Asing Lepas Saham BBRI Rp 3,5 Triliun dalam Sepekan, Bagaimana Prospeknya?

Saham Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) terpantau mengalami tekanan jual dari investor asing. Saham BBRI dilego dengan nilai signifikan, menjadikannya salah satu emiten yang paling banyak dijual selama periode 23-27 September 2024.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 29 Sep 2024, 17:32 WIB
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Saham Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) terpantau mengalami tekanan jual dari investor asing. Saham BBRI dilego dengan nilai signifikan, menjadikannya salah satu emiten yang paling banyak dijual selama periode 23-27 September 2024.

Merujuk data RTI, asing mencatatkan net sell pada saham BBRI senilai Rp 3,5 triliun dalam sepekan. Dari sisi pergerakan sahamnya, BBRI ditutup naik 0,99 persen ke posisi 5.100 pada Jumat (27/9/2024). Dalam sepekan, BBRI turun 5,12 persen dan turun 10,92 persen ytd.

Pengamat pasar modal Teguh Hidayat meyakini aksi jual asing ini hanya sementara. Ke depannya, Teguh memperkirakan investor asing akan kembali ke pasar RI, terutama jika suku bunga baik oleh The Fed maupun Bank Indonesia (BI) kembali turun.

"Di luar aksi jual asing terhadap saham BBRI dalam seminggu terakhir, di sepanjang tahun 2024 ini asing secara keseluruhan memang mencatat net sell Rp 17,8 triliun di BBRI, di mana penulis melihat itu simply karena posisi BBRI sebagai saham terbesar kedua di BEI setelah BBCA, tergeser ke posisi lima oleh BREN, AMMN, dan TPIA," ulas Teguh, Sabtu (28/9/2024).

Menurut Teguh, asing cenderung melakukan aksi beli pada tiga saham yang menyalip BBRI itu. Pertimbangannya, yakni dari sisi kapitalisasi pasar atau market cap. Selain itu, BREN juga sempat masuk indeks FTSE, menjadi pertimbangan investor asing untuk memburu sahamnya.

Meski begitu, ada hikmah di balik aksi jual oleh asing, yakni valuasi saham BBRI menjadi atraktif lagi, sementara kinerjanya dinilai masih baik dan prospek cerah seiring penurunan suku bunga. Sehingga, meski asing ramai-ramai keluar dari RI, Teguh mengatakan mereka akan segera menyadari bahwa tidak semua saham big caps di BEI bermasalah.

"Jadi malah sejatinya ada lebih banyak saham yang bagus dan juga undervalue, salah satunya ya BBRI ini. Dan dengan sekarang BREN dkk sudah tidak lagi masuk radar investor asing, maka cepat atau lambat mereka akan masuk lagi ke BBRI dkk," kata Teguh.

 

 


Harga Beli Maksimal

Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpampang di Jakarta, Kamis (10/10/2019). Dari 10 sektor pembentuk IHSG, lima sektor saham berada di zona merah. Pelemahan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

 

Pada situasi ini, Teguh menegaskan harga beli maksimal yang disarankan untuk BBRI saat ini adalah PER 11–12 kali, setara Rp 4.700 - 5.100 per saham. "Jadi kalau kemarin-kemarin anda mau masuk tapi ketinggalan kereta, maka sekarang boleh siap-siap," ujar Teguh.

Di sisi lain BBRI juga bisa saja lanjut turun sampai ke PER 10 kali atau setara harga 4.000–4.200. Meski begitu, Teguh menerangkan bahwa sentimen perbankan saat ini sudah berbeda dengan April–Mei lalu ketika suku bunga sedang tinggi-tingginya. Dia juga mencermati adanya potensi window dressing dan sentimen dividen yang mewarnai akhir tahun ini.

"Saham-saham blue chip seperti BBRI ini biasanya akan naik karena window dressing dan sentimen dividen, maka saya tidak melihat bahwa BBRI akan turun kesitu melainkan skenario terendahnya adalah di 4.700, sebelum kemudian kembali rally ke 6.000-an pada awal tahun 2025 nanti," beber Teguh.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya