Generasi Z Rentan Terkena Duck Syndrome, Bagimana Cara Menanganinya?

Seseorang menyembunyikan lukanya dengan tertawa.

oleh Mochamad Rizal Ahba Ohorella diperbarui 23 Sep 2024, 09:37 WIB
Berpura-pura bahagia meskipun sebenarnya sedang tidak dalam kondisi yang baik. (Copyright Freepik/author/freepik)

Liputan6.com, Jakarta Di zaman digital yang serba cepat ini, tekanan untuk terlihat sempurna di media sosial dan dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat, terutama di kalangan generasi Z. Fenomena ini melahirkan kondisi yang dikenal sebagai "Duck Syndrome", di mana seseorang tampak tenang dan berhasil di permukaan, namun di balik layar mereka berjuang keras dengan kecemasan, stres, dan ketidakpastian.

Seperti seekor bebek yang tampak tenang mengapung di atas air, tetapi sebenarnya mengayuh dengan cepat di bawah permukaan untuk tetap bergerak. Fenomena ini semakin sering terjadi di kalangan Gen Z, yang sering merasa harus memenuhi ekspektasi tinggi dari diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Duck Syndrome bisa menjadi masalah serius jika tidak ditangani, karena tekanan untuk terus terlihat "baik-baik saja" dapat menguras energi mental dan emosional mereka.

Tekanan akademis, tuntutan karier, hingga harapan sosial yang tidak realistis, membuat banyak dari mereka merasa kewalahan. Mereka sering kali tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan kesulitan ini tanpa takut dihakimi atau terlihat lemah. Jadi, bagaimana sebenarnya Gen Z bisa mengatasi Duck Syndrome dan menemukan keseimbangan hidup yang lebih sehat, simak informasi yang dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (23/9/2024).


1. Pahami dan Akui Emosimu

Bersikaplah jujur pada diri sendiri. (Hak Cipta Freepik/penulis/freepik)

Langkah pertama dalam mengatasi Duck Syndrome adalah dengan menyadari dan menerima perasaan yang kamu alami. Tidak perlu merasa harus selalu tampak baik-baik saja di hadapan orang lain. Mengakui bahwa kamu merasa cemas, stres, atau lelah adalah sesuatu yang wajar dan manusiawi.

Dengan bersikap jujur pada diri sendiri, kamu akan lebih mudah menemukan cara untuk mengurangi tekanan yang kamu rasakan. Berbicara tentang perasaan ini dengan orang terdekat juga dapat membantu meringankan beban dan membuatmu merasa lebih lega.


2. Kurangi Waktu di Media Sosial

Setiap individu memiliki cara yang berbeda.

Menghabiskan waktu untuk menggulir media sosial memang menyenangkan, namun berhati-hatilah, karena kondisi ini bisa membuat Sahabat merasa kurang memadai. Terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain dapat menguras energimu. Oleh karena itu, batasi waktu yang kamu habiskan di media sosial dan hindari membandingkan dirimu dengan orang lain.

Ingatlah bahwa apa yang kamu lihat di sana hanya sebagian kecil dari kehidupan mereka. Daripada terfokus pada kesempurnaan orang lain, lebih baik fokus pada dirimu sendiri dan tindakan yang membuatmu bahagia.


3. Tentukan Batasan dan Ambil Istirahat yang Cukup

Singkirkan "topengmu" dan beristirahatlah. (Hak Cipta Freepik/penulis/freepik)

Duck Syndrome sering muncul karena adanya dorongan untuk selalu produktif dan memenuhi ekspektasi yang tinggi. Namun, sangat penting untuk mengetahui batas kemampuan diri dan memberikan waktu istirahat yang memadai.

Jangan terlalu keras pada diri sendiri dan pastikan kamu meluangkan waktu untuk bersantai, menjalani hobi, atau sekadar beristirahat. Keseimbangan antara pekerjaan, studi, dan waktu untuk diri sendiri sangat penting agar kamu tidak mengalami kelelahan mental dan fisik.

Mengatasi Duck Syndrome bukan tentang menjadi sempurna, melainkan tentang kejujuran pada diri sendiri dan menjaga keseimbangan. Ingat, di balik penampilan yang tenang, setiap orang juga membutuhkan waktu untuk menjadi diri sendiri dan menikmati hidup.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya