Liputan6.com, Jakarta - Sejak dicetus pada tahun 2021, Pakta Pertahanan Australia-Inggris-Amerika Serikat (AUKUS) menjadi sorotan banyak pihak. Termasuk pertanyaan soal apakah menjadi peluang atau ancaman.
Menurut Wakil Kepala BRIN Amarulla Octavian, AUKUS bisa menjadi perspektif lain yang bisa dianalisis.
Advertisement
"Itulah semacam peluang untuk melakukan kerja sama," kata Amarulla Octavian usai menjadi pembicara di Seminar Internasional bertajuk Indonesia-Russia: from the Past to the Future, the Historical and Geopolitical Perspective yang diadakan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) bekerja sama dengan Federal Archival Agency of the Russian Federation dan Valdai Discussion Club, Selasa (24/9/2024).
Menurut Amarulla Octavian, hal tersebut bukan soal ancamannya, tetapi kerja sama tentang mengundang pakta AUKUS untuk mengeksplorasi dasar laut internasional.
"Itu tergantung perspektif kita," kata Amarulla Octavian.
Meski begitu, Rusia menganggap pakta tersebut menjadi ancaman bagi Indo-Pasifik. Kepala Pusat IMEMORAS Indo-Pasifik, Alexey Kupriyanov mengatakan, itu merupakan posisi tegas Rusia.
"Kami menganggapnya sebagai ancaman, dan kami tidak mendukung format eksklusif apa pun di kawasan ini," ucapnya.
Jadi Tren Berbahaya?
Sementara rekannya, Pavel Gudev, kepala IMEMORAS wilayah Kanada dan Amerika mengatakan, AUKUS bisa menjadi tren yang berbahaya.
"Semua tergantung sudut pandang kita. Namun, jika kita dapat mengubah ancaman semacam ini menjadi peluang, maka kita dapat mengeksplorasi upaya apa yang dapat kita lakukan dalam kerja sama maritim bersama," kata Gudev.
"Saya kira ini adalah tren yang sangat berbahaya bahwa Amerika Serikat akan melibatkan sekutu mereka, sekutu NATO seperti Inggris, Prancis, untuk menyelesaikan masalah di Laut China Selatan, yang bertentangan dengan Tiongkok," lanjutnya.
Namun, menurut Gudev, semua masalah regional harus diselesaikan secara regional, tanpa keterlibatan negara-negara non-regional.
Advertisement