Liputan6.com, Jakarta - Sekitar 200 ribu lebih para pekerja asal Bogor menyebar untuk mengais rezeki di wilayah Jakarta. Warga Kota Bogor juga dinilai sebagai penyumbang kemacetan di wilayah Jadetabek.
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) pada 2021 mencatat dari 200 ribu masyarakat Bogor itu, 46% di antaranya sebagai pengguna moda transportasi umum seperti KRL dan bus. Selebihnya, para pekerja berangkat menggunakan kendaraan pribadi.
Advertisement
Hal tersebut mendorong pasangan Atang Trisnanto dan Annida Allivia menciptakan gagasan-gagasan bagaimana warga Kota Bogor untuk bisa mencari nafkah di wilayah sendiri, sehingga tidak perlu pergi puluhan kilometer ke wilayah lain.
Itu juga sejurus dengan program Pasangan Ridwan Kamil dan Suswono (RIDO) bagaimana menata wilayah-wilayah daerah penyangga agar tidak menyumbang kemacetan hingga polusi di Jakarta.
"Ini yang menjadi konsen kami, bagaimana kita menciptakan cuan di wilayah sendiri sehingga warga Kota Bogor tidak perlu harus pergi ke daerah yang jauh, banyak menyita waktu dan meninggalkan keluarga," papar Atang di Kota Bogor, Senin (22/9/2024).
Jika terpilih sebagai wali kota, Atang akan membuat program Bogor Bekerja. Menurutnya, Pemerintah Kota Bogor menargetkan 40 ribu lapangan kerja baru melalui pelatihan, inkubator bisnis, pendampingan bisnis, serta promosi produk unggulan dari 2.000 UMKM Lokal.
"Bila asumsi 40 ribu lapangan kerja itu mempekerjakan minimal 5 orang, sehingga permasalahan 200 ribu orang pergi ke Jakarta untuk mencari kerja itu selesai," papar Atang.
Bagi warga Kota Bogor yang tidak menyukai bekerja kantoran melainkan nonformal, Atang juga menggagas Bogor Ekonomi Kreatif, yakni hibah startup dengan nilai Rp10 miliar per tahun dan 10 creative hub dan co-working space.
Gagasan Ruang UMKM
Program hibah, kata Atang, bertujuan untuk mendorong munculnya lebih banyak startup di Kota Bogor, yang pada gilirannya akan menciptakan lapangan kerja baru, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, dan menjadikan Bogor sebagai pusat inovasi serta teknologi yang unggul di Indonesia.
Ketiga, gagasan ruang UMKM yaitu menyulap kawasan niaga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Dengan penataan kawasan niaga yang strategis di lokasi-lokasi publik ini untuk menciptakan lingkungan yang ramah bagi para pengusaha lokal.
"Kita ciptakan infrastruktur yang memadai dan aksesibilitas yang tinggi. Ruang UMKM menjadi jembatan penghubung antara tradisi dan modernitas, antara pelaku usaha dan konsumen," kata Atang.
Peningkatan nilai ekonomi pun tidak hanya di sentra ekonomi, pihaknya juga akan menciptakan ekonomi di setiap wilayah kecamatan. Atang meyakini setiap wilayah Kota Bogor mempunyai nilai dijual, salah satunya destinasi wisata.
"Program 68 Area Sadaya Unggulan akan menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi Kota Bogor, menciptakan lapangan kerja baru, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat," katanya.
Advertisement
Wisata Pekarangan
Tidak hanya di wilayah, Atang-Aninda juga membidik peningkatan ekonomi hingga keluarga. Bagaimana setiap keluarga bisa memiliki potensi cuan dengan mengembangkan wisata pekarangan.
Selanjutnya, program wisata pekarangan, sebuah inisiatif yang akan mengubah pekarangan-pekarangan rumah warga menjadi destinasi wisata yang menarik dan edukatif. Nantinya, program ini akan memberdayakan masyarakat untuk memanfaatkan lahan pekarangan mereka secara kreatif, menciptakan ruang hijau yang produktif, sekaligus menjadi sumber penghasilan tambahan.
Menurutnya, visi nyaman rezekinya dengan menggagas lima program mulai dari Bogor Bekerja, Bogor Ekonomi Kreatif, Ruang UMKM, 68 Area Sadaya, dan Wisata Pekarangan diharapkan bisa menggejot ekonomi Kota Bogor ke depan.
"Program nyaman rezekinya adalah upaya strategis Atang Trisnanto dan Annida Alivia untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga. Dengan begitu harapan meningkatkan ekonomi bisa dimulai dari individu, keluarga, atau komunitas dan ke depan Kota Bogor bisa menjadi acuan kota yang mandiri dalam bidang peningkatan ekonomi," jelas Atang. (Achmad Sudarno)
