbicara, terutama ketika menyampaikan sesuatu yang berpotensi menimbulkan kebencian atau permusuhan.

"Kita harus jadi penyambung tali silaturahmi, bukan perusak. Jangan biarkan kalimat kita memecah belah," tegasnya.


Adu Domba Bisa Pecahkan Hubungan

ilustrasi adu domba (merdeka.com/Arie Basuki)

Lebih jauh, Buya Yahya menjelaskan bahwa adu domba tidak hanya berdampak buruk pada hubungan individu, tetapi juga bisa memicu konflik antar kelompok, suku, bahkan organisasi.

"Apakah itu antara suku dengan suku, kampung dengan kampung, organisasi dengan organisasi, jangan lakukan itu," jelasnya.

Ia mengingatkan bahwa orang yang terlibat dalam adu domba seringkali mencari keuntungan pribadi dari perpecahan yang mereka timbulkan. Orang-orang seperti ini disebutnya sebagai "penjilat" yang tidak memiliki prinsip, hanya mendekati pihak yang dianggap menguntungkan.

"Dia dekati yang menguntungkan. Ini yang berbahaya, orang semacam ini bukan hanya memecah belah, tapi juga munafik," jelas Buya Yahya.

Buya Yahya juga mengingatkan bahwa dampak dari adu domba bisa sangat luas dan bertahan lama. Tindakan tersebut dapat menghancurkan hubungan yang sudah terjalin lama, dan bahkan memicu konflik yang berlarut-larut di masyarakat.

"Satu kalimat yang salah bisa menghancurkan silaturahmi yang sudah dibangun bertahun-tahun. Itulah bahayanya adu domba," tambahnya.

Dalam ceramahnya, Buya Yahya mengajak umat untuk introspeksi diri dan menjaga lisan agar tidak tergoda untuk melakukan adu domba. Menurutnya, menahan diri dari mengadu domba adalah salah satu bentuk kesalehan sosial yang sangat penting dalam menjaga persatuan umat.

"Jaga lisan kita, jangan sampai satu kalimat kita menjadi sebab perpecahan di antara kita," tegasnya.

Ia juga mengingatkan bahwa Islam mengajarkan umatnya untuk selalu membawa kedamaian, bukan memancing konflik. "Kita diperintahkan untuk menjadi penyejuk di tengah masyarakat, bukan justru menambah panas suasana," ujar Buya Yahya.

Pada akhir ceramahnya, Buya Yahya menekankan pentingnya mempererat persaudaraan antarumat Islam. Ia menyarankan agar umat selalu mencari solusi damai dalam setiap permasalahan yang dihadapi, dan menghindari sikap yang bisa memicu konflik.

"Kita harus selalu mencari jalan damai dalam setiap masalah. Jadilah juru damai, bukan juru pecah," tutupnya.

Nasihat Buya Yahya tersebut memberikan pencerahan bagi masyarakat yang ingin menjaga harmoni di tengah kehidupan sosial yang semakin kompleks.

Pesannya untuk menjadi penyambung silaturahmi dan menghindari adu domba sangat relevan dalam upaya menjaga persatuan dan kedamaian di tengah masyarakat.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya