Jokowi: Tidak Ada Lagi Ekspor Bahan Mentah

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan Indonesia tak akan lagi melakukan ekspor bahan mentah. Bahkan, hilirisasi tersebut tak sebatas di sektor mineral dan batu bara (minerba), yang akan dilanjutkan oleh Presiden Terpilih Prabowo Subianto.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 25 Sep 2024, 11:00 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin sidang kabinet paripurna terakhir di Ibu Kota Nusantara (IKN) (Youtube Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan Indonesia tak akan lagi melakukan ekspor bahan mentah. Bahkan, hilirisasi tersebut tak sebatas di sektor mineral dan batu bara (minerba), yang akan dilanjutkan oleh Presiden Terpilih Prabowo Subianto.

Dia mencatat, ada peningkatan nilai tambah dari proses hilirisasi yang dilakukan. Maka, diperlukan perluasan sektor hilirisasi kedepannya.

"Kita berharap tidak ada lagi ekspor bahan mentah. Semua harus diolah di dalam negeri. Nilai tambah harus tercipta di dalam negeri, dan lapangan pekerjaan juga ada di dalam negeri. Dan ini tidak berhenti hanya di sektor Minerba (mineral dan batubara)," ungkap Jokowi usai meresmikan injeksi bauksit perdana di Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, dikutip Rabu (25/9/2024).

Dia memastikan program hilirisasi yang dijalankannya ini akan dilanjutkan Prabowo Subianto. Bahkan, sektor selain mineral tambang akan jadi perhatian.

"Saya sudah berdiskusi panjang dengan Presiden terpilih, Pak Prabowo. Nanti beliau akan memulai hilirisasi di sektor pertanian, perkebunan, dan kelautan. Artinya, sektor pangan juga akan masuk dalam proses hilirisasi," ungkap Jokowi.

Guna mempercepat implementasi hilirisasi, Jokowi meminta BUMN bisa menggandeng perusahaan swasta, baik nasional maupun internasional. Tujuannya memanfaatkan peluang hilirisasi.

"Semua terbuka. Kerja sama dengan swasta dalam negeri oke, dengan swasta luar negeri juga oke. BUMN maupun swasta, semuanya. Masih banyak peluang yang bisa kita manfaatkan," kata dia.

"Hilirisasi timah, hilirisasi batubara menjadi gas (Dimethyl Ether/DME) belum banyak dilakukan. Jadi, masih ada banyak ruang yang bisa kita garap," imbuh Jokowi.

 


Manfaat Hilirisasi

Presiden Jokowi meresmikan Jalan Tol Semarang-Demak Seksi 2 Sayung-Demak. (BPMI Setpres/Laily Rachev).

Mengutip keterangan resmi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), hilirisasi bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah suatu produk, baik itu hasil tambang seperti mineral dan batubara, maupun dari sektor lainnya seperti pertanian, perkebunan, dan perikanan. Dengan pengolahan di dalam negeri, nilai komoditas dapat melonjak signifikan.

Di sektor non-pertambangan, hilirisasi juga terbukti membawa hasil positif. Contohnya, di industri berbasis agro yang dikelola Kementerian Perindustrian, hilirisasi komoditas kelapa sawit menjadi produk turunan seperti oleofood complex (pangan dan nutrisi), oleochemical dan biomaterial (bahan kimia dan pembersih).

Serta bahan bakar nabati berbasis sawit seperti biodiesel, greendiesel, greenfuel, dan biomassa, telah meningkatkan nilai tambah hingga empat kali lipat.


Jokowi: Kita Sudah Ekspor Bahan Mentah 400 Tahun Sejak Zaman VOC

Jokowi mengatakan, dana Program Indonesia Pintar bisa dipergunakan untuk kebutuhan sekolah seperti membeli buku, alat-alat tulis, seragam sekolah, dan sepatu. (Foto: Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap kondisi Indonesia yang telah melakukan ekspor bahan mentah selama lebih dari 400 tahun. Namun, pada akhirnya saat ini bisa melakukan hilirisasi.

Bahkan, dia mengatakan kalau ekspor bahan mentah dari Indonesia dilakukan sejak zaman Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) dahulu atau pada masa Hindia Belanda. Saat itu, ekspor bahan mentah RI didominasi oleh rempah-rempah.

"Kita ini sudah ekspor bahan mentah lebih dari 400 tahun yang lalu sejak zaman VOC. Kita ekspor bahan mentah kita yang dulu banyak adalah rempah-rempah," kata Jokowi dalam peresmian Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, Selasa (24/9/2024).

Dia bilang, seluruh negara yang mengimpor bahan mentah Indonesia bahkan telah berubah menjadi negara maju. Ironisnya, Indonesia yang kaya akan bahan mentah tersebut cenderung sulit berkembang menjadi negara maju.

"Dan negara yang impor bahan mentah kita semuanya jadi negara maju. Kita yang memilki sumber daya alam, ekspor hanya bahan mentah, tidak bisa berkembang jadi negara maju," ucap dia.

Kendati begitu, seiring berjalannya waktu, Indonesia mampu mengubah kondisinya. Mulanya dilakukan pada sektor pertambangan dengan menyetop ekspor nikel mentah pada 2020. 

Kemudian, akan dilanjutkan dengan tembaga hingga bauksit. Mendukung kedua komoditas ini, Jokowi meresmikan smelter pengolahan tembaga dan bauksit. Terbaru adalah SGAR milik PT Borneo Alumina Indonesia, bagian dari Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID.

"Negara-negara maju betul-betul sudah kecanduan terhadap impor bahan-bahan mentah kita sehingga saat kita ingin hilirisasi pasti diganggu, pasti mereka tidak rela, pasti mereka tidak mau," tegasnya.

 

 


Ambil Peluang Hilirisasi

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menanggapi soal Rancangan Undang-Undang (RUU) Perampasan Aset. (dok: Arief)

Namun, ada posisi yang menguntungkan Indonesia sehingga bisa mengambil peluang untuk melakukan hilirisasi. Peluang itu tercipta ketika banyak negara maju sibuk mengurus kondisi geopolitik global hingga pandemi covid-19.

"Untungnya ada geopolitik global, ada Covid, ada resesi ekonomi sehingga negara-negara maju sibuk dengan masalah yang mereka miliki, sibuk dengan problem-problem, menyelesaiakan problem-problem yang mereka miliki dan melupakan kita," tuturnya.

"Inilah kesempatan kita membangun industri, untuk membangun smelter dari mineral-mineral yang kita miliki dan tidak ada yang mengganggu," dia menambahkan.

Kepala Negara itu mengisahkan kala membatasi ekspor nikel pada 2020, Indonesia langsung diadukan oleh Uni Eropa ke World Trade Organization (WTO). Namun, belakangan tidak ada lagi yang memprotes hilirisasi yang dilakukan Indonesia.

"Meskipun saat kita 4 tahun yang lalu kita setop nikel, Uni Eropa bawa kita ke WTO. Tapi setelah itu gak ada. Bauksit kita stop gak ada yang komplain, gak ada yang gugat. Tembaga kita stop juga gak ada yang menggugat karena memang mereka sibuk dengan masalah yang mereka hadapi," tuturnya.

Smelter Bauksit

Sebagai contoh, kata dia, smelter bauksit milik PT Borneo Alumina Indonesia yang diresmikannya menjadi langkah lanjutan dalam hilirisasi tambang RI. Smelter milik Holding BUMN Industri Pertambangan, MIND ID ini bisa jadi cara Indonesia menjadi negara industri maju.

"Oleh sebab itu pembangunan smelter PT Borneo Alumina Indonesia ini yang merupakan kerja sama antara PT Inalum dan PT Antam hari ini kita lihat betul-betul telah kejadian dan selesai untuk fase pertamanya," ucap dia.

"Pembangunan smelter Ini merupakan usaha kita menyongsong Indonesia menjadi negara industri mengolah sumber daya alam kita sendiri dan tidak lagi mengekspor bahan-bahan mentah," pungkas dia.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya