Harga Emas Sentuh Rekor Baru, Saham-Saham Ini Diramal Bersinar

Investment Analyst Stockbit, Hendriko Gani mencatat, harga emas telah meningkat 27% pada 2024.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 23 Sep 2024, 16:32 WIB
Harga emas berpotensi bergerak lebih tinggi minggu ini hingga akhir 2024. Harga emas naik +1,3% ke level USD 2.620 per oz pada Jumat, 20 September 2024. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas berpotensi bergerak lebih tinggi minggu ini hingga akhir 2024. Harga emas naik 1,3% ke level USD 2.620 per oz pada Jumat, 20 September 2024 menandai rekor all–time high (ATH) baru.

Penguatan harga emas didorong oleh dimulainya siklus pemangkasan suku bunga The Fed, untuk pertama kalinya sejak awal pandemi Covid-19. The Fed memangkas suku bunga sebesar 50 bps pada Rabu, 18 September 2024. The Fed memproyeksikan pemangkasan suku bunga lebih lanjut sebesar 50 bps hingga akhir 2024, 100 bps pada 2025, dan 50 bps selama 2026.

Investment Analyst Stockbit, Hendriko Gani mencatat, sepanjang 2024 harga emas telah meningkat 27%. Hal itu menandai kenaikan tertinggi sejak 2010. Pada kondisi ini, beberapa emiten emas bakal bersinar.

"Penguatan harga emas menjadi katalis positif bagi emiten produsen emas seperti BRMS, PSAB, MDKA, ANTM dan ARCI, karena berpotensi meningkatkan harga jual rata-rata (ASP) dan margin laba perseroan," ulas Hendriko dalam risetnya, Senin (23/9/2024).

Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan, reaksi emas terhadap pemotongan 50 basis poin Federal Reserve serta sinyal pelonggaran 200 basis poin selama dua tahun ke depan akan berlanjut.

Powell menambahkan bahwa bank sentral tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga dan The Fed sedang dalam proses "mengkalibrasi ulang" kebijakan moneternya.

"Jika Anda melihat Ringkasan Proyeksi Ekonomi (SEP), Anda akan melihat bahwa ini adalah proses mengkalibrasi ulang sikap kebijakan kami dari posisi tahun lalu ketika inflasi tinggi dan pengangguran rendah, ke posisi yang lebih tepat mengingat keadaan saat ini," ujar Powell.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 


Potensi Harga Emas

Ilustrasi harga emas hari ini (dok: Foto AI)

CEO Mind Money, Julia Khandoshko memperkirakan, harga emas akan terus terkonsolidasi seiring perlahan bergerak menuju USD 3.000 per ounce. Dia menuturkan, kecil kemungkinan harga emas mencapai target tersebut sebelum akhir tahun.

"Kemungkinan besar, kita akan melihat konsolidasi pada level saat ini dan pertumbuhan bertahap. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk diversifikasi ke emas, terutama saat suku bunga tidak terlalu tinggi atau rendah, sehingga emas menjadi lebih menarik dibandingkan saham atau obligasi," kata Julia.

Julia juga menyebutkan, suku bunga yang lebih rendah, peningkatan pasokan uang, dan desentralisasi ekonomi global akan mendorong harga emas, meskipun terobosan mendadak mungkin tidak terjadi. Faktor-faktor ini akan terus mendukung emas, namun tidak ada alasan untuk pembelian tergesa-gesa.

Di sisi lain, Fawad Razaqzada, Analis Pasar di StoneX Group, mengatakan meskipun emas masih dalam tren naik yang kuat, investor harus siap untuk menghadapi beberapa volatilitas dalam waktu dekat. Namun, harga yang lebih rendah bisa dilihat sebagai peluang pembelian jangka panjang.

"Logam ini mungkin akan mengalami aksi ambil untung dalam waktu dekat, tetapi saya tetap optimis terhadap prospek emas untuk sisa tahun ini. Meski mungkin tidak mencapai USD 3.000 tahun ini, level tersebut adalah tujuan jangka panjang saya untuk logam kuning ini," tambah Razaqzada. Meski Powell berusaha menurunkan ekspektasi pasar, para analis mencatat bahwa tren mendukung harga emas saat ini.


Garap Potensi Nikel di Blok Pongkeru, Antam Bikin Perusahaan Patungan

Logo PT Aneka Tambang Tbk atau Antam.

Sebelumnya, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menjalin kerja sama dengan PT Sulsel Citra Indonesia (Perseroda) atau SCI dan PT Luwu Timur Gemilang (Perseroda) atau LTG untuk membentuk perusahaan patungan dalam rangka pengembangan pertambangan nikel di Blok Pongkeru, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

Direktur Utama Aneka Tambang Nico Kanter menjelaskan, pembentukan perusahaan patungan ini merupakan bentuk sinergi antara BUMN dan BUMD dalam mengoptimalkan potensi nikel di Blok Pongkeru.

Perusahaan patungan ini akan mengelola wilayah pertambangan di WIUPK Blok Pongkeru, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri ESDM No. T-304/MB.04/MEM.B/2024. Nantinya, perusahaan ini diharapkan menjadi pemain kunci dalam rantai bisnis nikel di Indonesia, dengan kontribusi optimal bagi sektor pertambangan nasional.

"Kerja sama ini menjadi langkah penting dalam pengelolaan sumber daya nikel secara bertanggung jawab dan berkelanjutan, sesuai dengan prinsip good mining practice. Kami berharap, kolaborasi BUMN dan BUMD ini mampu memberikan nilai tambah jangka panjang bagi industri nikel nasional," ungkap Nico.

Dalam kerja sama ini ANTAM bertindak sebagai pemegang saham mayoritas. Sementara SCI sebagai BUMD Provinsi dan LTG sebagai BUMD Kabupaten memiliki saham minoritas dengan porsi signifikan agar BUMD mampu meningkatkan peran di dunia pertambangan.

Ke depan, melalui perusahaan patungan ini diharapkan tercipta manfaat nyata bagi pendapatan daerah, masyarakat, termasuk peningkatan kesejahteraan dan peluang kerja baru.

"Kami yakin, dengan dukungan para pemangku kepentingan, perusahaan patungan ini akan berkontribusi pada pengembangan ekonomi lokal dan kesejahteraan masyarakat," tambah Nico.

 

 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya