Cuaca Hari Ini Sabtu 28 September 2024: Jakarta Siang Cerah Berawan, Malam Hujan

Hari ini, Sabtu (28/9/2024), langit pagi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) diprakirakan cerah dan cerah berawan.

oleh Arviola Marchsyalina Syurgandari diperbarui 28 Sep 2024, 06:23 WIB
Langit biru menghiasi kawasan Monumen Pembebasan Irian Barat di kawasan Taman Lapangan Banteng, Jakarta, Kamis (18/2/2021). Jika cuaca cerah, kawasan ini seringkali dihiasi langit yang membiru. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Hari ini, Sabtu (28/9/2024), langit pagi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) diprakirakan cerah dan cerah berawan.

Berdasarkan laporan cuaca yang disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui laman resminya www.bmkg.go.id, Jakarta di siang nanti diprakirakan mayoritas cerah berawan, kecuali Jakarta Barat akan berawan.

Begitu pula pada malam hari nanti, cuaca Jakarta diprediksi berawan tebal, kecuali di Jakarta Barat dan Jakarta Pusat akan turun hujan dengan intensitas ringan.

Wilayah penyangganya yaitu Bekasi dan Depok, Jawa Barat langit siang hari diprediksi cerah berawan, serta malamnya di kedua daerah tersebut akan hujan ringan dan berawan tebal.

Lalu, di Kota Bogor, Jawa Barat juga diprediksi cuaca siang akan cerah berawan dan malamnya berawan tebal.

Sementara itu, di Kota Tangerang, Banten diprakirakan siang berawan dan malam hari nanti turun hujan ringan.

Berikut informasi prakiraan cuaca Jabodetabek selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG:

 Kota  Pagi  Siang   Malam 
 Jakarta Barat  Cerah  Berawan  Hujan Ringan
 Jakarta Pusat   Cerah  Cerah Berawan  Hujan Ringan
 Jakarta Selatan   Cerah   Cerah Berawan  Berawan Tebal
 Jakarta Timur   Cerah  Cerah Berawan  Berawan Tebal
 Jakarta Utara   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan Tebal
 Kepulauan Seribu   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan Tebal
 Bekasi   Cerah  Cerah Berawan  Hujan Ringan
 Depok   Cerah  Cerah Berawan  Berawan Tebal
 Kota Bogor   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan Tebal
 Tangerang  Cerah Berawan  Berawan  Hujan Ringan

Perubahan Iklim Mengancam Kehidupan Global

Kepala Badan Meteorologi, Klimatilogi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mewanti-wanti adanya potensi banjir rob sehari sebelum Lebaran atau lebih tepatnya pada 9 April 2024 akibat fenomena Supermoon. (Instagram @dwikoritakarnawati)

Sebelumnya, perubahan iklim menjadi tantangan global terpenting bagi umat manusia saat ini. Laporan dari berbagai lembaga dunia di antaranya World Meteorological Organization (WMO), Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), dan United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) menyatakan bahwa perubahan iklim akan terus terjadi dalam beberapa dekade mendatang apabila tidak dilakukan aksi mitigasi.

Dampak negatif yang telah ditimbulkan oleh perubahan iklim menuntut perlunya respons global untuk melakukan aksi mitigasi dan adaptasi.

Menurut laporan World Meteorological Organization (State of the Global Climate 2023) menyatakan bahwa tahun 2023 merupakan tahun terpanas sepanjang sejarah, dengan anomali temperatur global 1,45 derajat celcius di atas periode praindustri dan selama sembilan tahun terakhir periode 2015-2023 adalah sembilan tahun terpanas sepanjang sejarah.

Seiring dengan kegiatan peringatan Hari Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Nasional Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) ke-77 tahun pada 21 Juli 2024, diadakan kegiatan 'Festival Aksi Iklim dan Workshop Iklim Terapan: Aksi Iklim Kaum Muda untuk Perubahan Iklim Indonesia' di Auditorium BMKG.

"Perubahan iklim ini adalah isu yang tidak bisa diabaikan. Jika tidak ada upaya mitigasi yang serius, dampaknya akan semakin parah dan merugikan masyarakat luas," ujar Plt Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dikutip dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id.

 


Adaptasi yang Efektif

Kepala Badan Meteorologi, Klimatilogi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati. (Instagram @dwikoritakarnawati)

Lebih lanjut Dwikorita menjelaskan, adaptasi efektif adalah bersifat sangat lokal, yang membutuhkan informasi cuaca, iklim dan air yang dapat diandalkan untuk mendukung pembuatan kebijakan adaptasi.

"Teruntuk para generasi muda alpha yang saat ini memiliki peran besar untuk menjaga kestabilan pemanasan global agar tidak meningkat diharapkan agar mereka dapat menjadi aktor utama upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, termasuk melalui sektor energi terbarukan," papar dia.

Adapun beberapa solusi yang bisa mereka lakukan saat ini bagi generasi muda (alpha) dalam menciptakan solusi inovatif untuk mengatasi perubahan iklim.

Termasuk, kata Dwikorita, penggunaan teknologi ramah lingkungan dan praktik berkelanjutan, generasi muda diharapkan dapat mengambil peran aktif dalam pengambilan keputusan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

"Serta membangun jaringan dan kolaborasi dengan berbagai organisasi dan komunitas untuk memperkuat upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim," pungkas Dwikorita.


Pertemuan Jadi Langkah Tindakan Konkrit

Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif membuat musim kemarau tahun ini lebih kering dengan tingkat curah hujan rendah sampai sangat rendah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Kemudian Sekretaris Dirjen Pengendalian Perubahan iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Noer Adi Wardojo menyampaikan pertemuan tersebut sebagai langkah untuk mengambil tindakan yang konkret.

"Di mana, saat ini perubahan iklim kini menjadi ancaman serius bagi kehidupan di seluruh dunia, tetapi termasuk di Indonesia yang saat ini sudah kita rasakan langsung seperti kenaikan permukaan air laut, penurunan keanekaragaman hayati sebagai beberapa contoh yang harus kita hadapi bersama," papar dia.

Noer Adi menyampaikan, yang paling rentan menghadapi perubahan iklim ini adalah para generasi muda yang menjadi tulang punggung NKRI untuk ke depannya.

"Karena mereka bukan hanya sebagai saksi tetapi diharapkan mereka juga sebagai agen perubahan hadapi krisis iklim ini, karena peran generasi muda sangatlah penting memanfaatkan peran teknologi hijau untuk melakukan perubahan sesuai dengan era perkembangan aksi adaptasi perubahan iklim ke depannya," terang dia.

Kegiatan Festival yang diselenggarakan selama satu hari ini bertujuan ekspose berbagai program penyadaran iklim di berbagai lapisan masyarakat, baik oleh BMKG melalui Literasi untuk Aksi Iklim atau berbagai inisiatif lembaga lainnya.

Adapun ekspektasi dari kegiatan ini diharapkan terjalinnya potensi aktivitas aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di kalangan generasi muda, peningkatan kesadaran aksi iklim di masyarakat khususnya generasi muda dan masyarakat komunitas, serta mendorong terbentuknya kaukus/hub aksi iklim pemuda Indonesia secara nasional.

Infografis Penjelasan Cuaca Panas Melanda Wilayah Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya