Bahagianya Bagiyudin Najib, Seorang Warga Lokal yang Bisa Kerja di KIT Batang

Di tengah geliat pertumbuhan industri di Indonesia, Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang muncul sebagai salah satu pusat ekonomi yang menjanjikan.

oleh Fachri pada 24 Sep 2024, 15:45 WIB
Kawasan Industri Terpadu Batang. (Foto: Kemenkoperekonomian)

Liputan6.com, Batang Di tengah geliat pertumbuhan industri di Indonesia, Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang muncul sebagai salah satu pusat ekonomi yang menjanjikan. Keberadaan KIT ini tak hanya memberikan peluang investasi yang besar, tetapi juga membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang.

Salah satu cerita menarik datang dari Bagiyudin Najib, seorang warga lokal atau akamsi dari Batang yang menjadi bagian dari muda-mudi yang bekerja di pabrik sepatu, PT Yih Quan Footwear Indonesia. Bagiyudin menjadi salah satu dari 100 peserta yang lolos sertifikasi pada pelatihan gelombang pertama yang digelar selama dua minggu.

Alhamdulillah baik, setelah saya mengikuti pelatihan selama 15 hari berjalan lancar,” katanya.

Bagiyudin pun merasa beruntung karena bisa bekerja di kompleks industri yang tumbuh di daerahnya. Apalagi, dia dibekali keterampilan sebelum bekerja dan semuanya gratis.

“Bahkan saya juga dikasih uang saku dan makan,” ucapnya sambil berseri-seri.

Sebagai informasi, pada Jumat 26 Juli 2024, pabrik tempat Bagiyudin bekerja telah melakukan ekspor perdana. Perusahaan Taiwan yang menanam modal Rp1,7 triliun di KITB itu mengirim sepatu merek Hoka ke Amerika Serikat. Kontainer-kontainer berisi 16.000 pasang sepatu mereka dilepas oleh Presiden Joko Widodo, berbarengan dengan peresmian KITB.

PT Yih Quan Footwear Indonesia bukan satu-satunya pabrik yang tinggal di KITB. Di atas lahan 4.300 hektare itu kini tumbuh berbagai pabrik.

Saat ini, KITB sudah menampung 18 perusahaan yang menempati 10% dari total luas wilayah. Perusahaan-perusahaan itu telah berinvestasi Rp14 triliun di KITB dengan menyerap 19.000 tenaga kerja.


Proyek Pabrik Kaca di KIT Batang

Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia saat acara peresmian operasional Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang di Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah, pada Jumat, 26 Juli 2024. (Foto: Presiden.go.id)

Kabar teranyar, PT KCC Glass Indonesia juga sudah menyala pada Agustus lalu. Pabrik kaca asal Korea Selatan yang dibangun mulai Mei 2021 itu sudah beroperasi. KCC Glass merupakan investor asing pertama yang melakukan peletakan batu pertama di KITB.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia pada Juli lalu mengatakan bahwa Indonesia mendapatkan investasi untuk proyek hilirisasi di Batang, yaitu KCC Glass. Ia menyebut, investasi itu akan mulai produksi pada Agustus tahun ini dan hanya salah satu di antara proyek-proyek investasi hilirisasi Indonesia dari Korsel.

Belum ditahui berapa kapasitas produksi pabrik kaca ini. Tapi yang jelas, saat peletakan batu pertama PT KCC, Bahlil menyebut pabrik yang menghuni lahan seluas 49 hektare dengan nilai investasi Rp5 triliun ini akan menjadi perusahaan kaca terbesar se-Asia Tenggara dan menyerap 1.200 tenaga kerja.

Perusahaan lain Korea yang bermukim di kawasan industri di Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, adalah LG. Perusahaan ini siap membangun pabrik katoda sebagai ekosistem baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV). Kehadiran pabrik katoda merupakan bagian dari integrasi pembangunan hulu dan hilir ekosistem baterai EV.

“Di mana, akan ada prekursor smelter untuk pengembangan sel baterai  di Maluku Utara. Kemudian, ada pabrik  baterai sel juga di Karawang, Jawa Barat,” kata Bahlil.


Serap Banyak Lapangan Kerja

Presiden Joko Widodo saat meresmikan operasional Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang di Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah, pada Jumat, 26 Juli 2024. (Foto: Presiden.go.id)

Hilirisasi membuat Indonesia tidak lagi mengekspor mineral hasil tambang dalam bentuk mentah. Proses ini akan mengolah mineral hasil tambang menjadi barang jadi. Tembaga dan nikel misalnya, bisa diolah menjadi komponen penting baterai listrik.

Hilirisasi mengubah nilai jual mineral tambang yang keluar dari perut bumi Indonesia. Harganya makin tinggi setelah menjadi produk jadi. Beda jauh jika diekspor dalam bentuk mineral mentah.

Selain itu, proses hilirisasi juga akan membuka banyak lapangan kerja. Semakin banyak industri hilirisasi tumbuh di KITB ini, kian masif tenaga kerja yang dibutuhkan. Dalam sepuluh tahun ke depan, KITB diproyeksikan penuh pabrik dan menyerap 25.000 ribu pekerja.

Nyala industri-industri seperti di KITB ini menjadi harapan baru bagi warga lokal semacam Bagiyudin yang semringah karena bisa mendapat pekerjaan. Pemuda dengan rambut setengah kribo ini berharap warga lokal Batang bisa kerja di kawasan industri tersebut.

“Supaya ke depannya tidak hanya jadi penonton saja. dari luar bekerja di sini, yang dari sini juga bisa bekerja di dalam KITB sini,” tutur Bagiyudin.

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya