Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah Tewas dalam Serangan Israel

Kematian Nasrallah terjadi di tengah ketegangan yang memuncak antara Hizbullah dan Israel.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 29 Sep 2024, 13:30 WIB
Pemimpin Hizbullah, Sayyid Hassan Nasrallah (AP Photo)

Liputan6.com, Jakarta Hassan Nasrallah, pemimpin tertinggi kelompok milisi Hizbullah telah menjadi figur sentral dalam dinamika politik di Timur Tengah selama lebih dari tiga dekade. Di bawah kepemimpinannya, Hizbullah berkembang dari sebuah gerakan milisi kecil menjadi salah satu kekuatan politik dan militer yang paling berpengaruh di Lebanon. 

Dengan dukungan kuat dari Iran, Nasrallah memimpin berbagai operasi militer melawan Israel dan memperkuat posisinya sebagai tokoh perlawanan terhadap kekuatan Zionis di kawasan tersebut. Namun, berita tentang kematiannya dalam serangan udara Israel baru-baru ini mengguncang Timur Tengah dan membuka babak baru dalam konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

Kematian Nasrallah terjadi di tengah ketegangan yang memuncak antara Hizbullah dan Israel, terutama setelah konflik yang melibatkan serangan roket lintas perbatasan di Lebanon selatan. Israel mengklaim bahwa pembunuhan Nasrallah merupakan bagian dari operasi yang dirancang untuk melemahkan Hizbullah, organisasi yang dianggap sebagai ancaman terbesar bagi keamanan nasional mereka.berikut ulasan lebih lanjut tentang Hassan Nasrallah yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Minggu (29/9/2024).


Siapa Hassan Nasrallah?

Pemimpin Hizbullah dan salah satu tokoh paling menonjol di Lebanon, Hassan Nasrallah. (AFP)

Lahir pada tahun 1960 di Bourj Hammoud, timur Beirut, Nasrallah tumbuh di tengah lingkungan Syiah yang religius. Pada usia muda, ia bergabung dengan gerakan milisi Syiah Amal sebelum berpisah dan membentuk Islamic Amal pada tahun 1982, yang kemudian menjadi Hizbullah. Di bawah kepemimpinannya, Hizbullah tumbuh menjadi kekuatan politik dan militer yang dominan di Lebanon, didukung penuh oleh Iran. Hizbullah juga memainkan peran penting dalam membantu kelompok milisi di Palestina, Irak, dan Yaman.

Nasrallah memimpin Hizbullah dengan visi untuk melawan Israel, dan di bawah komandonya, kelompok ini terlibat dalam beberapa konflik besar dengan Israel, termasuk perang tahun 2006. Di masa kepemimpinannya, Hizbullah berhasil memperkuat posisinya tidak hanya sebagai kekuatan militer, tetapi juga sebagai penyedia layanan sosial utama di Lebanon, termasuk kesehatan dan pendidikan, sambil terus mempertahankan hubungan dekat dengan Iran.

Serangan Israel dan Kematian Nasrallah

Kematian Nasrallah terjadi dalam ketika ketegangan antara Hizbullah dan Israel meningkat. Terutama, setelah serangan Hamas terhadap Israel pada Oktober 2023, yang memicu eskalasi kekerasan di wilayah tersebut. Hizbullah, sebagai sekutu Hamas, terlibat dalam pertempuran dengan pasukan Israel di perbatasan Lebanon, meluncurkan ribuan roket ke wilayah utara Israel sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina.

Kematian Nasrallah dalam serangan udara Israel menandai akhir dari era panjang kepemimpinannya. Hizbullah, yang telah berjuang menghadapi serangan militer Israel dalam beberapa bulan terakhir, kini kehilangan pemimpin utamanya. Struktur komando Hizbullah, yang telah mengalami pukulan berat dengan tewasnya beberapa komandan senior, semakin kacau setelah kematian Nasrallah. Namun, kelompok milisi ini telah bersumpah untuk melanjutkan perjuangan mereka melawan Israel dan membela rakyat Lebanon.


Dampak Kematian Nasrallah bagi Hizbullah dan Situasi Timur Tengah

Pada Kamis (26/9/2024), Israel mengeluarkan pernyataan menolak desakan Amerika Serikat, Perancis, dan sekutu lainnya untuk melakukan gencatan senjata selama 21 hari di Lebanon. (Rabih DAHER/AFP)

Kematian Nasrallah membawa implikasi besar bagi Hizbullah dan stabilitas Lebanon. Nasrallah adalah figur sentral yang mengarahkan strategi politik dan militer Hizbullah selama lebih dari tiga dekade. Analis keamanan Timur Tengah, Mohammed Al-Basha, mengatakan bahwa kematian Nasrallah dapat mengganggu stabilitas Hizbullah dan memaksa perubahan strategi jangka pendek kelompok ini. 

Namun, Al-Basha juga menyebut bahwa hal ini tidak berarti Hizbullah akan menyerah dalam perjuangannya melawan Israel. Kelompok milisi ini masih memiliki ribuan pejuang yang merupakan veteran perang Suriah dan bertekad membalas kematian pemimpin mereka.

Selain itu, kematian Nasrallah juga menjadi pukulan telak bagi Iran, pendukung utama Hizbullah. Iran telah mengumumkan lima hari berkabung atas kematian Nasrallah dan mengambil langkah-langkah keamanan tambahan untuk melindungi pemimpin spiritual mereka, Ayatollah Ali Khamenei. Iran diperkirakan akan merespons kematian Nasrallah dengan memperkuat dukungan bagi kelompok-kelompok milisi lainnya di wilayah tersebut, seperti Houthi di Yaman dan milisi di Suriah serta Irak.


Tanggapan Israel dan Prospek Konflik ke Depan

Serangkaian serangan udara dilaporkan terjadi di Lebanon selatan dan memengaruhi beberapa wilayah termasuk sekitar Kastil Shaqra, Doubay, Yater, wilayah Iqqlim al-Tuffah, Kounin, dan Ainata. (Rabih DAHER/AFP)

Israel, yang telah lama menganggap Hizbullah sebagai ancaman utama di wilayah utara mereka, melihat kematian Nasrallah sebagai pencapaian besar dalam upaya mereka untuk melemahkan kelompok tersebut. Meski demikian, militer Israel tidak menunjukkan tanda-tanda akan menghentikan operasi mereka. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah memperingatkan bahwa serangan terhadap Hizbullah akan terus berlanjut sampai ancaman roket dari kelompok tersebut dapat sepenuhnya dihilangkan. Israel bahkan telah mempersiapkan kemungkinan serangan darat jika diperlukan.

Dengan Hizbullah yang masih memiliki kemampuan tempur yang mumpuni, dan Israel yang bertekad untuk menghilangkan ancaman mereka, prospek untuk perdamaian di wilayah tersebut masih jauh dari jangkauan. Kematian Hassan Nasrallah menandai babak baru dalam konflik panjang antara Israel dan Hizbullah, yang kemungkinan akan memicu lebih banyak kekerasan di masa mendatang.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya