Analis Sebut Sektor Semen di Indonesia Masih Perlu Banyak Stimulus

Analis menuturkan, supply dan demand semen masih rendah di bawah 60 persen.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 27 Sep 2024, 16:25 WIB
Analis menilai, sektor semen di Indonesia masih butuh banyak stimulus untuk mendorong pertumbuhan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Senior Equity Analyst Sinarmas Sekuritas, Yosua Zisokhi menuturkan, sektor semen di Indonesia masih butuh banyak stimulus untuk mendorong pertumbuhan di tengah kondisi oversupply

"Evolusi dari semen sebelum 2014 dan 2015 penggunaan semen berbanding dengan demand, sangat tinggi di atas 80 persen. Sekarang ini supply demand dari semen masih rendah di bawah 60 persen," kata Yosua dalam Webinar Institutional Research Sinarmas Sekuritas, Selasa, 24 September 2024.

Yosua menambahkan, hal ini dapat menyebabkan perang harga terutama dari produsen baru yang ingin mendapatkan pangsa pasar. Maka dari itu, menurut Yosua produsen semen seperti Semen Indonesia dan Indocement harus berbenah. 

Memasuki rezim suku bunga rendah, Yosua berharap demand pada sektor properti akan meningkat yang dapat memberi sentimen positif untuk industri semen di Indonesia. 

"Suku bunga turun seharusnya membuat demand dari sektor properti meningkat tapi efeknya lama. Jadi sebelum itu terjadi, industri semen masih kesulitan untuk bisa bertumbuh," ujar dia. 

Selain itu adanya penurunan budget infrastruktur pada tahun depan juga menjadi salah satu tantangan untuk sektor semen di Indonesia. Maka dari itu, sektor properti masih ditunggu yang bisa membuat sektor semen kembali alami kenaikan. 

Adapun sepanjang pertengahan 2024, Yosua mengungkapkan permintaan dari semen di Indonesia berkutat di daerah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Hal ini didorong oleh lokasi Ibu Kota yang berpindah ke daerah tersebut.

 


Laba Emiten Semen di Semester I 2024 Kompak Turun, Bahkan Ada yang Rugi

Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Sebelumnya, sejumlah emiten semen mengumumkan kinerja untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2024. Pada periode tersebut, kinerja emiten semen kompak mengalami penurunan dari sisi laba.

PT Cemindo Gemilang Tbk (CMNT) bahkan mencatatkan rugi pada semester I 2024. CMNT membukukan pendapatan Rp 4,16 triliun pada semester I 2024, turun 3,68 persen dibandingkan pendapatan pada semester I 2023 yang tercatat sebesar Rp 4,32 triliun.

Sementara pendapatan turun, beban pokok pendapatan pada semester I 2024 naik menjadi Rp 3,3 triliun dari Rp 3,2 triliun pada semester I 2024. Bersamaan dengan itu, kinerja perseroan terimbas selisih kurs hingga rugi Rp 277,56 miliar.

Mempertimbangkan beban pajak dan lainnya, perseroan pada semester I 2024 mencatatkan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 428,3 miliar. Adapun pada semester I tahun lalu, perseroan masih membukukan laba Rp 223,25 miliar.

Lalu PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada semester I 2024 tercatat sebesar Rp 7,32 miliar. Laba itu turun 56 persen dibandingkan laba semester I 2023 yang tercatat sebesar Rp 16,63 miliar.

Susutnya laba pada semester I 2024 sejalan dengan pendapatan yang turun 1,41 persen menjadi Rp 835,18 miliar dari Rp 847,09 miliar pada semester I 2023. Sementara pendapatan turun, beban pokok pendapatan naik menjadi RP 615,69 miliar dari Rp 569,17 miliar pada semester I 2023.

Alhasil, laba kotor perseroan pada semester I 2024 tergerus menjadi Rp 219,49 miliar. Adapun pada semester I 2023, perseroan membukukan laba kotor Rp 277,92 miliar.

 


Semen Indonesia dan Indocement Tunggal Prakarsa

Ilustrasi laporan keuangan (Foto: Isaac Smith/Unsplash)

PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 501,48 miliar. Laba itu turun 42,11 persen dibandingkan laba semester I 2023 yang sebesar Rp 866,24 miliar.

Penurunan laba sejalan dengan pendapatan perseroan yang turun 3,64 persen menjadi Rp 16,41 triliun pada semester i 2024. Pada semester I 2023, perseroan membukukan pendapatan Rp 17,03 triliun.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 434,7 miliar atau turun 37,76 persen dibandingkan laba semester I 2023 yang tercatat sebesar Rp 698,43 miliar.

Penurunan laba terjadi meski perseroan mencatatkan pertumbuhan dari sisi pendapatan. Pendapatan perseroan pada semester I 2024 naik 1,94 persen menjadi Rp 8,12 triliun dibanding Rp 7,97 triliun pada semester I 2023.

Namun bersamaan dengan itu, beban pokok pendapatan naik menjadi Rp 5,83 triliun pada semester I 2024 dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 5,54 triliun. Alhasil, laba kotor perseroan pada semester I 2024 tergerus menjadi Rp 2,3 triliun dari Rp 2,43 triliun yang dicatatkan pada semester I 2024

 


Solusi Bangun Indonesia

Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector

PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) membukukan laba periode berjalan pada semester I 2024 sebesar Rp 163,52 miliar. Laba itu turun 35,62 persen dibandingkan laba periode berjalan semester I 2023 yang tercatat sebesar Rp 253,99 miliar.

Turunnya laba sejalan dengan pendapatan semester I 2023 yang turun 2,74 persen menjadi Rp 5,42 triliun dibandingkan Rp 5,57 triliun yang dicatatkan pada semester I 2023. Sementara pendapatan turun, beban pokok pendapatan semester I 2024 naik menjadi Rp 4,86 triliun dari Rp 4,44 triliun pada semester I 2024.

Alhasil, laba kotor pada semester I 2024 tergerus menjadi Rp 961,89 miliar. Adapun pada semester I tahun lalu, perseroan membukukan laba kotor Rp 1,23 triliun.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya