Kebijakan Pajak Bikin Orang Kaya di Inggris Berencana Migrasi Massal

Sebanyak 67% investor kaya juga mengatakan mereka tidak berminat untuk bermigrasi ke Inggris, demikian temuan dalam studi baru dari Oxford Economics.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 23 Sep 2024, 17:00 WIB
Adanya Kesenjangan Sosial dan Ekonomi di Inggris. (dok. A Perry/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Hampir dua pertiga atau 63% investor kaya mengungkapkan rencana untuk meninggalkan Inggris dalam waktu dua tahun atau dalam waktu dekat jika pemerintah baru negara itu melanjutkan rencana untuk menghapus keringanan pajak era kolonial.

Sebanyak 67% investor kaya juga mengatakan mereka tidak berminat untuk bermigrasi ke Inggris, demikian temuan dalam studi baru dari Oxford Economics.

"Kami membunyikan bel tanda bahaya bahwa ini adalah masa yang berbahaya," kata Macleod-Miller, CEO Foreign Investors for Britain, dikutip dari CNBC International, Senin (23/9/2024).

"Jika pemerintah tidak mendengarkan, mereka akan mempertaruhkan pendapatan selama beberapa generasi," lanjutnya.

Rezim non-domisili Inggris adalah aturan pajak berusia 200 tahun, yang mengizinkan individu yang tinggal di Inggris tetapi berdomisili di tempat lain untuk menghindari pembayaran pajak atas pendapatan dan keuntungan modal di luar negeri hingga 15 tahun. Pada tahun 2023, diperkirakan 74.000 orang menikmati status tersebut, naik dari 68.900 tahun sebelumnya.

Namun, pemerintahan baru dari Partai Buruh bulan lalu menetapkan rencana untuk menghapus kebijakan tersebut, memperluas janji yang ditetapkan dalam manifesto pemilihannya.

Berbasis Penduduk

Berdasarkan usulan tersebut, konsep "domisili" akan dihapuskan dan diganti dengan sistem berbasis penduduk, sementara jumlah tahun di mana uang yang diperoleh di luar negeri tidak dikenakan pajak di Inggris akan dipotong dari 15 menjadi empat tahun.

Perorangan juga harus membayar pajak warisan setelah 10 tahun bermukim di Inggris dan akan tetap bertanggung jawab selama 10 tahun setelah meninggalkan negara tersebut. Mereka juga akan dicegah untuk menghindari pajak warisan atas aset yang disimpan dalam bentuk perwalian.

Menteri Keuangan Inggris Rachel Reeves mengatakan bahwa membatalkan program tersebut dapat menghasilkan 2,6 miliar Poundsterling selama pemerintahan berikutnya. Namun, penelitian Oxford Economics memperkirakan perubahan tersebut justru akan membebani pembayar pajak sebesar 1 miliar Poundsterling pada tahun 2029/2030.

 


Investor Kaya di Inggris Beralih ke Negara Lain

Para pembeli di Oxford Street berjalan melewati tanda obral di etalase toko setelah Bank of England menaikkan Suku Bunga, di London, Kamis (15/12/2022). Pemerintah Inggris mengatakan ekonomi Inggris berada dalam resesi yang diperkirakan akan berlanjut hingga tahun depan, karena dampak dari meroketnya tagihan energi dan bahan bakar. (AP Photo/Alastair Grant)

Menurut penelitian Oxford Economics, yang mensurvei 72 non-domisili Inggris dan 42 penasihat pajak yang mewakili 952 klien non-domisili lainnya, hampir semua (98%) mengatakan mereka akan beremigrasi dari Inggris lebih cepat dari yang direncanakan sebelumnya jika reformasi tersebut dilaksanakan. 72 non-domisili yang disurvei dikatakan telah menginvestasikan £118 juta masing-masing ke dalam ekonomi Inggris.

Mayoritas (83%) menyebutkan pajak warisan atas aset mereka di seluruh dunia sebagai motivasi utama untuk meninggalkan negara itu, sementara 65% juga merujuk pada perubahan pajak pendapatan dan keuntungan modal.

Swiss, Monako, Italia, Yunani, Malta, Dubai, dan Bahama di Karibia termasuk di antara berbagai tujuan yang kini paling menarik bagi investor kaya, menurut para ahli industri dan agen yang diwawancarai CNBC.

"Investor kaya memiliki banyak pilihan sekarang, dan banyak domisili yang memperebutkan mereka," kata Helena Moyas de Forton, direktur pelaksana dan kepala EMEA dan APAC di Christie's International Real Estate.

Di antara penawaran alternatif yang tersedia bagi individu kaya adalah pengecualian pajak warisan tanpa batas di Monako, Malta, dan Gibraltar, serta tidak adanya pajak pendapatan, keuntungan modal, dan warisan di Dubai.

Di Italia dan Yunani, rezim pajak tetap memungkinkan orang kaya menghindari pembayaran pajak atas aset mereka di seluruh dunia dengan biaya tahunan sebesar 100.000 euro hingga 15 tahun.

“Negara-negara lain merasakan ketakutan ini dan secara aktif mempromosikan yurisdiksi mereka serta menarik investasi dan keluarga mereka,” kata Macleod-Miller.

“Italia adalah salah satu negara yang merayu orang kaya dan tampaknya berpikir jika Anda memperlakukan mereka dengan baik, mereka akan berkontribusi,” tambahnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya