Mesir Khawatir Konflik Israel dan Hizbullah Tingkatkan Risiko Perang Regional

Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty menyampaikan kekhawatirannya terkait risiko perang regional menjelang pertemuan tahunan para pemimpin dunia di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 23 Sep 2024, 12:04 WIB
Sementara dari pihak Israel, enam tentara dan tiga warga sipil tewas selama bentrokan dengan Hizbullah terjadi. (AP Photo/Hussein Malla)

Liputan6.com, Kairo - Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty menyampaikan peringatan pada Minggu (22/9/2024) terkait risiko perang regional karena pertempuran antara Israel dan Hizbullah Lebanon yang makin meningkat.

Ia mengatakan eskalasi tersebut "berdampak negatif" pada perundingan gencatan senjata Gaza, dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (23/9).

Badr Abdelatty menyampaikan pernyataan tersebut menjelang pertemuan tahunan para pemimpin dunia di Perserikatan Bangsa-Bangsa.

"Ada kekhawatiran besar tentang, kemungkinan eskalasi di kawasan yang mengarah pada perang regional habis-habisan," katanya kepada AFP di markas besar PBB, seraya menambahkan bahwa lonjakan kekerasan terbaru berdampak negatif pada perundingan gencatan senjata.

"Tetapi Mesir, bersama dengan Qatar dan Amerika Serikat, memiliki tekad dan komitmen penuh untuk melanjutkan upaya untuk menengahi perjanjian gencatan senjata," katanya.

Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat telah selama berbulan-bulan mencoba untuk mengamankan gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera di Gaza, yang berulang kali dikatakan oleh para diplomat akan membantu meredakan ketegangan regional.

"Semua komponen kesepakatan sudah siap," kata Abdelatty.

"Masalahnya adalah kurangnya kemauan politik di pihak Israel," imbuhnya.

Abdelatty juga menyalahkan kebijakan provokatif Israel atas meningkatnya pertempuran dengan Hizbullah, sekutu Hamas.

Seruan Untuk Menghentikan Eskalasi

Abdelatty mengatakan, ia sudah berbicara dengan mitra regional maupun internasional terkait upaya menghentikan eskalasi.

"Kami berbicara dengan mitra regional dan internasional kami, termasuk Amerika Serikat, tentang pentingnya bekerja untuk menghentikan eskalasi dan menghentikan kebijakan sepihak dan provokatif yang dilakukan Israel," katanya.

Konflik regional tidak melayani kepentingan pihak mana pun, diplomat tinggi itu menambahkan.

Abdelatty berbicara setelah pertemuan di Washington dengan pejabat AS minggu ini, termasuk penasihat Gedung Putih Amos Hochstein, yang memimpin upaya untuk mengamankan gencatan senjata antara Lebanon dan Israel.

 


Janji Presiden Mesir

"Tentara Israel mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka telah menargetkan situs Hizbullah di bagian selatan Lebanon dan mereka akan membalas sesuai keinginan mereka," demikian laporan yang dikutip Al Jazeera. (AP Photo/Ohad Zwigenberg)

Sebelumnya pada Rabu, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi berjanji untuk meningkatkan upaya untuk mengamankan gencatan senjata di Gaza selama pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken yang sedang berkunjung.

Blinken mengatakan, gencatan senjata akan menjadi cara terbaik untuk menghentikan kekerasan menyebar di Timur Tengah.

"Kita semua tahu bahwa gencatan senjata adalah kesempatan terbaik untuk mengatasi krisis kemanusiaan di Gaza, untuk mengatasi risiko terhadap stabilitas regional," katanya.

Itu adalah perjalanan ke-10 Blinken ke wilayah tersebut sejak dimulainya perang yang dipicu oleh serangan kelompok bersenjata Palestina Hamas pada tanggal 7 Oktober terhadap Israel.

 


Korban Konflik

Tentara Israel mengendarai kendaraan pribadi lapis baja dekat perbatasan dengan Lebanon, Rabu (11/10/2023). Tank-tank Israel dikerahkan ke perbatasan Lebanon di tengah kekhawatiran meluasnya konflik menyusul penembakan yang menewaskan tiga militan Hizbullah.(AP Photo/Ariel Schalit)

Serangan itu mengakibatkan tewasnya 1.205 orang di pihak Israel, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel, yang mencakup para sandera yang tewas dalam penahanan.

Dari 251 orang yang disandera hari itu, 97 orang masih ditahan di dalam Jalur Gaza, termasuk 33 orang yang menurut militer Israel telah tewas.

Lebih dari 41.431 warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, telah tewas dalam kampanye militer Israel di Jalur Gaza sejak perang dimulai, menurut data yang diberikan oleh kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas. PBB telah mengakui angka-angka ini sebagai angka yang dapat diandalkan.

Infografis Militer Israel Perluas Serangan ke Gaza Selatan (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya