Harap-harap Cemas Kemenkeu Hadapi Kebijakan Suku Bunga Bank Sentral Negara Maju

Pemerintah tidak hanya mewaspadai terkait tren penurunan maupun kenaikan suku bunga di masa mendatang, melainkan juga memperhatikan tantangan global lainnya.

oleh Tira Santia diperbarui 24 Sep 2024, 11:00 WIB
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) Kementerian Keuangan Luky Alfirman, dalam Seminar Internasional Desentralisasi Fiskal Tahun 2024, Selasa (24/9/2024).

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan (Keuangan) berharap ke depannya bank sentral di sejumlah negara baju tidak kembali menaikkan suku bunga secara tiba-tiba. Harapan ini diungkapkan oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Luky Alfirman.

"Ya, kami sangat senang mendengar bahwa beberapa bank pusat yang besar memulai menurunkan interest rate mereka, ECB, Bank of England, dan baru-baru ini, The Fed. Ini adalah berita yang sangat baik. Tapi, kita harus mengharapkan bahwa mungkin, tidak akan terjadi perubahan drastis yang akan terjadi di masa depan." kata Luky dalam Seminar Internasional Desentralisasi Fiskal Tahun 2024, Selasa (24/9/2024).

Luky menilai, pertumbuhan ekonomi dunia akan cukup stabil di tahun 2024 dan tahun 2025. Lantaran, hampir semua bank sentral dunia kompak menurunkan suku bunga.

"Tetapi, kita masih harus menghadapi interest rate yang tinggi. Jadi, semuanya, seperti yang dijanjikan oleh beberapa institusi finansial, kembang ekonomi global akan cukup stabil di masa depan, mungkin 2024-2025," ujarnya.

Kendati begitu, Pemerintah tidak hanya mewaspadai terkait tren penurunan maupun kenaikan suku bunga di masa mendatang, melainkan juga memperhatikan tantangan global lainnya, seperti perubahan teknologi yang semakin pesat dengan adanya Artificial Intellegence.

"Jadi, selain risiko global ini, kita juga harus berhati-hati dengan beberapa tantangan strukturnya, tren, perubahan iklim, teknologi, kita bicarakan AI, Artificial Intelligence," ujar Luky.

Tak hanya itu saja, kata Luky, dunia juga dihadapkan dengan tantangan rantai pasok global yang mengalami perubahan yang signifikan akibat beberapa faktor, yakni teknologi, demografi, dan peristiwa global. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia harus lebih memperkuat ekonomi domestik agar pertumbuhan ekonomi RI tetap terjaga di tengah ketidakpastian global.

"Jadi, semuanya, apa yang kita lihat di sini, bahwa, berdasarkan kondisi ini, menurut saya, mendorong ekonomi domestik sangat-sangat penting. Ini adalah kunci bagi kita, bagaimana mengembangkan, bagaimana menciptakan engine kembang baru," pungkasnya.


Akhirnya The Fed Pangkas Suku Bunga 50 Basis Poin

The Fed (www.n-tv.de)

Sebelumnya, Komite Pasar Terbuka Federal Federal Reserve (FOMC) memangkas suku bunga pinjaman utamanya sebesar setengah poin persentase, atau 50 basis poin. Keputusan tersebut menurunkan suku bunga dana federal The Fed ke kisaran antara 4,75%-5%.

Sementara suku bunga tersebut menetapkan biaya pinjaman jangka pendek untuk bank, suku bunga tersebut meluas ke berbagai produk konsumen seperti hipotek, pinjaman mobil, dan kartu kredit.

Matriks ekspektasi masing-masing pejabat The Fed menunjukkan, mereka memperkirakan akan ada penurunan satu poin persentase penuh suku bunga lagi pada akhir tahun 2025 dan setengah poin pada tahun 2026.

“Komite telah memperoleh keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju 2 persen, dan menilai bahwa risiko untuk mencapai sasaran ketenagakerjaan dan inflasi secara kasar seimbang,” kata FOMC usai pertemuan suku bunga, dikutip dari CNBC International, Kamis (19/9/2024).

"Kami berusaha mencapai situasi di mana kami memulihkan stabilitas harga tanpa peningkatan pengangguran yang menyakitkan yang terkadang terjadi bersamaan dengan inflasi ini. Itulah yang kami coba lakukan, dan saya pikir Anda dapat menganggap tindakan hari ini sebagai tanda komitmen kuat kami untuk mencapai tujuan itu," ungkap Ketua The Fed Jerome Powell, dalam konferensi pers setelah keputusan suku bunga.


Ekonomi Solid

Ilustrasi The Fed

FOMC juga mencatat bahwa penambahan lapangan kerja telah melambat dan tingkat pengangguran telah meningkat tetapi tetap rendah.

"Pejabat FOMC menaikkan tingkat pengangguran yang diperkirakan tahun ini menjadi 4,4%, dari proyeksi 4% pada pembaruan terakhir pada bulan Juni, dan menurunkan prospek inflasi menjadi 2,3% dari 2,6% sebelumnya. Mengenai inflasi inti, komite menurunkan proyeksinya menjadi 2,6%, penurunan 0,2 poin persentase dari bulan Juni,” papar komite tersebut.

Keputusan penurunan suku bunga datang meskipun sebagian besar indikator ekonomi tampak cukup solid.

“Ini bukan awal dari serangkaian pemangkasan 50 basis poin. Pasar berpikir sendiri, jika Anda memangkas 50 basis poin, pemangkasan 50 basis poin lainnya memiliki kemungkinan besar. Namun saya pikir (Powell) benar-benar menggagalkan gagasan itu sampai batas tertentu,” kata Tom Porcelli, kepala ekonom AS di PGIM Fixed Income.

  

Infografis 20 Negara Ekonomi Terbesar Dunia 2023 Versi IMF. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya