Liputan6.com, Bandung - Penyakit alzheimer ternyata juga dapat ditemukan gejalanya pada anak-anak. Padahal sebelumnya, alzheimer adalah kondisi neurodegeneratif yang terjadi pada orang dewasa.
Hal ini mengacu pada tingkat abnormal dari protein yang terjadi secara alami di otak, yang berkumpul di antara sel untuk membentuk plak yang dapat mengganggu koneksi otak.
Dilansir laman Good Doctor, alzheimer pada anak atau childhood alzheimer’s adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi anak-anak yang menunjukkan gejala seperti demensia.
Namun penyebabnya sangat berbeda dari alzheimer seperti yang terlihat pada orang dewasa. Istilah ini umumnya merujuk pada dua penyakit berbeda yang menyebabkan anak kehilangan ingatan dan gejala lain yang umumnya terkait dengan penyakit alzheimer.
Baca Juga
Advertisement
Alzheimer pada masa kanak-kanak dapat merujuk pada:
- Penyakit Niemann
- Pick tipe C (NPC)
- Sindrom Sanfilippo atau mucopolysaccharidosis tipe III (MPS III)
Kedua penyakit tersebut dikenal sebagai gangguan penyimpanan lisosom. Ketika seorang anak menderita salah satu penyakit genetik ini, lisosom selnya tidak berfungsi dengan baik.
Baik NPC ataupun MPS III, keduanya adalah penyakit genetik yang diturunkan. Seorang anak berisiko mengalami alzheimer jika salah satu dari orang tuanya memiliki gen pembawa penyakit ini.
Anak-anak yang lahir dari orang tua yang membawa gen penyebab Alzheimer pada masa kanak-kanak memiliki peluang 1 dari 4 untuk mengembangkan kondisi tersebut.
Beberapa laporan menyatakan bahwa NPC terjadi pada 1 dari 100 ribu hingga 150 ribu kelahiran hidup. Sementara MPS III mungkin muncul pada 1 dari 70 ribu hingga 100 ribu kelahiran.
Simak Video Pilihan Ini:
Perbedaan dan Persamaan Alzheimer pada Anak dan Orang Dewasa
Baik NPC dan MPS III secara ilmiah berbeda dari Alzheimer. Alzheimer pada orang dewasa terjadi ketika mereka memiliki terlalu banyak protein yang disebut beta-amyloid di otak mereka, dan protein menggumpal di antara sel.
Seiring waktu, penggumpalan protein ini mengganggu koneksi di otak dan menyebabkan gangguan memori dan masalah lainnya.
Sementara Alzheimer pada anak terjadi saat lisosom selnya tidak berfungsi dengan baik. Lisosom sel membantu memproses gula dan kolesterol sehingga tubuh dapat menggunakannya.
Ketika lisosom tidak berfungsi dengan baik, nutrisi ini menumpuk di dalam sel. Hal ini menyebabkan sel tidak berfungsi dan akhirnya mati. Dalam kasus NPC dan MPS III, kematian sel ini mempengaruhi memori dan fungsi otak lainnya.
Kesamaan yang dimiliki alzheimer, NPC, dan MPS III adalah kerusakan sel-sel otak secara progresif dari waktu ke waktu, menyebabkan demensia.
Tetapi penyebab utamanya berbeda dan, bagi pasien penyakit alzheimer pada masa kanak-kanak, otak hanyalah satu dari sekian banyak organ dan sistem dalam tubuh yang mengalami kerusakan.
Advertisement
Gejala dan Pengobatan Alzheimer pada Anak
Gejala pertama alzheimer pada masa anak-anak berhubungan dengan otak. Anak-anak akan mengalami masalah dengan ingatan dan komunikasi. Mereka mungkin kesulitan mempelajari informasi baru dan mungkin kehilangan motorik atau keterampilan lain yang telah mereka peroleh.
Tanda dan gejala lainnya yang lebih spesifik, akan sangat berbeda tergantung si anak mengalami NPC atau MPS III. Berikut beberapa gejala umum Alzheimer pada anak yang patut orang tua waspadai:
- Anak menjadi cadel
- Kehilangan kemampuan untuk berbicara sama sekali
- Sesak napas- Bengkak di perut
- Kulit berwarna kuning disebut penyakit kuning
- Kesulitan melakukan kontak mata- Kesulitan mengikuti cahaya atau benda dengan mata
- Kesulitan menelan
- Hilangnya kekuatan otot dan kontrol
- Kehilangan keseimbangan
- Kehilangan keterampilan motorik
- Kejang
- Berkedip cepat.
Sayangnya, tidak ada pil atau operasi yang dapat mengobati kondisi alzheimer pada anak. Karena tidak ada pengobatan untuk penyakit ini sendiri, rencana perawatan kemungkinan besar akan berfokus pada gejala dan memastikan anak memiliki kualitas hidup setinggi mungkin.
Contohnya, jika seorang anak mengalami gejala sulit menelan karena alzheimer maka dokter mungkin akan menyarankan pemberian makanan yang halus agar lebih mudah ditelan.
Karena tidak ada pengobatan yang dapat membalikkan kerusakan yang telah terjadi, maka sangat penting untuk mendapatkan bantuan sedini mungkin.
Perbedaan Demensia, Alzheimer dan Pikun
Demensia, alzheimer dan pikun adalah tiga kondisi yang sama-sama melibatkan kemampuan mengingat pada manusia. Tapi terdapat perbedaan penyebab dan juga gejala dari ketiganya.
Pikun seringkali diartikan sebagai kondisi penurunan kemampuan mengingat atau pelupa. Kondisi tersebut mungkin terjadi seiring bertambahnya usia. Pikun adalah hal yang normal seiring dengan bertambahnya usia, sama halnya dengan munculnya keriput atau penglihatan yang semakin kabur.
Sementara demensia seringkali disebut sebagai kondisi kehilangan kemampuan mengingat atau pikun. Namun lebih dari itu, demensia bukan sekadar pikun namun juga hilangnya kemampuan berpikir dan kemampuan mental lainnya.
Jika pikun hanya kesulitan mengingat, orang yang mengalami demensia juga akan mengalami penurunan kemampuan berpikir yang akan memengaruhi tingkah laku, kebiasaan dan kehidupan sosial.
Sedangkan, alzheimer diketahui sebagai penyumbang 60 hingga 80 persen kasus demensia. Alzheimer sendiri merupakan penyakit progresif yang memengaruhi sel-sel otak.
Di mana gejala yang muncul akan semakin buruk dari waktu ke waktu, sehingga alzheimer berbeda dari pikun bisa. Salah satu gejala dari alzheimer adalah demensia atau menurunnya kemampuan berpikir, perilaku dan keterampilan sosial seseorang.
Kondisi tersebut tidak bisa diobati. Namun terdapat beberapa cara untuk memperlambat kondisi agar tidak semakin buruk. Secara singkat penjelasan perbedaan demensia, alzheimer dan pikun yaitu, pikun adalah kondisi menurunnya kemampuan mengingat karena pertambahan usia.
Sementara demensia adalah kondisi menurunnya kemampuan mengingat diikuti penurunan kemampuan berpikir dan keterampilan sosial lainnya. Kemudian alzheimer adalah penyakit yang memengaruhi sel otak yang umumnya menyebabkan demensia.
Advertisement