Prospek IHSG di Tengah Era Suku Bunga Rendah

Sebelumnya Mandiri Sekuritas menargetkan IHSG mencapai level 7.460 pada akhir 2024 untuk skenario dasar dan 7.640 untuk skenario bullish.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 27 Sep 2024, 07:00 WIB
Target IHSG hingga akhir tahun mencapai level 7.800 untuk skenario dasar, sedangkan untuk skenario Bullish, Mandiri Sekuritas menargetkan IHSG mencapai level 8.000. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - The Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga bunga acuan menjadi 4,75-5 persen atau 50 basis poin (bps). Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) juga menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6 persen.

Di tengah masuknya era suku bunga rendah, Head of Equity Research Mandiri Sekuritas Adrian Joezer mengungkapkan Mandiri Sekuritas pada Agustus telah merevisi target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir 2024.

Adrian menjelaskan target IHSG hingga akhir tahun mencapai level 7.800 untuk skenario dasar, sedangkan untuk skenario Bullish, Mandiri Sekuritas menargetkan IHSG mencapai level 8.000.

Sebelumnya Mandiri Sekuritas menargetkan IHSG mencapai level 7.460 pada akhir 2024 untuk skenario dasar dan 7.640 untuk skenario bullish.

“Skenario ini dipakai dengan harapan ekonomi Amerika masih soft landing. Ini masih ada kesempatan saham dari sisi valuasi masih untuk mendorong Indeks target kami hingga akhir tahun,” kata Adrian dalam acara Economic Outlook Bank Mandiri dan Mandiri Sekuritas, Kamis (26/9/2024).

Adrian menambahkan, katalis besarnya adalah dengan melihat apakah kebijakan ke depan akan pro pertumbuhan atau tidak. Selain itu, dari sisi potensi portfolio serta inflow dan imbal hasil lebih menarik dengan adanya penurunan suku bunga global.

“Selain itu, dari sisi investor masih ada ruang bertumbuh baik untuk Investor saham investor asing dan domestik karena dari sisi valuasi saham di IHSG masih terdiskon,” jelasnya.

Adapun terkait peralihan ke pemerintahan baru, Adrian menyebut investor akan lebih melihat dari sisi kebijakan-kebijakan yang akan dibawa oleh pemerintahan baru seperti kebijakan fiskal dalam satu tahun pertama.

 


Menanti Sinyal Window Dressing, Sentimen Ini Jadi Penentu

Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Meski terjebak di zona merah, IHSG berhasil mengakhiri perdagangan di level 5.841. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, jelang akhir tahun, pasar modal biasanya akan memasuki musim window dressing. Secara garis besar, window dressing merupakan strategi yang digunakan oleh suatu perusahaan dan manajer investasi untuk menarik investor. Yakni dengan cara mempercantik laporan atau kinerja keuangan dan portofolio bisnis yang dimilikinya.

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina menuturkan, masih ada potensi window dressing. Namun, melihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah mencatatkan kenaikan cukup signifikan, kemungkinan window dressing tidak terlalu ramai.

 "Kalau dari Mirae Asset target IHSG-nya 7.915, mungkin sudah dekat. Jadi kalau dalam dua bulan ini (laju IHSG) masih kencang, mungkin window dressing-nya enggak akan terlalu banyak, karena memang kenaikan (IHSG) juga sudah cukup besar," kata Martha kepada wartawan di Gedung Bursa, Selasa (24/9/2024).

Martha menambahkan, sentimen lain yang bisa dicermati adalah transisi pemerintah baru pada Oktober-November 2024. Bersamaan dengan itu, pasar juga bisa mencermati pemilu di Amerika Serikat (AS). Jika ada gejolak signifikan, potensi windows dressing besar. Sebaliknya, jika pasar relatif resilien, potensi windows dressingnya minim.

 


Prediksi

"Kalau memang market bergejolak, potensi window dressing-nya ada. Kalau lancar, atau ada guncangan tapi tidak terlalu lama, market itu konsisten dan IHSG konsisten di level yang tinggi, window dressing-nya mungkin tidak akan terlalu besar," jelas Martha.

Sebelumnya, Mirae Asset memiliki prediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat naik hingga 7.915 dan sektor ritel akan menunjukkan kinerja positif pada kuartal IV 2024.

Prediksi itu dapat terealisasi ketika kebijakan pemangkasan suku bunga direalisasikan Bank Indonesia sebelum akhir tahun. Penurunan suku bunga tersebut diperkirakan akan memperkuat daya beli masyarakat serta mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya