Liputan6.com, Jakarta - Langkah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) dinilai mendorong nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat.
Hal itu disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Adapun berdasarkan data RTI, rupiah berada di posisi 15.195 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin sore, 23 September 2024.
Advertisement
"Kita lihat kurs kita di Rp15.287 per USD itu penguatan rupiah sangat ketat kelihatan, kalau kita lihat periode akhir juli dengan September awal itu stip decline artinya penguatan rupiah," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Jakarta, Senin (23/9/2024).
Sri Mulyani menuturkan, dalam setahun, nilai tukar rupiah mengalami apresiasi sebesar 0,54 persen, mengimbangi depresiasi sebelumnya sekitar 5 persen.
"Untuk pergerakan kurs ini setahun dalam hal ini kita mengalami apresiasi sudah 0,54 persen itu hal yang mengkompensit kemarin depresiasi sekitar 5 persen," kata dia.
Selain itu, Sri Mulyani menuturkan, penurunan yield surat berharga negara (SBN) 10 tahun yang kini berada di 6,42 persen akan menguntungkan APBN dan mengurangi beban pembayaran utang.
"Pergerakan dari yield surat berharga kita 10 tahun, untuk yang local currency indonesia 10 tahun di 6,42 persen ini menunjukkan tensi yang menurun ini berarti cukup positif untuk APBN karena berarti tensi dari pembayaran utang kita bisa diperkirakan bisa mengakami penurunan," ujar dia.
Sementara, penurunan yield US Treasury 10 tahun menjadi 3,74 persen juga diharapkan dapat menurunkan biaya pinjaman. "Nah ini juga memberikan harapan terhadap cost off borrowing yang lebih rendah dan diharapakan ini juga bisa memacu kegiatan ekonomi secara positif," terang dia.
Sri Mulyani juga mencatat adanya peningkatan aliran modal masuk ke Indonesia, baik dari pembelian saham maupun surat berharga negara.
"Bulan Agustus melonjak lebih tinggi lagi dan pada September hingga tanggal 19 juga mengalami positif flow untuk SBN maupun dari sisi saham," pungkasnya.
Reporter: Siti Ayu
Sumber: Merdeka.com
Akhirnya The Fed Pangkas Suku Bunga 50 Basis Poin, Jadi Segini
Sebelumnya, Komite Pasar Terbuka Federal Federal Reserve (FOMC) memangkas suku bunga pinjaman utamanya sebesar setengah poin persentase, atau 50 basis poin. Keputusan tersebut menurunkan suku bunga dana federal The Fed ke kisaran antara 4,75%-5%.
Sementara suku bunga tersebut menetapkan biaya pinjaman jangka pendek untuk bank, suku bunga tersebut meluas ke berbagai produk konsumen seperti hipotek, pinjaman mobil, dan kartu kredit.
Matriks ekspektasi masing-masing pejabat The Fed menunjukkan, mereka memperkirakan akan ada penurunan satu poin persentase penuh suku bunga lagi pada akhir tahun 2025 dan setengah poin pada 2026.
“Komite telah memperoleh keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju 2 persen, dan menilai bahwa risiko untuk mencapai sasaran ketenagakerjaan dan inflasi secara kasar seimbang,” kata FOMC usai pertemuan suku bunga, dikutip dari CNBC International, Kamis (19/9/2024).
"Kami berusaha mencapai situasi di mana kami memulihkan stabilitas harga tanpa peningkatan pengangguran yang menyakitkan yang terkadang terjadi bersamaan dengan inflasi ini. Itulah yang kami coba lakukan, dan saya pikir Anda dapat menganggap tindakan hari ini sebagai tanda komitmen kuat kami untuk mencapai tujuan itu," ungkap Ketua The Fed Jerome Powell, dalam konferensi pers setelah keputusan suku bunga.
Advertisement
Ekonomi Solid
FOMC juga mencatat penambahan lapangan kerja telah melambat dan tingkat pengangguran telah meningkat tetapi tetap rendah.
"Pejabat FOMC menaikkan tingkat pengangguran yang diperkirakan tahun ini menjadi 4,4%, dari proyeksi 4% pada pembaruan terakhir pada bulan Juni, dan menurunkan prospek inflasi menjadi 2,3% dari 2,6% sebelumnya. Mengenai inflasi inti, komite menurunkan proyeksinya menjadi 2,6%, penurunan 0,2 poin persentase dari bulan Juni,” papar komite tersebut.
Keputusan penurunan suku bunga datang meskipun sebagian besar indikator ekonomi tampak cukup solid.
“Ini bukan awal dari serangkaian pemangkasan 50 basis poin. Pasar berpikir sendiri, jika Anda memangkas 50 basis poin, pemangkasan 50 basis poin lainnya memiliki kemungkinan besar. Namun saya pikir (Powell) benar-benar menggagalkan gagasan itu sampai batas tertentu,” kata Tom Porcelli, kepala ekonom AS di PGIM Fixed Income.
Menkeu AS Yellen: The Fed Pangkas Suku Bunga jadi Tanda Baik bagi Ekonomi AS
Sebelumnya, Menteri Keuangan Amerika Serikat, Janet Yellen menyambut keputusan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) pada Kamis, 19 September 2024.
Mengutip Channel News Asia, Jumat (20/9/2024), Janet Yellen menilai bahwa keputusan bank sentral AS untuk memangkas suku bunga merupakan tanda yang sangat positif bagi kondisi ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Pernyataan Yellen disampaikan sehari setelah The Fed memutuskan pemangkasan suku bunga agresif pertama sejak tahun 2020 saat inflasi mereda.
Komite Pasar Terbuka Federal Federal Reserve (FOMC) memangkas suku bunga pinjaman utamanya sebesar setengah poin persentase, atau 50 basis poin. Keputusan tersebut menurunkan suku bunga dana federal The Fed ke kisaran antara 4,75%-5%.
"Hal ini mencerminkan keyakinan The Fed bahwa inflasi telah turun drastis dan berada di jalur kembali ke target dua persen, dan bahwa risiko terkait inflasi telah benar-benar berkurang secara signifikan," ujar Yellen dalam sebuah acara di Washington.
"Pada saat yang sama, kita memiliki pasar kerja yang tetap kuat," sambungya.
Yellen menambahkan bahwa menurunkan inflasi secara sukses dalam konteks pasar kerja yang kuat, yang dikenal sebagai soft landing, adalah "persis seperti yang kita lihat dalam perekonomian".
Pejabat The Fed kini memperkirakan akan ada penurunan satu poin persentase penuh suku bunga lagi pada akhir tahun 2025 dan setengah poin pada tahun 2026. FOMC juga mencatat bahwa penambahan lapangan kerja telah melambat dan tingkat pengangguran telah meningkat tetapi tetap rendah.
Advertisement