AICM 2024, Bahas Kesehatan Ibu dan Bayi Serta Kesehatan Mental Ibu

Kegiatan ini menjadi wadah bagi para profesional kesehatan untuk bertukar pengetahuan guna memperkuat dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan yang inklusif.

oleh Novia Harlina diperbarui 22 Sep 2024, 22:32 WIB
Dr. Sarah Buckley dari University of Otago, New Zealand. (Liputan6.com/ ist)

Liputan6.com, Jakarta - Program Studi Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (Unand) menggelar Andalas International Conference of Midwifery (AICM) yang ketiga pada pada 21-22 September 2024.

AICM merupakan agenda tahunan yang rutin diselenggarakan oleh Program Studi Kebidanan Program Magister, yang masuk dlam rangkaian perayaan Dies Natalis ke-69 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Kegiatan ini menjadi wadah bagi para profesional kesehatan untuk bertukar pengetahuan guna memperkuat dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan yang inklusif.

Tahun ini AICM mengangkat tema Transformation of Maternal Neonatal Mental Health Services Focusing on Maternal Mental Health yang menekankan pentingnya kesehatan mental ibu dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan ibu dan anak.

Rangkaian acara ini terdiri dari webinar gratis dan presentasi oral , kegiatan ini diikuti lebih dari 863 peserta webinar, dan 22 peserta presentasi oral. dengan menghadirkan 11 pembicara ahli dari dalam dan luar negeri.

Sesi-sesi dalam acara ini mengangkat isu-isu krusial, mulai dari tantangan kesehatan mental ibu selama kehamilan dan pasca persalinan, hingga strategi untuk meningkatkan layanan kesehatan ibu dan neonatal.

Dr. Sarah Buckley dari University of Otago, New Zealand menekankan peran krusial oksitosin dalam kesehatan reproduksi manusia. Dalam paparannya, ia menjelaskan efek oksitosin terhadap otak dan memperkenalkan konsep 'triangle of reproductive success' yang terdiri dari ikatan, kelahiran, dan menyusui.

"Oksitosin memiliki berbagai manfaat penting, termasuk mengurangi stres, memberikan efek penghilang rasa sakit, serta mengaktifkan pusat reward dan kesenangan di otak, yang menghasilkan perasaan tenang dan terhubung," jelasnya, Sabtu (21/9/2024).

Lebih lanjut, Dr. Buckley menjelaskan evolusi oksitosin pada mamalia dan bagaimana hormon ini mempengaruhi keberhasilan reproduksi. Kesimpulannya, pemahaman tentang peran oksitosin ini sangat penting dalam mendukung kesehatan reproduksi dan kesejahteraan ibu dan bayi secara keseluruhan.

Sementara, Kristen Graham dari Flinders University, Australia menyoroti pentingnya peran bidan dalam mendukung kesehatan mental ibu dan bayi baru lahir, khususnya dalam transformasi layanan kesehatan ibu dan neonatal.

Kesehatan mental selama kehamilan dan pasca persalinan merupakan isu kesehatan masyarakat yang sering terabaikan, terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana prevalensi gangguan mental lebih tinggi.

"Bidan berperan penting dalam memberikan intervensi yang efektif untuk kesehatan mental ibu, yang dapat berdampak pada kesejahteraan ibu dan bayi," katanya.

Selain itu, peningkatan akses dan kualitas layanan kesehatan, terutama di daerah pedesaan dan terpencil, sangat penting untuk mencegah kematian ibu dan bayi yang seharusnya dapat dicegah. Transformasi sistem kesehatan melalui kolaborasi interprofesional, pelatihan, dan pemberdayaan bidan merupakan kunci untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi secara global.

 


Kesehatan Mental Ibu

Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Drg. Vensya Sitohang. (Liputan6.com/ ist)

Dalam kegiatan tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Barat, dr. Lila Yanwar juga menyampaikan pentingnya kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak yang mencakup aspek keselamatan, efektivitas, efisiensi, dan kepuasan pasien. Beliau menyoroti periode kritis 1000 hari pertama kehidupan anak, di mana 80 persen sel otak terbentuk.

"Kelas ibu hamil dan ibu balita dianggap sebagai wadah penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan melalui edukasi, namun kualitas kelas-kelas ini perlu ditingkatkan. Peran tenaga kesehatan sangat krusial, melibatkan kompetensi, dedikasi, dan komitmen, ujarnya.

Menurutnya kolaborasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan kualitas hidup ibu dan anak sangat penting.

"Untuk itu akan ada komitmen pemerintah bersama Universitas Andalas dalam peningkatan maternal healthcare melalui program Kebidanan Komunitas," jelasnya.

Senada, Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Drg. Vensya Sitohang menyampaikan masalah kesehatan mental maternal merupakan tantangan signifikan dalam lingkungan saat ini.

"Kesehatan jiwa menjadi salah satu dari 10 masalah kesehatan utama sepanjang siklus hidup, dari anak-anak hingga dewasa, dan merupakan penyebab kedua terbesar Years Lived with Disability (YLDs)," katanya.

Ia menyebut skrining kesehatan mental yang masih rendah memerlukan penguatan dan integrasi ke berbagai layanan, termasuk tempat kerja. Perempuan menghadapi berbagai masalah kesehatan dan kekerasan terhadap perempuan juga menjadi perhatian serius, 1 dari 4 perempuan usia 15-56 tahun mengalami kekerasan.

"Strategi penyelamatan ibu dan anak dimulai sejak masa prakonsepsi, dan pengenalan P3LP (Pertolongan Pertama Pada Luka Medis) menjadi bagian dari upaya ini. Penting untuk diingat bahwa masalah kejiwaan dapat terjadi pada semua kelompok usia, hal ini menunjukkan pentingnya pendekatan holistik dalam menangani kesehatan mental maternal," ia menambahkan.

Selain itu, para pengajar dari Universitas Andalas dan narasumber ahli lainnya juga membawakan berbagai topik yang penting dan menarik, seperti tantangan kesehatan mental ibu, stres prenatal, dan peran nutrisi dalam kesehatan mental ibu.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya