Donald Trump Tak Akan Nyapres Kembali Jika Kalah pada Pilpres AS 2024

Kini, Donald Trump akan melakukan persaingan melawan Wakil Presiden AS saat ini dari Partai Demokrat yaitu Kamala Harris.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 24 Sep 2024, 08:04 WIB
Ekspresi mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat menjalani sidang dakwaan di Pengadilan Manhattan, New York, Amerika Serikat, Selasa (4/4/2023). Trump menjadi mantan orang nomor satu Amerika Serikat pertama yang menghadapi tuntutan pidana. (Curtis Means/Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Washington DC - Calon Presiden Amerika Serikat (AS) dari partai Republik Donald Trump mengatakan bahwa ia tidak akan mencalonkan diri sebagai presiden AS jika ia kalah dalam pemilihan umum 5 November 2024.

"Tidak, saya tidak yakin. Saya pikir itu saja, itu saja. Saya tidak melihat itu sama sekali. Mudah-mudahan, kami akan berhasil," kata Donald Trump dikutip dari laman Japan Today, Selasa (24/9/2024).

Donald Trump menghadapi persaingan ketat melawan Wakil Presiden AS dari Partai Demokrat Kamala Harris, dengan jajak pendapat menunjukkan kedua kandidat bersaing ketat di negara bagian medan pertempuran utama yang kemungkinan akan menentukan pemenang.

Bahkan ketika Kamala Harris mulai unggul dalam jajak pendapat nasional.

Trump meluncurkan upaya pemilihan ulang pertamanya untuk pemilihan 2020 pada hari yang sama saat ia dilantik pada tahun 2017 dan mengumumkan upaya terbarunya untuk menduduki Gedung Putih dua tahun lalu pada November 2022.

Donald Trump terus menerus menyalahkan kekalahannya pada tahun 2020 atas Presiden Demokrat Joe Biden atas tuduhan kecurangan pemilih yang meluas dan menghadapi tuntutan pidana federal dan negara bagian atas upaya untuk membatalkan hasil pemilu.

Ia menyangkal melakukan kesalahan apa pun dan telah menyatakan dakwaan terhadapnya sebagai serangan politik terhadapnya sambil merangkul retorika yang semakin distopia jika ia kalah pada tahun 2024.

Ia juga telah meluncurkan sejumlah usaha bisnis di tengah kampanye terbarunya, termasuk Trump Media, NFT, dan sepatu kets, koin, dan kripto bermerek Trump.

Sementara itu, Harris (59) telah menyatakan bahwa pilpres AS ini merupakan momen kritis bagi demokrasi AS bahkan saat ia berusaha untuk fokus pada isu-isu yang ada di sekitar kita seperti biaya untuk keluarga dan perumahan.

Ketika ditanya apakah jeda empat tahun membantunya menyusun kembali rencana dan mencari tahu siapa yang dapat dipercayainya sebagai sekutu, Trump berkata: "Akan lebih mudah jika saya melakukannya secara berdampingan."

"Namun manfaatnya lebih dari apa pun, ini menunjukkan betapa buruknya mereka," imbuhnya.

Infografis Kronologi Penembakan Donald Trump Saat Kampanye Pilpres AS. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya