Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak WTI (West Texas Intermediate) naik tipis pada perdagangan Kamis ini, setelah penurunan tajam pada sesi perdagangan sebelumnya. Pergerakan patokan harga minyak dunia ini mencerminkan keseimbangan antara sentimen positif dari penurunan stok minyak di Amerika Serikat (AS) dan kekhawatiran permintaan global yang terus membayangi, terutama dari pasar terbesar, China.
Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, minyak mentah WTI menunjukkan indikasi tren bullish yang mulai melemah berdasarkan kombinasi indikator Moving Average.
Advertisement
Nugraha memproyeksikan bahwa harga minyak hari ini berpotensi mengalami penurunan hingga ke level USD 68 per barel. Namun, jika terjadi rebound, harga bisa berbalik dan mencapai target kenaikan terdekat di angka USD 72 per barel.
Pada Kamis ini (26/9/2024), harga minyak mentah WTI AS tercatat naik sebesar 4 sen atau sekitar 0,06%, menjadi USD 69,73 per barel. Kenaikan kecil ini terjadi setelah harga minyak mengalami penurunan lebih dari 2% pada Rabu kemarin.
"Penurunan ini dipicu oleh meredanya kekhawatiran atas gangguan pasokan di Libya dan masih kuatnya kekhawatiran akan lemahnya permintaan global, meskipun Tiongkok telah mengumumkan langkah-langkah stimulus terbaru," kata dia dalam keterangan tertulis, Kamis (26/9/2024).
Awalnya, pengumuman stimulus dari China, yang merupakan importir minyak terbesar dunia, sempat memicu kenaikan harga minyak. Namun, setelah paket stimulus tersebut diteliti lebih lanjut, terlihat bahwa kebijakan tersebut tidak secara signifikan mengubah prospek permintaan komoditas, termasuk minyak.
Hal ini memicu kekhawatiran bahwa permintaan dari China mungkin tidak akan sekuat yang diharapkan.
Sentimen Lain
Selain itu, tanda-tanda kembalinya pasokan minyak Libya ke pasar turut memberikan tekanan pada harga minyak. Setelah adanya kesepakatan antara pihak-pihak dari Libya timur dan barat terkait proses penunjukan gubernur bank sentral, diharapkan krisis yang mengganggu ekspor minyak Libya dapat segera diselesaikan.
Jika pasokan dari Libya kembali normal, pasar yang sudah diliputi oleh kekhawatiran akan lemahnya permintaan dari AS dan Tiongkok, mungkin akan semakin terbebani.
Di sisi lain, pasar minyak tetap memperhatikan data dari Amerika Serikat yang menunjukkan tanda-tanda permintaan bahan bakar yang lebih kuat. Berdasarkan laporan dari Badan Informasi Energi (EIA), stok minyak AS turun lebih dari yang diperkirakan pada minggu lalu.
Data ini seharusnya menjadi kabar positif bagi pasar, namun kekhawatiran global mengenai pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak tetap dominan.
Advertisement
Tekanan Jual
Menurut Nugraha, pergerakan harga minyak hari ini akan sangat bergantung pada sentimen pasar global terhadap kekuatan permintaan. Dengan tren bullish yang melemah, WTI berpotensi turun hingga USD 68 jika tekanan jual terus berlanjut.
Prediksi ini mencerminkan dinamika pasar minyak global yang saat ini terpengaruh oleh ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.
Meskipun ada tanda-tanda permintaan yang lebih kuat di AS, pasar minyak global masih terjebak dalam ketidakpastian terkait prospek pertumbuhan ekonomi dan permintaan dari Tiongkok, yang tetap menjadi perhatian utama para analis pasar.