Liputan6.com, Jakarta - Pagi hari di Jakarta saat awal pekan, Senin (23/9/2024) keseluruhan langitnya diprakirakan turun hujan ringan, kecuali Kepulauan Seribu berawan tebal. Seperti itulah prediksi cuaca hari ini.
Cuaca Jakarta siang nanti diprakirakan seluruhnya oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bakal berawan tebal tanpa terkecuali.
Advertisement
Untuk malam hari nanti, BMKG melalui laman resminya www.bmkg.go.id memprediksi sebagian langitnya berawan dan cerah berawan.
Wilayah penyangganya yaitu Bekasi, Jawa Barat diprakirakan pagi hingga siang berawan tebal, dan malam nanti berawan. Lalu di Depok, Jawa Barat pada pagi dan malam nanti diprediksi hujan ringan, namun siangnya berawan tebal.
Kemudian di Kota Bogor, Jawa Barat langit pagi ini diprakirakan berawan, siang berawan tebal, dan malam hari nanti diguyur hujan dengan intensitas ringan.
Sementara itu di Kota Tangerang, Banten cuaca pagi dan malam nanti hujan berintensitas ringan, tetapi siang harinya cerah berawan.
Berikut informasi prakiraan cuaca Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG:
Kota | Pagi | Siang | Malam |
Jakarta Barat | Hujan Ringan | Berawan Tebal | Cerah Berawan |
Jakarta Pusat | Hujan Ringan | Berawan Tebal | Cerah Berawan |
Jakarta Selatan | Hujan Ringan | Berawan Tebal | Berawan |
Jakarta Timur | Hujan Ringan | Berawan Tebal | Berawan |
Jakarta Utara | Hujan Ringan | Berawan Tebal | Cerah Berawan |
Kepulauan Seribu | Berawan Tebal | Berawan Tebal | Cerah Berawan |
Bekasi | Berawan Tebal | Berawan Tebal | Berawan |
Depok | Hujan Ringan | Berawan Tebal | Hujan Ringan |
Kota Bogor | Berawan | Berawan Tebal | Hujan Ringan |
Tangerang | Hujan Ringan | Cerah Berawan | Hujan Ringan |
BMKG Sebut 7 Provinsi Alami Kekeringan Ekstrem, Berikut Daftar Daerahnya
Sebelumnya, sebanyak 7 dari 38 provinsi di Indonesia mengalami kekeringan ekstrem. Hal itu dilaporkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Rabu 18 September 2024.
Kekeringan ekstrem terjadi lantaran tidak ada hujan lebih dari dua bulan di kawasan yang mengalami kekeringan.
Menurut BMKG, daerah yang mengalami kekeringan ekstrem antara lain berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur meliputi Kota Kupang (144 hari), Sumba Timur (141 hari), Sabu Raijua (128 hari), Kupang (116 hari), Lembata (97 hari), Timor Tengah Selatan (97 hari), Sikka (72 hari), Rote Ndao (70 hari), Sumba Barat Daya (69 hari), dan Ende (69 hari).
Kondisi yang sama juga melanda Provinsi Jawa Timur, yakni Jember (139 hari), Kota Probolinggo (139 hari), Pasuruan (138 hari), Situbondo (138 hari), Banyuwangi (137 hari), Blitar (137 hari), Mojokerto (137 hari), Tulungagung (137 hari), Bangkalan (135 hari), dan Malang (108 hari).
Daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang juga terdampak yakni Bima (137 hari) dan Lombok Timur (94 hari).
Di Provinsi Sulawesi Selatan situasi yang sama melanda Barru (68 hari), Pangkep (68 hari), Takalar (68 hari), dan Makassar (68 hari).
Kondisi serupa juga dialami Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi Bantul (68 hari) dan Gunungkidul (67 hari).
Provinsi Jawa Barat meliputi Ciamis (66 hari), Cirebon (65 hari), Indramayu (65 hari), Karawang (65 hari), Majalengka (65 hari), Purwakarta (65 hari), Subang (65 hari), Sumedang (65 hari), dan Bekasi (65 hari).
Terakhir adalah Provinsi Banten, tepatnya di Pandeglang (66 hari).
Advertisement
Musim Kemarau
Prakirawan BMKG Andika Hapsari menginformasikan bahwa saat ini 64 persen dari zona musim di Indonesia telah memasuki musim kemarau. Sisanya, sekitar 36 persen dari zona musim masih mengalami musim hujan.
Wilayah yang sedang mengalami musim kemarau meliputi sebagian kecil Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Kepulauan Riau, serta sebagian besar Jambi, Bengkulu, Sumsel, Bangka Belitung, dan Lampung.
Lalu Jawa, Kalteng, Kaltara, Kaltim, Kalsel, Bali, NTB, NTT, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sulbar, Sulsel, Sultra, Malut, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
"BMKG mengimbau masyarakat agar menggunakan air secara bijak untuk mengurangi dampak kekeringan yang sedang melanda," kata Andika.
Bagi daerah yang masih mengalami musim hujan, kata Andika, penting untuk memastikan sistem penampungan dan pengaliran air hujan berfungsi dengan baik guna mengurangi risiko banjir dan memaksimalkan pemanfaatan air.