Bahlil Lahadalia Ingin Indonesia Atur Harga Batu Bara hingga Nikel Dunia

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan, harga timah, batu bara, nikel ke depan harus ditentukan oleh Pemerintah Indonesia.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 25 Sep 2024, 18:46 WIB
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menginginkan harga acuan komoditas tambang dunia diatur oleh Indonesia. (Tira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menginginkan harga acuan komoditas tambang dunia diatur oleh Indonesia. Itu mencakup batu bara, nikel, hingga timah.

Dia menyebut selama ini harga sejumlah komoditas tambang mineral dan batu bara diatur oleh negara lain. Lantaran, pasar komoditas tambang itu dikuasai oleh asing. Hal ini menjadi yang pertama jadi pertanyaannya ketika masuk sebagai Menteri ESDM.

"Market-nya dikuasai oleh luar. Harga batu bara, harga nikel, harga timah ditentukan oleh negara lain. Saya begitu masuk di Kementerian ESDM, saya bilang kita yang bodoh atau mereka yang lebih pintar?," ujar Bahlil dalam Green Initiative Conference 2024, di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (25/9/2024).

Dia bersikukuh, Indonesia kaya akan seluruh komoditas tadi. Mulai dari batu bara, sebagai salah satu pemasok terbesar di dunia. Kemudian, nikel hingga timah yang cadangannya banyak dimiliki Indonesia.

Atas dasar itu, Bahlil menginginkan harga batu bara, nikel, hingga timah diatur oleh pemerintah Indonesia. Artinya, tidak bergantung pada penetapan harga oleh negara lain.

"Saya pastikan, untuk harga timah, harga batu bara, harga nikel ke depan harus ditentukan oleh Pemerintah Republik Indonesia," kata dia.

"Saya tidak mau negara ini diatur oleh orang lain. Yang tahu tujuan negara ini adalah kita. Pemerintah dan rakyat bangsa Indonesia," ia menambahkan.

Dia menuturkan, hal ini yang perlu diperbaiki ke depan. "Saya pikir ini bagian-bagian yang harus kita perbaiki. Sekarang sudah bagus? sudah bagus. Tapi kita mau yang lebih bagus lagi, dan karena itu harus ada kesadaran kolektif, dan kesadaran bertahap," bebernya.


Jadi Penentu Harga Komoditas Mineral Dunia

Ilustrasi Nikel

Sebelumnya, Indonesia digadang mampu menentukan harga acuan komitas mineral dan batu bara internasional. Menyusul besarnya potensi minerba di seluruh titik.

Holding BUMN Industri Pertambangan, PT Mineral Industri Indonesia atau MIND ID melihat peluang untuk menentukan harga minerba internasional. Direktur Utama MIND ID, Hendi Prio Santoso menargetkan Indonesia jadi global price setter dalam waktu dekat.

"Kami berharap, dalam waktu yang tidak terlalu lama, kami dapat menjadi global price setter. Ini adalah salah satu tujuan utama yang kami capai bersama di Grup MIND ID," ujar Hendi melalui keterangan resmi, Sabtu (8/9/2024).

Dia menuturkan sejumlah komoditas melimpah di Indonesia. Misalnya ada batu bara hingga timah. Pada batu bara, Indonesia merupakan penghasil batu bara terbesar di dunia. Sementara itu, Indonesia juga menyimpan cadangan timah terbesar di dunia.

"Dalam produk batu bara, Indonesia masih bergantung pada indeks dari Australia atau negara lainnya. Padahal, Indonesia sendirinya adalah produsen terbesar batu bara dunia hingga saat ini," ujarnya.

 

 


Harga Mengacu OPEC

Ilustrasi tambang nikel (dok: Foto AI)

Selanjutnya, Indonesia juga belum menjadi penentu harga timah dunia meski memiliki kekayaan komoditas timah yang melimpah. Hendi bilang, penentuan harga itu bisa mengacu pada Organization of the Petroleum Exporting Country (OPEC).

"Bersama China dan Peru, ketiga negara produsen utama ini dapat meniru skema Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) guna melakukan price setting," kata dia.

Hendi menuturkan, grup MIND ID proaktif meningkatkan kegiatan eksplorasi secara agresif. Serta, selektif agar pengelolaan cadangan dapat lebih optimal dalam menjawab kebutuhan global.

"Grup MIND ID juga proaktif meningkatkan kapabilitas yang sudah dimiliki saat ini, mengembangkan skala bisnis hilir dan industrialisasi secara lebih jauh, sehingga mampu terus meningkatkan nilai tambah dari mineral yang dikelola," bebernya.

Di samping itu, Grup MIND ID juga proaktif membangun aliansi strategis untuk ekspansi bisnis hilirisasi baru yang akan semakin memperkuat posisi Indonesia di rantai pasok dunia.

"MIND ID terus berkolaborasi dengan pemangku kepentingan terkait agar Indonesia memiliki batas kuota produksi nasional yang ketat, yang dijadikan acuan produksi oleh seluruh pelaku industri mineral pertambangan di Indonesia yang pada akhirnya dapat membantu Indonesia dalam menentukan harga," urainya.

Grup MIND ID juga terus mengedepankan pengelolaan cadangan mineral yang optimal serta berpegang pada prinsip sustainable mining.

"Dengan demikian, upaya kami untuk menjadi pemimpin pasar dan global price setter dapat memberikan dampak dan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran seluruh rakyat Indonesia," pungkasnya.

 


Bank Tetap Incar Investasi Hilirisasi Meski Harga Nikel Merosot

Sebelumnya, Kepala Ekonom BCA, David Sumual melihat sektor perbankan baik BUMN maupun swasta menaruh perhatian besar terhadap proyek hilirisasi yang diinisiasi pemerintah, termasuk nikel.  

Investasi bank lantas disebutnya punya potensi besar untuk mengalirkan pembiayaan ke proyek hilirisasi nikel.

"Sejauh ini kalau saya sampaikan exposure-nya kita lumayan meningkat. Bukan hanya bank pemerintah, bank swasta masuk ke situ," kata David Sumual di sela-sela acara BCA Expoversary 2024 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Sabtu (2/3/2024).

Menurut dia, pelemahan harga nikel di pasaran global justru jadi peluang untuk pemasukan investasi lebih kuat bagi Indonesia. Lantaran tambang-tambang di luar banyak tak kuat menahan gejolak harga nikel, yang sehingga satu per satu di antaranya gulung tikar. 

"Justru sebaliknya, saya rasa ini peluang untuk Indonesia sendiri. Ada beberapa perusahaan di luar yang keluar statement, kemungkinan kita dari sisi nikel dan turunannya bisa jadi number one market player," paparnya. 

"Karena sekarang banyak smelter maupun tambang-tambang yang enggak sanggup dengan harga serendah ini. Jadi tewas satu-satu. Jadi kita bisa jadi pemain dominan di situ," ujar David. 

David menilai, nikel dan produk turunannya tidak hanya diincar sebagai bahan baku untuk komponen pembuatan baterai kendaraan listrik. Namun, juga untuk besi tahan karat atau stainless steel maupun barang-barang yang menjunjung energi baru terbarukan (EBT).

"Jadi kalau misalnya bisa masuk ke Indonesia, downstreaming di nikel ini investasi-nya bisa lebih kuat lagi. Saya juga mengharapkan buka hanya nikel, tapi yang lain, produk-produk lain termasuk produk agriculture/pertanian bisa didorong juga," tuturnya. 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya