Liputan6.com, Kolombo - Presiden sayap kiri pertama Sri Lanka dilantik pada hari Senin (23/9/2024). Anura Kumara Dissanayaka (55), seorang yang mengaku sebagai Marxis dari Front Pembebasan Rakyat (JVP) mendapat lonjakan dukungan setelah krisis ekonomi pada tahun 2022 memaksa rakyat Sri Lanka biasa mengalami kesulitan yang menyakitkan.
"Saya akan melakukan yang terbaik untuk sepenuhnya memulihkan kepercayaan rakyat terhadap politikus," kata Dissanayaka setelah mengambil sumpah, seperti dilansir CNA.
Advertisement
"Saya bukan dukun, saya bukan pesulap," ujarnya. "Ada hal-hal yang saya ketahui dan hal-hal yang tidak saya ketahui, tetapi saya akan mencari nasihat terbaik dan melakukan yang terbaik. Untuk itu, saya butuh dukungan semua orang."
Dissanayaka menggantikan Ranil Wickremesinghe (75), yang menjabat di puncak krisis ekonomi menyusul gagal bayar utang luar negeri pertama pemerintah serta kekurangan pangan, bahan bakar, dan obat-obatan selama berbulan-bulan. Wickremesinghe telah memberlakukan kenaikan pajak yang tajam dan langkah-langkah penghematan lainnya sesuai ketentuan dana talangan Dana Moneter Internasional (IMF).
Kebijakannya disebut mengembalikan pertumbuhan ekonomi, namun membuat jutaan orang berjuang untuk memenuhi kebutuhan.
"Saya dapat dengan yakin mengatakan bahwa saya telah melakukan yang terbaik untuk menstabilkan negara selama salah satu periode tergelapnya," kata Wickremesinghe.
Sesaat sebelum upacara pelantikan, Perdana Menteri Dinesh Gunawardena mengundurkan diri, membuka jalan bagi Dissanayaka untuk menunjuk kabinetnya sendiri. Partai Dissanayaka mengatakan dia ingin memiliki kabinet sementara hingga parlemen baru terpilih akhir tahun ini.
Partai JVP hanya memiliki tiga anggota di parlemen yang beranggotakan 225 orang.
Dia telah berjanji untuk terus melanjutkan paket penyelamatan IMF yang dinegosiasikan oleh pendahulunya tahun lalu, namun mengubah ketentuan untuk memberikan pemotongan pajak.
"Ini adalah dokumen yang mengikat, tetapi ada ketentuan untuk dinegosiasikan ulang," kata anggota senior partai Dissanayaka, Bimal Ratnayake, kepada AFP.
Janji Dissanayaka
Partai yang dikomandani Dissanayaka memimpin dua pemberontakan pada tahun 1970-an dan 1980-an yang menewaskan lebih dari 80.000 orang sebelum mewariskan kekerasan. Partai ini telah menjadi pemain kurang signifikan dalam politik Sri Lanka selama beberapa dekade sejak saat itu, dengan perolehan suara kurang dari 4 persen selama pemilu parlemen terakhir pada tahun 2020.
Namun, krisis Sri Lanka terbukti menjadi peluang bagi Dissanayaka, yang popularitasnya meningkat setelah berjanji untuk mengubah budaya politik "korup" di negara itu.
Dia menganggap revolusioner Marxis terkenal, Che Guevara, sebagai salah satu pahlawannya.
Sejak popularitasnya meningkat, dia telah melunakkan beberapa kebijakan, dengan mengatakan bahwa dia percaya pada ekonomi terbuka dan tidak sepenuhnya menentang privatisasi.
Advertisement