Yuan China Sentuh Level Terkuat Sejak 2023, Ini Pendorongnya

Ahli strategi valas dan kredit di DBS, Wei Liang Chang menuturkan, para pembuat kebijakan China kini perlu berhati-hati untuk tidak membiarkan kenaikan renminbi bebani ekspor.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 25 Sep 2024, 15:12 WIB
Yuan China mencapai level terkuat dalam lebih dari 16 bulan pada Rabu, 25 September 2024 setelah Beijing meluncurkan serangkaian langkah stimulus untuk menopang ekonomi negara itu. (Photo by Eric Prouzet on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Yuan China mencapai level terkuat dalam lebih dari 16 bulan pada Rabu, 25 September 2024 setelah Beijing meluncurkan serangkaian langkah stimulus untuk menopang ekonomi negara itu. 

Melansir Channel News Asia, Rabu (25/9/2024) Yuan China offshore menguat menjadi 6,9946 terhadap dolar Amerika Serikat (USD), menandai level terkuatnya sejak Mei 2023.

Yuan dalam negeri China saat ini diperdagangkan pada 7,0319 terhadap dolar AS, juga bertahan pada level terkuat sejak Mei 2024.

Ahli strategi valas dan kredit di DBS, Wei Liang Chang mengatakan, para pembuat kebijakan China kini perlu berhati-hati untuk tidak membiarkan kenaikan renminbi, atau RMB, (juga dikenal sebagai yuan China) membebani sektor ekspor, mengingat ekonomi yang masih rapuh.

"Kami pikir pertumbuhan yang lemah dan lingkungan inflasi yang rendah di China akan memberikan tekanan pada RMB ke depannya," kata Edmund Goh, kepala pendapatan tetap China di ABRDN.

Ben Emons, pendiri Fed Watch Advisors, juga mengatakan dalam sebuah catatan, penguatan Yuan yang cepat dapat menambah tekanan deflasi lebih lanjut pada ekspor China.

Berbeda dengan mata uang utama lainnya seperti dolar AS dan Yen Jepang, yang memiliki nilai tukar mengambang, China mempertahankan pengendalian ketat atas nilai Yuan. Mata uang itu diizinkan untuk diperdagangkan dalam kisaran terbatas 2% di atas atau di bawah nilai tukar titik tengah untuk hari tersebut.

"Kami melihat kemungkinan USDCNH (Yuan Offshore) diperdagangkan di bawah 7,0 selama tiga bulan ke depan karena sikap pro-pertumbuhan para pembuat kebijakan dapat memicu lebih banyak short covering posisi bearish CNH dan pelonggaran the Fed mengungguli PBOC," ungkap Zerlina Zeng, kepala Strategi Kredit Asia dari firma riset kredit CreditSights, dalam sebuah catatan.

Sebelumnya, pada Selasa, 24 September 2024, Gubernur Bank Rakyat China, Pan Gongsheng mengumumkan bank sentral akan memangkas jumlah uang tunai yang perlu dimiliki bank, yang dikenal sebagai rasio persyaratan cadangan, atau RRR, sebesar 50 basis poin.  Dia juga mengatakan PBOC akan memangkas suku bunga repo 7 hari sebesar 0,2 poin persentase.


Pengusaha Bocorkan Rahasia Yuan China jadi Mata Uang Global

Ilustrasi mata uang, yuan. (Photo created by xb100 on www.freepik.com)

Sebelumnya, Yuan China memerlukan lebih banyak aplikasi seperti untuk saham dan obligasi untuk digunakan lebih luas secara global. Gagasan itu diungkapkan oleh CEO Hong Kong Exchanges dan Clearing Limited, Bonnie Chan.

Beijing telah lama menggembar-gemborkan ambisinya untuk meningkatkan penggunaan global Yuan, yang dikenal sebagai renminbi atau "RMB" di pasar keuangan internasional.

Melansir CNBC International, Rabu (26/6/2024) Chan mengatakan dalam pertemuan Summer Davos yang digelar World Economic Forum di Dalian, China, masyarakat memegang mata uang untuk diperdagangkan, atau yang lebih penting, sebagai penyimpan kekayaan.

“Kami tidak akan hanya menyimpan sejumlah RMB dan memasukkannya ke rekening bank ini. Anda ingin memiliki obligasi, Anda ingin memiliki ekuitas, dan lain sebagainya," katanya.

“Salah satu keharusan strategis kami (telah) diubah untuk memastikan bahwa kami terus memproduksi lebih banyak produk keamanan dalam mata uang RMB," lanjutnya.

"Sehingga investor di seluruh dunia dapat melihat lebih banyak penerapan RMB dan dapat menggunakannya, sebagai media untuk menyimpan kekayaan dalam bentuk Yuan," imbuh Chan.

Tahun lalu, HKEX mengumumkan program Dual-Counter yang memungkinkan investor memperdagangkan sekuritas yang terdaftar di Hong Kong dalam dolar Hong Kong atau Yuan China.

Sebagai langkah signifikan menuju internasionalisasi Yuan, Dana Moneter Internasional (IMF) pada tahun 2015 mengumumkan bahwa mereka akan menambahkan Yuan ke keranjang mata uang cadangannya pada tahun berikutnya.

 


Mata Uang Paling Aktif Keempat di Dunia

Petugas menghitung uang pecahan 100 Yuan, Jakarta, Kamis (13/8/2015). Biang kerok keterpurukan kurs rupiah dan sejumlah mata uang negara lain adalah kebijakan China yang sengaja melemahkan (devaluasi) mata uang Yuan. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Yuan merupakan mata uang paling aktif keempat untuk pembayaran global berdasarkan nilai pada bulan Mei 2024, menyumbang hampir 4,5% dari transaksi tersebut, menurut jaringan pesan antar bank SWIFT.

Sementara Dolar AS memiliki pangsa hampir 48%. Dalam pembiayaan perdagangan, Yuan berada di peringkat ketiga dengan tingkat sekitar 5,1% pada bulan Mei, menurut SWIFT. Euro sedikit lebih tinggi pada 5,6%, sementara dolar AS mendominasi dengan pangsa hampir 85%.

Fred Hu, pendiri, ketua dan CEO Primavera Capital, mengatakan pada panel yang sama di pertemuan World Economic Forum internasionalisasi Yuan mungkin akan memakan waktu lebih lama dari perkiraan banyak orang, meskipun ada peningkatan jumlah pernyataan dari Beijing.

Meskipun China memiliki posisi sebagai negara perdagangan terbesar dan memiliki pusat keuangan yang besar, "kami tidak sebesar dan sedalam AS. Selain rekening modal kami juga ditutup, tidak sepenuhnya dapat dikonversi, (yang) juga menghambat internasionalisasi renminbi," jelas Fred Hu.

 


Pasar Keuangan Harus Sudah Matang

Mengembangkan lebih banyak produk investasi dalam Yuan China juga memerlukan pematangan sektor keuangan lokal. Hal ini termasuk memiliki basis investor yang lebih canggih.

Chan mengatakan dalam Forum Keuangan Lujiazui tahunan di Shanghai pekan lalu, bahwa hampir setiap percakapan dengan para pemimpin puncak menyertakan istilah "investasi yang sabar".

Ungkapan ini muncul dalam rilis resmi yang mendorong investasi jangka panjang dibandingkan spekulasi jangka pendek.

"Kesabaran datang dari pembelajaran melalui volatilitas pasar," kata Kenny Lam, CEO Two Sigma Asia-Pasifik pada panel yang sama pada Selasa.

Dia mengatakan bahwa para pembuat kebijakan telah memberikan lebih banyak pemikiran untuk membuat kebijakan mereka lebih stabil dan konsisten.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya