Sensasi Jalan-jalan Sejuta Kenangan di ‘Kota Sejuta Bunga’ Magelang Dengan VW Safari Klasik Pabrikan Jerman

sebagai daerah yang dekat dengan Candi Bodobudur yang mendunia, kehadiran desa wisata Tuksongo menjadi bidikan lain para wisatawan saat mengunjungi kawasan wisata Candi Borobudur termasuk Jogjakarta yang menyimpan sejuta cerita.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 01 Okt 2024, 11:00 WIB
Deretan mobil klasik Volkswagen (VW) safari tahun 1976 dengan atap terbuka, membawa rombongan wisata asal Priangan Timur, menikmati jalan-jalan di kota Sejuta Bunga, Magelang, Jawa Tengah. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Magelang - Menggunakan deretan mobil klasik Volkswagen (VW) safari tahun 1976 dengan atap terbuka, rombongan wisata asal Priangan Timur, nampak asik menikmati wisata alam jalan-jalan di kota Sejuta Bunga, Magelang, Jawa Tengah.

Belasan kendaraan lawas pabrikan Jerman itu, nampak mengular menyusuri rute dua desa wisata Tuksongo dan Wanurejo, Kecamatan Borobudur, dengan segudang keindahan alamnya.

Berjarak sekitar 2 km dari kawasan Candi Borobudur, di dua desa wisata itu, para pelancong bisa menikmati wisata alam nuansa ‘instagramable’ yang memanjakan mata, termasuk wisata edukatif dalam menambah wawasan mengenai Magelang.

Disambut hujan ricik yang turun secara mendadak, kunjungan pertama rombongan yakni menikmati sensasi kedai Kopi Pawon Luwak Magelang yang cukup terkenal. Di sana, para tamu bisa mencicipi sajian kopi luwak, plus ‘berkenalan’ langsung dengan salah satu hewan nokturnal, luwak tersebut.

“Luwaknya sudah lama jinak, pengunjung bisa langsung memberi makan jika mau,” ujar Eni Setia Ningsih, pengelola Kopi Pawon Luwak, mempersilahkan para pengunjung yang datang.

Menurutnya, kehadiran kedai kopi Pawon luwak Magelang diharapkan mampu menghadirkan sensasi bagi penyuka kopi, untuk menikmati kopi yang berbeda dengan kualitas rasa yang berani dicoba. 

“Kopi luwak aman bagi mereka yang memiliki masalah lambung sebab rendah kadar kafein,” ujar dia.

Tak ayal beberapa anggota rombongan pun tak sungkan langsung mencoba nikmatnya kopi luwak khas Magelang itu. “Ini jensinya arabika dan rasanya agak asam-asam sedikit, ahhhh..nikmatnya,” ujar Bery, salah satu pengunjung usai menikmati sajian kopi luwak.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Sensasi Kopi Luwak hingga Bengkel Klasik

Beberapa pengunjung berfoto di atas mobil klasik Volkswagen (VW) safari tahun 1976 dengan atap terbuka, saat menikmati jalan-jalan di kota Sejuta Bunga, Magelang, Jawa Tengah. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Selama di sana, selain melihat proses pengolahan kopi luwak, pengujung bisa mendapatkan edukasi mengenai proses kopi luwak dari mulai biji kopi dimakan luwak, hingga mendapatkan butiran kopi luwak hasil fermentasi metabolisme luwak itu.

“Kami juga menyampaikan kepada wisatawan bagaimana bisa belajar tentang cara memelihara luwak yang ramah lingkungan,” ujar dia.

Kunjungan berikutnya dilanjutkan dengan melihat proses membatik khas Magelang. Mereka bisa melihat secara langsung proses membatik, yang dilakukan para gadis desa untuk menghasilkan puluhan motif cantik batik khas Magelang. Tidak banyak informasi yang diperoleh di kunjungan kedua, namun sensasi membatik yang masih dipertankan, menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.

Tak lama menikmati sajian membatik, kemudian rombongan diajak menjelajahi perkampungan warga, hingga akhirnya sampai di balai perekonomian desa (Balkondes) ‘Junkyard Auto Park’ Wanurejo.

Di sana pengunjung bisa melihat deretan mobil antik yang dipajang utuh maupun pretelan pabrikan Paman Sam Amerika, termasuk sepeda motor Vespa, bemo, hingga bak truk yang dipasang sedemikian rupa, hingga menyerupai karya seni dan sangat cocok untuk berfoto.

Uniknya kendaraan yang ditata, membuat pengunjung tak tahan untuk mencopa mengabadikan momen langka di Junkyard Auto Park itu, melalui kamera handphone yang mereka bawa.

Akhirnya setelah rombongan ‘kenyang’ dengan sensasi berfoto ria dengan panorama ‘instagramable’ kendaraan lawas produkan Amerika, tiba saatnya beristirahat sejenak sambil menikmati hasil budidaya madu alam di Griya Lebah Tuksongo.

Di sana, pengunjung bisa menyaksikan langsung proses budidaya madu secara langsung, termasuk mencicipi hingga membeli langsung madu bunga Kaliandra khas Borobudur. ”Madu di Borobudur berbeda dengan madu pada umumnya karena berasal dari nektar bunga Kaliandra,” ujar Gandes, pemilik Griya Lebah.


Buah Kolaborasi Warga

Beberapa pengunjung berfoto di atas mobil klasik Volkswagen (VW) safari tahun 1976 dengan atap terbuka, saat menikmati jalan-jalan di kota Sejuta Bunga, Magelang, Jawa Tengah. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Kepala Desa Tuksongo, Abdul Hakim menyatakan, banyak potensi desa yang bisa digali, mampu menghadirkan desa wisata yang menarik untuk dikunjung wisatawan.

Bagi dia, sebagai daerah yang dekat dengan Candi Bodobudur yang mendunia, kehadiran desa wisata Tuksongo menjadi bidikan lain para wisatawan saat mengunjungi kawasan wisata Candi Borobudur termasuk Yogyakarta yang menyimpan sejuta cerita.

Dalam catatan Liputan6.com, kesuksesan Desa Wisata Tuksongo dan Wanurejo Kecamatan Magelang, menarik wisatawan lokal maupun mancanegara, menjadi contoh sukses bagi daerah lain yang ingin mengembangkan potensi wisata lokal mereka.

Wilayah Priangan Timur yang dihuni tujuh kota/kabupaten saat ini, memiliki potensi kekayaan alam dan produk lokal lainnya yang bisa diekspos untuk menarik lebih banyak wisatawan mendatangi wilayahnya.

Dengan dukungan masyarakat termasuk pemerintah yang memiliki kebijakan di dalamnya, kehadiran wisata lokal baru termasuk desa wisata di Jawa Barat, berpotensi mampu menghadirkan pengalaman unik yang cukup menarik bagi kalangan wisatawan baik dalam maupun luar negeri.

Desa-desa di sekitar Borobudur telah terbiasa dengan kehadiran wisatawan yang datang setiap hari, terutama saat akhir pekan, ketika kawasan tersebut dipenuhi oleh pengunjung.

Hal ini menunjukkan bahwa warga desa telah memahami pentingnya pariwisata sebagai motor penggerak perekonomian lokal yang baru bagi masyarakat sekitar.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya