Rupiah Punya Potensi Menguat Hari Ini, Simak Analisisnya

Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin ini berpotensi menguat ke arah 15.080 per dolar AS, kisaran terendah di akhir pekan kemarin dengan potensi resisten di kisaran 15.200 per dolar AS hari ini.

oleh Arthur Gideon diperbarui 23 Sep 2024, 10:21 WIB
Pada Senin (23/9/2024), nilai tukar rupiah di awal perdagangan melemah tiga poin atau 0,02 persen menjadi 15.153 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.150 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di awal perdagangan di awal pekan ini. Namun analis melihat besar kemungkinan nilai tukar rupiah akan perkasa pada perdagangan hari ini. Pendorongnya adalah Bank Indonesia (BI) membuka peluang pemangkasan suku bunga BI-Rate lagi ke depan.

Pada Senin (23/9/2024), nilai tukar rupiah di awal perdagangan melemah tiga poin atau 0,02 persen menjadi 15.153 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.150 per dolar AS.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menjelaskan, rupiah masih berpotensi mendapatkan dorongan penguatan dari sentimen pasar mengenai kenaikan suku bunga Bank Indonesia.  

"Sikap BI yang membuka pemangkasan suku bunga ke depan mengikuti pemangkasan yang dilakukan bank sentral Amerika Serikat memberikan sentimen positif," kata Ariston Tjendra dikutip dari Antara.

Pada pekan lalu, Bank Indonesia telah melakukan pemangkasan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen. Ariston menuturkan pemangkasan suku bunga bisa menjadi stimulus bagi perekonomian Indonesia.

Selain itu, lanjut dia, sentimen pasar terhadap risiko terlihat positif pagi ini, di mana indeks saham Asia di area hijau. Hal itu juga dipengaruhi pemotongan suku bunga kebijakan, Fed Funds Rate (FFR) oleh bank sentral Amerika Serikat (AS).

Dalam pengumuman hasil Federal Open Market Committee (FOMC) Amerika Serikat (AS) September 2024, bank sentral AS atau The Fed memotong suku bunga Fed Fund Rate (FFR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5 persen.

"Pasar kelihatannya masih menanggapi positif pemangkasan suku bunga acuan AS pekan lalu dan berharap pada pemangkasan berikutnya," ujarnya.

Ia memperkirakan rupiah berpotensi menguat ke arah 15.080 per dolar AS, kisaran terendah di akhir pekan kemarin dengan potensi resisten di kisaran 15.200 per dolar AS hari ini.


Mantap, Rupiah Lebih Perkasa Lawan USD Dibanding Sederet Mata Uang Ini

Bank Indonesia (BI) menegaskan akan memastikan keseimbangan supply dan demand di tengah pelemahan nilai tukar rupiah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengklaim penguatan nilai tukar Rupiah lebih baik dari Won Korea hingga Ruppe India. Penguatan nilai tukar Rupiah ini didukung oleh konsistensi bauran kebijakan moneter Bank Indonesia serta meningkatnya aliran masuk modal asing.

"Penguatan Rupiah ini tercatat lebih tinggi dibandingkan apresiasi mata uang regional seperti Won Korea dan Rupee India," ujar 

Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Kantor Pusat BI, Jakarta, Rabu (18/9).

Perry mencatat, nilai tukar Rupiah menguat 0,78 persen menjadi Rp15.330 per USD hingga 17 September 2024  dibandingkan dengan posisi akhir Agustus 2024. 

Penguatan Rupiah ini tercatat lebih tinggi dibandingkan apresiasi mata uang regional seperti Won Korea dan Rupee India yang menguat sebesar 0,32 persen dan 0,13 persen. 

Dengan perkembangan tersebut, apabila dibandingkan dengan level akhir Desember 2023, nilai tukar Rupiah juga terapresiasi sebesar 0,40 persen. 

Sementara Rupee India dan Won Korea justru masih mengalami depresiasi masing-masing sebesar 0,66 persen dan 3,41 persen.

 


Proyeksi Rupiah

Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

BI memproyeksikan nilai tukar Rupiah diprakirakan terus menguat ke level lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi, dan tetap baiknya prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Ke depan, seluruh instrumen moneter akan terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk modal asing dan mendukung penguatan nilai tukar Rupiah," tandasnya. 

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya