KWT Cahaya Suci Jadi 'Bintang Kecil' yang Sinari Wanita Desa Panji Berkat BRI

Diluar kesibukan sebagai petani, untuk menambah penghasilan tambahan para perempuan mulai mengolah aneka camilan dari kacang.

oleh stella maris diperbarui 29 Sep 2024, 11:01 WIB
Made Sri Agastya, anggota yang juga menjabat sebagai penggerak KWT Cahaya Suci/Istimewa.

Liputan6.com, Buleleng Wanita berdaya adalah orang-orang yang menyadari bahwa mereka mempunyai potensi untuk dimanfaatkan secara maksimal, bukan hanya bagi diri sendiri, tapi juga memberi dampak positif bagi masyarakat sekitar. Itulah wajah dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Cahaya Suci.

Ya, kehadiran KWT Cahaya Suci menjadi wadah untuk memberdayakan para wanita, khususnya para ibu rumah tangga yang ada di Banjar Dinas Kelod Kauh, Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali. Terbentuk pertama kali pada 22 Desember 2018 ada 39 perempuan yang hingga saat ini menjadi anggota KWT Cahaya Suci.

Made Sri Agastya, anggota yang juga menjabat sebagai penggerak KWT Cahaya Suci menceritakan, kalau semua anggotanya berprofesi sebagai petani. Diluar kesibukan sebagai petani, untuk menambah penghasilan tambahan para perempuan mulai mengolah aneka camilan dari kacang. Dari sinilah awal mula KWT Cahaya Suci mulai berkembang dan berhasil memberdayakan para perempuan lain di desanya.

"Terus terang saya nggak punya tanah, jadi saya kadang beli kacang di pasar atau beli langsung ke petani, untuk diolah jadi camilan," cerita Agastya.

Usaha awalnya hanya mengolah kacang keplos sebanyak 5 kg untuk dijual ke warung-warung yang ada di delapan banjar (dusun). Alasan kenapa Agastya menjual camilan kacang bisa dibilang sederhana, yaitu karena banyak orang di daerahnya yang menyukai kacang-kacangan.

Bukan cuma karena kacang yang menjadi camilan favorit saja, tapi ternyata kacang juga menjadi salah satu isian banten atau sesajen bagi umat Hindu yang ada di Bali. Artinya, dari hal sederhana itu, sebenarnya Agastya berhasil menangkap peluang dengan memenuhi kebutuhan pasar.


Bantuan BRI Beri Efek Domino Bagi KWT Cahaya Suci

Made Sri Agastya, anggota yang juga menjabat sebagai penggerak KWT Cahaya Suci/Stella Maris.

Keistimewaan kacang keplos khas Bali milik KWT Cahaya Suci terletak di pengolahannya. Camilan yang hadir dengan dua varian rasa, yaitu bumbu pedas manis dan original ini memiliki tekstur yang kriuk dan gurih. Sehat? Agastya memastikannya.

"Kacang keplos ini adalah jenis kacang merah yang digoreng dengan minyak berkualitas. Kulit arinya diayak beberapa kali dan minyaknya dihilangkan di-spinner," ujar wanita berusia 53 tahun itu.

Spinner atau peniris minyak merupakan salah satu alat yang dibeli KWT Cahaya Suci menggunakan KUR dari BRI. Berkat spinner tersebut, KWT Cahaya Suci mampu memproduksi camilan kacang sehat hingga 25 kg yang pasti habis dalam waktu tiga hari.

"Kami produksi memang tiga kali sekali sebanyak 25 kg dan pasti habis. Biaya yang kami keluarkan untuk produksian sekitar Rp1,25 juta sudah termasuk tenaga, listrik, bahan baku, dan lima orang anggota yang membantu. Pendapatan yang kami peroleh sekitar Rp1,7 juta dan laba yang dihasilkan, kami gunakan untuk cicilan KUR tiap bulan," jelas Agastya.

KWT Cahaya Suci/Stella Maris.

Ya, BRI berhasil mengambil peran penting dengan melakukan pemberdayaan masyarakat, terutama kaum wanita. Melalui KWT Cahaya Suci, BRI secara tak langsung ikut menyediakan lapangan kerja bagi para wanita di Desa Panji. Dengan langkah konkret itu, BRI sekaligus mendukung perekonomian lokal.

Namun BRI bukan hanya memberikan empat kali KUR saja agar kelompok ini berkembang. KWT Cahaya Suci juga mendapatkan sederet pelatihan dan workshop untuk mengembangkan keterampilan mereka, dalam pengolahan dan pemasaran produk.

Dia berharap, ke depannya, BRI bisa memberikan pelatihan lebih lanjut mengenai kemasan dan pemasaran agar KWT Cahaya Suci dapat tumbuh dan berkembang dalam semangat kerja sama dan inovasi. Agastya juga berharap, agar para anggota KWT Cahaya Suci bisa berjalan beriringan menuju kesuksesan, demi meningkatkan kesejahteraan anggota.

Pada kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan bahwa program Klaster Hidupku merupakan pemberdayaan kepada kelompok usaha yang terbentuk berdasarkan kesamaan usaha dalam satu wilayah, sehingga tercipta keakraban dan kebersamaan dalam peningkatan maupun pengembangan usaha para anggotanya. Hingga akhir Juli 2024 tercatat BRI telah memiliki 31.488 klaster usaha yang tergabung dalam program Klasterku Hidupku. BRI juga telah menyelenggarakan 2.184 pelatihan dalam program Klasterku Hidupku tersebut. Supari menambahkan bahwa program Klasterku Hidupku menjadi salah satu bentuk strategi yang mengutamakan pada pemberdayaan.

"Secara umum, strategi bisnis mikro BRI di 2024 akan fokus pada pemberdayaan berada di depan pembiayaan. BRI sebagai bank yang berkomitmen kepada pelaku UMKM telah memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar, integrasi, hingga interkoneksi," ujar Supari.

 

 

(*)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya