Liputan6.com, Jakarta Harga saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) terpantau berada di zona merah sepanjang pekan ini. Saham SIDO lesu di tengah pergantian menuju musim hujan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim hujan di Indonesia 2024 akan dimulai secara bertahap di berbagai wilayah. Sebagian kecil wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan sejak Agustus 2024, sementara sebagian besar wilayah lainnya diprediksi akan mengalami awal musim hujan antara September hingga November 2024.
Advertisement
Merujuk data RTI, saham SIDO turun 1,49 persen ke posisi 660 sekitar pukul 11.00 WIB. Pada posisi tersebut, saham SIDO telah turun 0,75 persen dalam sepekan. Meski begitu, saham SIDO masih niak 25,71 persen sejak awal tahun atau secara year to date (YTD).
Saat ini, NH Korindo Sekuritas Indonesia mempertahankan rekomendasi overweight pada saham SIDO dengan TP di 750.
"Kami mempertahankan rekomendasi Overweight untuk SIDO dengan menaikkan target harga menjadi 750 per saham, yang menyiratkan P/E Forward Dinamis 3-Tahun rata-rata sebesar 20,9x dengan potensi kenaikan sebesar 11,1%," ulas Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, Ezaridho Ibnutama dalam risetnya, Rabu (25/9/2024).
Rekomendasi
Eza menjelaskan, risiko rekomendasinya adalah adalah permintaan yang lesu di pasar luar negeri pada semester II 2024 yang menurunkan kontribusi hasil yang rendah.
Sehingga biaya penjualan dan pemasaran terhadap pendapatan menjadi lebih tinggi. Bersamaan dengan itu, jika ada perhitungan permintaan yang lebih lemah dari yang diantisipasi di musim hujan.
Jadi Sentimen Positif
Masih dari faktor cuaca, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Andreas Saragih menilai musim hujan akan menjadi sentimen positif bagi perusahaan.
Di mana masyarakat umumnya akan menyediakan produk suplemen daya tahan tubuh. Salah satu yang cukup populer adalah Tolak Angin produksi PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO).
"Dari segi keuangan, musim hujan kemungkinan akan mendongkrak kinerja SIDO pada semester kedua tahun 2024, karena secara historis, penjualan Tolak Angin mencapai puncaknya pada periode ini," kata analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Andreas Saragih dalam risetnya, Rabu (11/9/2024).
Tolak Angin, yang termasuk dalam segmen Obat Herbal & Suplemen, menyumbang sekitar 50% dari pendapatan konsolidasi. Segmen ini juga merupakan yang paling menguntungkan bagi SIDO, dengan mencatat margin laba kotor tertinggi dibandingkan dengan segmen lainnya.
"Mengingat koreksi harga saham baru-baru ini, yang memberikan potensi kenaikan yang lebih besar, kami menaikkan peringkat kami menjadi Buy dari Trading Buy, namun, kami mempertahankan TP kami sebesar Rp 830," ulas Andreas.
Advertisement