Erick Thohir: BUMN dan Swasta Bisa Bersaing Sehat

Menteri BUMN Erick Thohir menuturkan, 2 smelter yang dibangun oleh grup Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID dan 1 milik swasta itu membuktikan pasar persaingan yang sehat.

oleh Arief Rahman H diperbarui 24 Sep 2024, 20:25 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan persaingan antara perusahaan pelat merah dan swasta terjadi secara sehat. (Foto: Liputan6.com/Arief Rahman Hakim)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan persaingan antara perusahaan pelat merah dan swasta terjadi secara sehat. Ini terlihat di sektor pemurnian sebagai upaya hilirisasi bahan tambang.

Diketahui, dalam beberapa waktu terakhir, Erick mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan tiga smelter. Pertama, smelter tembaga milik PT Amman Mineral International Tbk di Sumbawa. 

Kedua, smelter tembaga milik PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur. Ketiga, smelter bauksit milik PT Borneo Alumina Indonesia yang dibentuk Antam dan Inalum.

"Dan tentu hari ini, ini BUMN semua kebetulan, ini antara Inalum dan Antam," kata Erick dalam peresmian Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR), di Mempawah, Kalimantan Barat, Selasa (24/9/2024).

Menurut dia, 2 smelter yang dibangun oleh grup Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID dan 1 milik swasta itu membuktikan pasar persaingan yang sehat. Tujuannya, memastikan hilirisasi mineral tambang terjadi.

"Jadi memang market-nya terbuka pak, antara BUMN-swasta bersaing bebas tetapi yang penting bagaimana memastikan hiliriasi ini terjad di Indonesia," ujarnya.

Dia mengisahkan, pembangunan SGAR Fase 1 sempat tertunda. Namun, berkat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, proyeknya bisa kembali berjalan. Termasuk dukungan dari pemerintah daerah.

"Kita tahu pak, bahwa smelter ini sempat tertunda, terima kasih pak Menteri Investasi (Bahlil Lahadalia) saat itu, dan pak Tarmizi waktu itu sebagai gubernur yang memang ada keterlambatan," ujar dia. 

"Inilah tadi disampaikan oleh pak Dirut (MIND ID) bagaimana peran pemerintah bisa mendorong korporasi ini bisa dapat kemudahan segala hal sehingga bisa menjaga nantinya target-target yang sesuai untuk pertumbuhan itu," ia menambahkan.

 


Bos MIND ID Penuhi Janji ke Jokowi, Mulai Produksi di Smelter Bauksit Mempawah

Direktur Utama MIND ID, Hendri Prio Santoso saat peresmian SGAR di Mempawah, Kalimantan Barat, Selasa (23/9/2024). (Foto: Liputan6.com/Arief RH)

Sebelumnya, Holding BUMN Industri Pertambangan, PT Mineral Industri Indonesia atau MIND ID resmi memulai operasional Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) fase 1 di Mempawah, Kalimantan Barat. Ini disebut-sebut jadi pemenuhan janji MIND ID kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Hal itu diungkap oleh Direktur Utama MIND ID, Hendri Prio Santoso. Dia bilang, ini jadi tindak lanjut yang proyeknya sudah ditunjau langsung oleh Jokowi pada Maret 2024.

"Kita dapat berkumpul di Kabupaten Mempawah menghadiri dan menyaksikan peresmian injeksi bauksit pertama proyek SGAR yang sekaligus juga merupakan pemwnuhan janji kami kepada bapak Presiden pada Maret yang lalu dan juga telah waktu itu melakukan peninjauan langsung kepada kami," kata Hendi dalam peresmian SGAR di Mempawah, Kalimantan Barat, Selasa (23/9/2024).

Dia menuturkan, pengoperasian proyek SGAR fase 1 ini merupakan pencapaian penting dalam sejarah industri mineral logam Indonesia. Termasuk membuka integrasi dari hulu ke hilir.

"Kita di MIND ID Group sudah dengan peresmian hari ini bisa melakukan integrasi hulu ke hilir lengkap dari bauksit menjadi alumina dan aluminium sehingga kita siap menyumbangkan produk ini bagi sumbangsih untuk pengembangan ekonomi nasional," katanya.

 


Butuh Bahan Baku 3,3 Juta Ton per Tahun

Direktur Utama MIND ID, Hendri Prio Santoso saat peresmian SGAR di Mempawah, Kalimantan Barat, Selasa (23/9/2024). (Foto: Liputan6.com/Arief RH)

Pada SGAR Fase 1 ini kapasitas produksinya mencapai 1 juta ton per tahun. Ini jadi salah satu upaya melakukan hilirisasi bauksit yang didorong Jokowi, termasuk mencoba untuk menghemat devisa Indonesia.

"Kita ingin tingkatkan kapasitas aluminiumnya mencapai 900 ribu ton sehingga diperlukan  bahan baku tambahan, makanya kita siap menambah 1 juta ton lagi," ucapnya.

Untuk memproses sekitar 1 juta ton alumina, Hendi bilang SGAR Fase 1 itu membutuhkan bahan baku bauksit sebanyak 3,3 juta ton per tahun. Proyek ini memakan biaya investasi hingga Rp 16 triliun.

"Apa yang akan kita resmikan saat ini, kapasitasnya 1 jt ton membutuhkan bahan baku 3,3 juta ton per tahun," katanya.

Hendi menyampaikan SGAR memiliki dampak positif yang berkelanjutan bagi ekonomi sekaligus sosial lingkungan di daerah operasional. Momentum dari pembangunan infrastruktur pabrik dan operasional mampu menyerap tenaga kerja serta menggerakkan ekonomi sektor terkait. 

Operasional pertambangan dan industri juga dijalankan dengan prinsip berkelanjutan sehingga dampak sosial dan lingkungan dapat dimitigasi dan dikurangi.

 

 


Bisa Setop Impor 672 Ribu Ton Aluminium Per Tahun

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap Indonesia bisa lepas dari impor aluminium. Tercatat, sekitar 56 persen dari 1,2 juta ton kebutuhan aluminium nasional dipasok dari luar negeri.

Dia mengatakan, Indonesia memiliki bahan baku untuk membuat aluminium, tetapi sebagian besar aluminium justru impor.

"Kita tahu kebutuhan aluminium di dalam negeri sendiri 1,2 juta ton. 56 persennya kita impor. Kita punya bahan bakunya kita punya raw material-nya tapi 56 persen aluminium kita impor," kata Jokowi saat meresmikan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, Selasa, 24 September 2024.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya