Pasien Jantung Boleh Makan Kuning Telur Enggak Sih?

Pasien jantung masih boleh mengonsumsi kuning telur. Namun dengan catatan mengonsumsinya dengan porsi yang diatur ya.

oleh Benedikta DesideriaAde Nasihudin Al Ansori diperbarui 24 Sep 2024, 06:00 WIB
Telur Sebagai Sumber Kolin Terbaik Ternyata Boleh Lho Pasien Jantung Makan Kuning Telur Asal... | copyright freepik

Liputan6.com, Jakarta Ahli gizi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Rita Ramayulis mengatakan pasien jantung masih boleh mengonsumsi kuning telur. Namun dengan catatan mengonsumsinya dengan porsi yang diatur ya.

Lantas, berapa banyak kuning telur yang masih boleh dikonsumsi oleh orang dengan masalah jantung?

“Kuning telur masih diperbolehkan dikonsumsi oleh pasien jantung yaitu lima butir per minggu atau satu butir per hari masih dibolehkan.”

Saat mengonsumsi kuning telur, pasien jantung harus mengurangi makanan lain yakni daging merah berlemak serta makanan yang digoreng seperti gorengan, dibakar, dan diberi santan. Rita mengatakan bahwa makanan tersebut paling berpengaruh pada kesehatan jantung.

Manfaat Kuning Telur

Rita membenarkan bila kuning telur memiliki kadar kolesterol yang tinggi. Namun, ada kandungan lain dalam kolesterol yang baik untuk tubuh.

“Kuning telur memiliki biotin yang merupakan zat utama dalam membangun vitamin D di tubuh kita dan berperan sebagai anti inflamasi,” paparnya dalam temu media secara daring bersama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Senin (23/9/2024).


Usia Pasien Jantung Makin Muda

Di kesempatan yang sama, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Siti Nadia Tarmizi mengatakan ada pergeseran usia pasien penyakit jantung. Bila dulu orang tua sekarang banyak yang muda-muda. 

“Penyakit jantung ini mulai banyak pada usia-usia yang muda yang kita tahu sebenarnya risikonya jauh lebih rendah,” kata Nadia.

Ia pun mengungkap alasan di balik banyaknya usia muda yang mengidap penyakit jantung yakni gaya hidup.

“Pastinya gaya hidup yang tidak sehat, kurangnya aktivitas, merokok, tak ada bedanya rokok konvensional maupun fave itu sama meningkatkan risiko penyakit jantung,” jelasnya.

Di samping itu, pola makan yang tidak sehat turut meningkatkan risiko penyakit jantung. Terutama pada mereka yang telah mengalami obesitas, hipertensi, diabetes melitus.

“Ini yang menyebabkan orang mengalami penyakit jantung koroner. Dan 50 persen orang yang memiliki masalah jantung koroner mengalami henti jantung mendadak,” jelas Nadia.


Bagaimana Cara Cegah Penyakit Jantung?

Nadia mengingatkan, penyakit jantung adalah penyakit tidak menular yang membutuhkan proses lama untuk diidap.

“Penyakit tidak menular itu bukan terjadi karena penularan dari virus, bakteri atau lainnya tapi lebih pada tiga hal yakni faktor genetik, lingkungan, dan perilaku.”

“Jadi jantung ini sangat-sangat dipengaruhi oleh faktor perilaku. Untuk mengontrolnya, pastikan konsumsi gula garam lemak sesuai dengan standar tidak berlebihan. Diet yang sehat dengan Isi Piringku,” saran Nadia.

Dia juga mengingatkan masyarakat untuk menghindari konsumsi rokok dan alkohol. Jika faktor risiko ini dikendalikan, lanjut Nadia, maka masyarakat dapat terhindar dari penyakit jantung.


Dua Benteng Pertahanan Diri dari Risiko Penyakit Jantung

Lebih lanjut, Nadia mengatakan ada dua benteng pertahanan diri dari risiko penyakit jantung. Pertama adalah hindari faktor risiko dan kedua kelola penyakit penyerta.

“Kalau terlanjur faktor risikonya terlewat sehingga muncul penyakit seperti hipertensi, diabetes, atau lainnya, di tahap ini pun kita masih bisa mencegah supaya tidak berdampak pada penyakit yang lebih berat. Yaitu dengan mengendalikan penyakit-penyakit tadi,” ucapnya.

Dengan menghindari faktor risiko dan mengelola penyakit penyerta, maka masyarakat bisa turut menekan biaya pengobatan.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya