Liputan6.com, Jakarta - Manusia memiliki kedudukan di dunia sebagai khalifah yang artinya wakil atau pemimpin di muka bumi. Hal ini tercantum dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 30:
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.”
Baca Juga
Advertisement
Sebagaimana pesan tersebut yang bermakna bahwa manusia harus dapat mengasihi makhluk lain dan banyak melakukan amal kebaikan. Namun demikian, ada saja penyakit hati yang menyebabkan amal baik sulit diterima oleh Allah bahkan menjadi sia-sia.
Mengutip dari bincangmuslimah.com, berikut adalah dua penyakit hati yang membuat amal baik sulit diterima atau bahkan menghapus pahala kebaikan itu sendiri. Apa saja itu?
Saksikan Video Pilihan ini:
1. Ujub
Allah tidak membenarkan hambaNya yang menganggap dirinya lebih baik dan suci daripada orang lain. Imam Ghazali mendefinisikan ujub sebagai berikut,
العُجب هو استعظام النعمة، والركون إليها، مع نسيان إضافتها للمنعم
Ujub adalah membesar-besarkan nikmat (kehebatan) yang ada pada dirinya dan merasa tenang karenanya tapi lupa untuk menyandarkan nikmat itu pada Sang Pemberi nikmat (Allah)
Dari definisi ini, seseorang yang merasa ujub akan merasa bahwa kehebatan yang dia miliki semata-mata karena dirinya, ia melupakan bahwa ada Kuasa Allah di dalamnya. Jika demikian, orang tersebut akan merendahkan orang lain dan merasa paling hebat nan suci. Sebagaimana yang pernah Allah firmankan dalam surah An-Najm ayat 32,
Mereka adalah orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji. Akan tetapi, mereka (memang) melakukan dosa-dosa kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Mahaluas ampunan-Nya. Dia lebih mengetahui dirimu sejak Dia menjadikanmu dari tanah dan ketika kamu masih berupa janin dalam perut ibumu. Maka, janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia lebih mengetahui siapa yang bertakwa.
Melalui ayat ini, Allah memberi peringatan kepada hambaNya agar tidak merasa lebih suci dari seseorang yang nampaknya berbuat dosa. Padahal, tiap manusia memiliki dosanya masing-masing dan hanya Allah yang mengetahui siapa yang benar-benar bertakwa.
Dalam kitab Faydul Qadir, sang penulis mengutip perkataan Nabi Isa,
قال عيسى عليه الصلاة والسلام: يا معشر الحواريين كم سراج قد أطفأته الريح وكم عابد أفسده العجب
Isa berkata: “Wahai kelompok Hawariyun, berapa banyak lampu yang padam tertiup angin, berapa banyak ahli ibadah yang dihancurkan (sia-sia) oleh sifat ujub.”
Advertisement
2. Riya
Riya adalah perasaan ingin dilihat oleh orang lain saat melakukan kebaikan. Seseorang yang memiliki sifat riya akan menjadikan manusia sebagai tujuan ibadahnya.
Bahkan riya disebut sebagai syirik yang paling samar karena menjadikan makhluk sebagai tujuan, bukan Allah. Rasulullah sudah pernah mengkhawatirkan ini,
dari [Mahmud bin Labid] bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah syirik kecil.” Mereka bertanya: Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Riya”. (HR. Ahmad)
Allah juga berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 264 tentang pahala amal kebaikan karena melakukan riya,
Wahai orang-orang yang beriman, jangan membatalkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia, sedangkan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir.