Liputan6.com, Gorontalo - Setelah viral di media sosial, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Kabupaten Gorontalo akhirnya tidak tinggal diam atas kasus dugaan pelecehan oknum guru berinisial DH dengan siswanya.
PPPA memberikan perhatian serius terhadap seorang anak yang menjadi korban pelecehan oknum guru.
Kepala Dinas PPPA Kabupaten Gorontalo, Zascamelya Uno, mengungkapkan bahwa anak tersebut mengalami trauma berat akibat tekanan yang timbul pasca kasusnya menjadi konsumsi publik.
Baca Juga
Advertisement
"Kondisi psikologis anak ini sangat terpengaruh. Saat ini, kami fokus memberikan pendampingan intensif untuk pemulihan trauma yang dialaminya," kata Zascamelya.
Zascamelya menegaskan, Dinas PPPA akan terus mendampingi korban hingga proses pemulihan psikologisnya selesai. Mereka juga sudah melakukan koordinasi dengan psikolog untuk melakukan penilaian awal dan langkah-langkah terapi selanjutnya.
“Kami telah melakukan pemeriksaan awal, dan akan segera melakukan assessment bersama psikolog untuk memastikan kondisi anak ini membaik. Pendampingan ini akan terus berlanjut hingga kondisinya benar-benar pulih,” lanjut Zascamelya.
Selain fokus pada pemulihan mental, Dinas PPPA juga berkomitmen untuk menjaga hak pendidikan anak tersebut. Zascamelya menegaskan, anak itu harus tetap mendapatkan haknya untuk melanjutkan pendidikan meski sedang menghadapi masalah berat.
"Kami akan berkoordinasi dengan pihak sekolah agar anak ini tetap bisa melanjutkan pendidikannya. Saat ini dia sudah duduk di kelas 12, dan kami tidak ingin kasus ini tidak menghalangi dia meraih ijazahnya," ujar Zascamelya.
Berhenti Sebar Video
Pihaknya juga menghimbau masyarakat untuk berhenti menyebarkan video yang berisi tindakan asusila tersebut. Ia menekankan pentingnya peran masyarakat dalam melindungi hak dan privasi anak korban.
"Kami meminta masyarakat, termasuk media, untuk turut serta melindungi hak anak ini dengan tidak menyebarkan video tersebut. Ini adalah langkah nyata dalam menjaga psikologinya. Bayangkan jika hal ini terjadi pada anak kita sendiri, pasti kita akan merasakan kesedihan yang mendalam," ujarnya
Dengan harapan kerjasama semua pihak, anak korban bisa segera pulih dari trauma yang dialaminya dan melanjutkan kehidupannya dengan lebih baik.
Upaya melindungi anak-anak dari eksploitasi, termasuk dalam bentuk penyebaran konten yang melanggar hukum, adalah tanggung jawab bersama.
“Mari kita jaga privasi dan psikologi anak ini, demi masa depannya dan masa depan kita sebagai bangsa yang melindungi generasi penerusnya.” ia menandaskan.
Advertisement