Liputan6.com, Yogyakarta - Direktur Pusat Pengembangan Otak dari Maharishi International Universitas, Amerika Serikat, Fred Travis, dalam seminar “Myths to Science: Brain, Transcendental Meditation, Shamanism, and Integral Transpersonal Hypnosis” di Fakultas Psikologi UGM bertajuk pada Kamis (19/9) menyebut meditasi salah satu metode pengelolaan diri yang efektif. Bahkan ia telah lama meneliti soal respons otak terhadap meditasi dan hipnosis yang dapat mengatasi masalah kecemasan dan stres.
Fred menggambarkan bahwa diri seseorang sebagai segelas air yang memantulkan cahaya matahari yang pada dasarnya berdiri sendiri dan tidak bergantung pada apapun. Sedangkan segelas air terkadang bergantung pada sinar matahari yang terpantulkan. “Kita bisa lihat refleksi matahari dalam gelas air ini sebagaimana diri kita. Kita memiliki jati diri sendiri, namun dengan adanya lingkungan atau faktor eksternal yang mempengaruhi, maka itu membentuk karakter kita,” jelas Fred, Kamis 19 September 2024.
Baca Juga
Advertisement
Fred menyebut dengan pemaknaan ini menjelaskan bagaimana diri manusia sangat adaptif, sekaligus reflektif terhadap lingkungannya. Kondisi inilah yang menjelaskan mengapa manusia dapat dengan mudah mengalami stres, gangguan kecemasan, dan gangguan psikologis lainnya. Lebih lanjut Fred menjelaskan seiring berjalannya waktu, otak manusia nantinya akan mengalami penurunan kemampuan, di mana pada 20 tahun pertama akan terlihat perubahan drastis dari otak manusia.
Memasuki umur 10-18 tahun, otak mulai kehilangan konektivitas antara satu sel dengan yang lain yang dibuktikan dengan jumlah koneksi sel otak yang lebih banyak ditemukan pada anak-anak dibanding orang dewasa. “Anak memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Proses adaptasi tersebut menyebabkan koneksi sel otak putus ketika tidak digunakan,” jelasnya.
Menurutnya, meditasi transendental terbukti dapat membantu meningkatkan fungsi otak, bahkan jika seseorang telah memasuki usia di atas 20 tahun. Apalagi efek meditasi tidak terpaku pada lamanya proses. “Saya meneliti pola aktivitas otak dari seseorang yang bermeditasi selama beberapa bulan, dengan yang sudah bermeditasi selama puluhan tahun. Hasilnya tidak ada bedanya, ini mengejutkan saya,” terangnya.
Selain itu, fungsi kognitif otak harusnya bisa lebih baik dengan proses meditasi yang lebih lama. Namun hasil penelitian menunjukkan hal yang berlawanan, artinya, seseorang tidak memerlukan waktu lama dalam bermeditasi untuk meningkatkan fungsi otak. “Penemuan ini tentunya menjadi peluang baru dalam metode pengelolaan mental diri,” katanya.
Terselenggaranya acara berkaitan dengan meditasi ini merupakan kolaborasi Office Of International Affairs (OIA) of UGM, Studio penelitian Hypnotic guide Imagery dan Transpersonal ( HGI Studio) serta Education for World Peace and Maharishi International University.