Semeru Tak Pernah Ingkar Janji, Senyum dan Tangis Bersama di Bulan Desember

Gunung Semeru yang berada di wilayah Kabupaten/Kota Lumajang dan Malang, Jawa Timur, telah puluhan kali mengalami erupsi.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 30 Sep 2024, 13:22 WIB
Jembatan Gladak Perak, penghubung jalur selatan antara Lumajang dan Malang. (Liputan6.com/ ist)

Liputan6.com, Surabaya - Mengapa harus tunggu bencana, baru kita percaya kebesaran Tuhan, kita rela sisihkan harta untuk sesama, kita bersahabat dengan alam. Aku menangis lihat hari ini, tapi tersenyum tatap masa depan.

Lirik lagu berjudul Solidaritas milik grup band legendaris Slank tersebut setidaknya bisa menggambarkan kondisi bencana alam Awan Panas Guguran (APG) Gunung Semeru yang sudah tiga tahun berturut-turut mengalami erupsi di bulan Desember.

"Pada 1 Desember 2020, Gunung Semeru erupsi. Selanjutnya, tanggal 4 Desember 2021, terjadi Awan Panas Guguran (APG) dengan level bencana tinggi. Setahun kemudian, ditanggal dan bulan yang sama kembali terjadi APG dengan level yang sama juga," ujar Plt Kabid Pencegahan dan kesiapsiagaan BPBD Jatim, Dadang Iqwandy dalam paparannya di Surabaya, ditulis Minggu (29/9/2024).

Letusan Semeru yang terjadi pada 4 Desember 2021 itu memakan korban 51 orang meninggal, 169 terluka, dan 22 lainnya hilang serta ada 45 orang mengalami luka bakar.

Jembatan Gladak Perak, penghubung jalur selatan antara Lumajang dan Malang terputus akibat diterjang banjir lahar dingin. Aliran piroklastik dan lahar merusak sedikitnya 5.205 rumah dan beberapa bangunan umum.

"Kolaborasi elemen pentahelix pun dilakukan. Mulai dari pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten maupun kota dilibatkan. Serta, dunia usaha, masyakarat, akademik atau pakar dan media juga membaur dalam strategi penanggulangan bencana itu," ucap Dadang. 

Presiden Joko Widodo (Jokowi), Wakil Presiden Ma'ruf Amin, Gubernur Jatim saat itu Khofifah Indar Parawansa, Bupati Lumajang saat itu Thoriqul Haq, serta menteri, TNI Polri dan instansi terkait datang langsung meninjau bencana alam APG Gunung Semeru.

Untuk mengantisipasi rutinitas erupsi Gunung Semeru yang sudah tiga tahun terjadi di Bulan Desember, BPBD Jatim menggelar sosialisasi kesiapsiagaan dengan menghadirkan para kepala desa, camat dan relawan di sekitar wilayah kaki Gunung Para Dewa tersebut. 

"Bukan hajatan saja yang perlu persiapan, bencana alam APG Gunung Semeru juga perlu mitigasi. Kenali ancamannya, kurangi resikonya, siapkan strateginya dan siap untuk selamat," ujar Dadang.

Bupati Lumajang, Thoriqul Haq  saat itu telah menetapkan status tanggap darurat bencana erupsi Gunung Semeru selama 14 hari terhitung mulai tanggal 4 sampai 17 Desember 2021. Selanjutnya diperpanjang tujuh hari yaitu 18 hingga 24 Desember.

Bupati yang akrab disapa Cak Thoriq ini kemudian menetapkan status masa transisi dan pemulihan bencana erupsi Gunung Semeru selama 90 hari, terhitung mulai tanggal 18 Maret 2023 sampai 15 Juni 2023. 

Selanjutnya muncul rencana relokasi yang berlokasi di Desa Sumber Mujur, Kecamatan Candipuro, Lumajang. Hunian Sementara (Huntara) yang kini menjadi Hunian Tetap (Huntap) itu telah diserahterimakan kepada 1.833 Kepala Keluarga (KK) yang dulunya tinggal di Kecamatan Candipuro dan Pronojiwo.

Kepala Desa Sumber Mujur, Yayuk Sri Rahayu mengatakan, huntap ini dulunya adalah kebun cengkeh seluas 82 hektare milik Perhutani, yang kemudian digunakan untuk pemukiman relokasi.

"Fasilitas yang ada mulai dari fasos satu sampai lima. Seperti masjid, IPAL (Instalasi pengolahan air limbah), tempat pengolahan atau daur ulang sampah, kandang kambing maupun sapi secara komunal, lapangan sepak bola. Kemudian ada juga fasilitas pendidikan mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, dan SMA," ujarnya.

Salah satu warga penghuni huntap, Durasim dan Maisah mengaku bersyukur setelah lolos dari musibah bencana alam APG Gunung Semeru.

"Waktu itu hujan rintik-rintik, sekitar pukul empat sore, habis Ashar. Saya dan istri di rumah hanya bisa sujud sambil menutup telinga dan berteriak Allahu Akbar, Allahu Akbar," ujar Durasim.

Durasim mengatakan, tidak ada pemberitahuan sebelum kejadian, tiba-tiba awan panas jatuh mengalir begitu saja. "Saya dan istri baru bisa dievakuasi pukul enam sore," ucapnya.

Kedua lansia yang dulu tinggal di Desa Curah Kobokan, Lumajang ini kini bisa tersenyum kembali setelah mendapatkan satu unit rumah huntap. "Sudah pindah KK dan KTP semua, sudah jadi warga sini, Sumber Mujur," ujar Durasim.

Durasim dan Maisah juga mengaku takut untuk kembali ke daerah asal. Mereka berdua memilih untuk tetap tinggal di huntap dan membuka usaha kecil-kecilan, toko kelontong.

"Orang-orang banyak yang kembali ke Curah Kobokan karena di sini sulit mendapat kerja. Sebagian orang kalau pagi pergi bertani ke sana dan sore pulang ke sini. Makanya di sini kalau siang tampak sepi," ucapnya.

Hal senada juga disampaikan Suci Ayu Widari (23). Dia menceritakan meski sederhana rumah yang dia tempati sangat layak. Baik dari sisi ketebalan tembok maupun kaca. "Insya Allah kuat. Kacanya saja pakai kaca mobil," ujarnya.

 Jika mengingat peristiwa erupsi Gunung Semeru, ibu satu anak ini mengaku trauma dan hanya mencoba berdamai dengan alam.

"Kadang kalau malam ya ada perasaan takut, apalagi kalau dengar letusan. Tapi sama orang-orang tua disuruh tenang. Itu gunungnya cuma kentut," ucapnya.

Perempuan yang akrab disapa Ayu ini juga membuka usaha baru yaitu toko jual beli pulsa maupun pembayaran elektronik lainnya. "Kalau lagi rame ya Alhamdulillah hasilnya," ujarnya.

Menanggapi sepinya huntap, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lumajang Patria Dwi Hastiadi menjawab bahwa satu syarat supaya warga mau dipindahkan adalah lahan di daerah asal harus tetap ada, supaya mereka di waktu pagi bisa kembali kerja di sana dan kembali pulang sore hari ke huntap untuk istirahat.

"Memindahkan ribuan orang itu tidak semudah membalikan telapak tangan, kami tidak hanya memindahkan orangnya saja tetapi juga mata pencaharian, seni, budaya, pendidikan dan lainnya. Jadi semuanya harus bertahap," ucapnya.

Tidak hanya huntap, pemerintah juga harus fokus pada perbaikan Jembatan Mujur II yang berlokasi Desa Kloposawit, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Jembatan Mujur II yang menghubungkan Desa Kloposawit dan Desa Tumpeng ini sempat putus akibat diterjang banjir lahar dingin Gunung Semeru pada 7 Juli 2023 dan kembali putus pada 18 April 2024.

Jembatan Mujur II Kloposawit ini dibangun dengan alokasi anggaran sebesar Rp 11 miliar. Menggunakan konstruksi bailey atau rangka baja, jembatan ini memiliki panjang 39 meter dan lebar 5,1 meter dan mampu menahan daya beban lalu lintas mencapai 40 ton.

 "Selain sebagai penghubung dua desa, jembatan ini sebenarnya juga bisa sebagai jalan alternatif dua kabupaten yaitu Lumajang dan Malang," ujar Kepala Desa Kloposawit, Marjoko.

 

 


Erupsi Semeru

Gunung Semeru di perbatasan Lumajang dan Malang. (Istimewa)

Gunung Semeru yang berada di wilayah Kabupaten/Kota Lumajang dan Malang, Jawa Timur, telah puluhan kali mengalami erupsi.

Erupsi gunung tertinggi di pulau Jawa ini mulai tercatat sejak 1818. Sejak tahun itu, Semeru setidaknya tercatat sudah 86 kali erupsi.

Berikut data letusan Gunung Semeru seperti dikutip dari situs resmi PVMBG Kementerian ESDM:

1818

8 Nopember

1829

Februari

1830

15-16 Desember

1832

18 April

1836

3-5 Agustus

1838

Juli, Agustus

1842

Januari-Maret

1844 - 1845

September 1844-Juli 1845

1848

Februari-4 Agustus

1851

Januari

 1856

10 September

1857

13 Agustus-September

1860

April-Juni

1864

Juli

1867

April, Mei

1872

23 Oktober

1877

April, September

1878

1884

11 Desember

1885

Januari, April, Juli, September. Leleran lava. 

1886

Januari, April, Juli, Agustus

1887

Februari-Maret. Leleran lava 10 September-10 Oktober

1888

Februari, Maret, Mei, Oktober

1889

Leleran lava, Januari-Maret, Juni, Oktober, Desember

1890

Januari-Desember

1891

Februari-Mei. Leleran lava

1892

Maret-April

1893

Januari-Mei, September 

1894

Februari

1895

22 Mei-10 Juli, 1 Oktober leleran lava, lahar. Tanah garapan rusak

1896

Mei-Juni

1897

Januari. Leleran lava

1898

Februari. Leleran lava

1899

Januari, Maret Agustus, Desember

1900

29 Maret-11 April. Leleran lava

1901

29-30 Januari

1903

26 Maret-Juni

1904

2-16 Januari

1905

4 Agustus

1907

7-10 Januari

1908

Januari-Desember

1909

September-Desember. Awan panas. Tanah garapan rusak.

1910

Januari-Desember

1911

Januari, Februari. Leleran lava dan awan panas. Tanah garapan rusak.

Nopember-Desember

1912

28 Agustus

1913

23 Juni

1941 - 1942

Letusan dalam celah radial. Leleran lava. 21 September 1941-Februari 1942. Letusan sampai di lereng sebelah timur pada ketinggian antara 1.400 dan 1.775m.

Titik letusan sebanyak 6 tempat. Leleran lava masuk ke B. Semut dan menimbuni Pos Pengairan Bantengan. Aliran lava sepanjang 6,5 km.

1945

12-18 Juni

1946

Awan panas. Tanah garapan rusak. Pebruari-Mei, Oktober-Desember. Pembentukan kubah (Adnawidjaja, 1947)

1947

Maret-Juni

1950

Juli, 23 Nopember-Desember, lava mengalir ke Besuk Sat dan guguran lava masuk ke Besuk Semut

1951

Nopember. Aliran lava masuk ke Besuk Semut

1952

Aliran lava masuk sampai ke Totogan Malang dan aliran lava ke Besuk Kobokan  sampai di Curah Lengkong

1953

Guguran vulkanik meningkat

1954

Nopember, aliran lava melalui Besuk Kobokan

1955 - 1957

Kegiatan terus berlangsung, 22 Februari dan 4 Mei 1957 aliran lava

1958

27 April terjadi aliran lava sepanjang 1 km melalui Kali Glidik, terjadi pula pembentukan kubah lava

1959

Mei

1960

April, Mei, Agustus

1961

Letusan tipe stromboli dengan tinggi abu lk 3000m di atas puncak (Sumopranoto, 1961, dalam Kusumadinata, 1979).

Bahan letusan dilemparkan sampai Recopodo, hutan di sekitar hulu Besuk Sat dan Besuk Tompe terlewati. Aliran lava terjadi di Kali Glidik, Besuk Sat, Besuk Bang dan Besuk Kobokan.

1963

5 Mei mulai jam 14.10 terjadi awan panas dan aliran lava melanda Curah Lengkong, Kali Pancing dan Besuk Semut, awan panas mencapai 8 km dari kawah. Letusan berlangsung hingga akhir Juli.

1967

Letusan terjadi pada bulan September dan pembentukan kubah lava ditik letusan 1963 pinggir kawah selatan (hulu Kali Glidik, Besuk Bang dan Besuk Kobokan) mencapai ketinggian 3.730m (54m di atas puncak Mahameru). Lahar terjadi di lembah kali Glidik, Besuk Kobokan dan Kali Rejali.

1968

Pertumbuhan kubah lava terus berlangsung. Banjir lahar membawa korban 3 orang penduduk Desa Sumber Wungkil.

1969

Pertumbuhan kubah lava terus berlangsung.

1972

Pertumbuhan kubah lava masih berlangsung terus mencapai ketinggian 3.744,5m dpl. Awan panas guguran kadang-kadang terjadi melalui Kali Glidik sampai batas hutan.

Di akhir tahun, letusan terjadi setiap 5 sampai 45 menit dengan tinggi asap maksimum 500m di atas bibir kawah, pasir dan debu terlontar sejauh 1km.

1973

Pembentukan kubah lava masih berlangsung selama Agustus. Letusan mencapai lk 1.000m sering terjadi yang disertai aliran lava.

Guguran lava pijar meningkat dan meluncur ke Besuk Sat dan Besuk Kobokan mencapai jarak 2 km dari puncak, membakar hutan.

1974

Kegiatan terus berlangsung, kubah lava makin tinggi.

1975 - 1976

Letusan di kawah utama disertai aliran lava.

1977

1 Desember terjadi guguran lava menghasilkan awan panas guguran berjarak 10 km di Besuk Kembar  dengan volume endapan 6,4 juta m3 . Sebagian awan panas ini menyeleweng ke Besuk Kobokan.

Sawah dan tegal seluas 110ha rusak di Desa Sumberurip, hutan pinus 450ha dan 1 jembatan rusak terbakar dan 2 buah rumah bilik hanyut.

1978

Letusan masih terjadi dengan tinggi asap maksimum mencapai 800m di atas tepi kawah. Awan panas guguran terjadi di Besuk Kembar 3 kali dalam bulan Maret dan 15 kali dalam bulan Mei dengan jarak luncur maksimum 7km.

1979

Letusan masih terjadi, guguran disertai awan panas meluncur ke Besuk Kembar mencapai jarak maksimum 3 km.

1980

Letusan berlangsung setahun penuh, terjadi guguran diselingi awan panas ke Besuk Kobokan dan Besuk Kembar.

1981

Letusan - letusan kecil, lava mengalir lewat tepi kawah masuk ke Besuk Kembar dan membentuk lidah lava. Pada 28 Maret terjadi guguran lidah lava di Besuk Kembar diikuti awan panas guguran yang menyeleweng pada ketinggian 1.400m dpl dan masuk ke Besuk Bang mencapai jarak maksimum 10 km dari tepi kawah, tumpukan endapannya 6,2 juta m3.

Suhu ladu atau endapan awan panas di dekat Dukuh Supit Tengah 120°C. Pada 29 Maret dan antara 3 dan 4 April terjadi beberapa kali awan panas guguran dengan jarak luncur maksimum 7 km.

1982

Bulan Mei terjadi peningkatan jumlah letusan, guguran semuanya masuk ke Besuk Kembar, kadang disertai awan panas guguran mencapai jarak maksimum 3,5km dari kawah.

1983

Letusan berlangsung sepanjang tahun, guguran dan awan panas mencapai jarak luncur 3km di Besuk Kembar.

1984

16 Januari terjadi guguran kubah lava lama disertai awan panas guguran masuk ke Besuk Kobokan mencapai jarak luncur 2-4 km.

1985

Letusan terjadi pada bulan Mei disertai awan panas guguran.

1986 - 1989

Letusan terus berlangsung diikuti awan panas guguran dengan tinggi asap maksimum 1,2 km di atas tepi kawah, berselingan dengan pembentukan kubah lava.

1990

November - Desember terjadi guguran kubah lava menghasilkan awan panas dan Kawah Jonggring Seloko terbuka sampai saat ini.

1992

Letusan stromboli dengan pembentukan kubah lava dan lidah lava sepanjang 1,5km dari kawah pada November - Desember.

1994

2 Februari-15 Februari.

- 2 Februari terjadi 9 kali letusan asap putih tebal dengan ketinggian 500m dan 34 kali guguran lava ke Besuk Kembar mencapai lk 1000m, disertai dengan meningkatnya gempa tremor selama 7 hari sebelum 3 Februari 1994.

- 3 Februari pukul 03.50 terjadi letusan dan suara dentuman disertai hujan abu dan guguran lava membentuk awan panas guguran dari kubah lava dan lidah lava yang terbentuk sejak tahun 1992.

Aliran awan panas guguran ini masuk ke Besuk Kobokan mencapai 11,5 km, ke Besuk Kembar 7,5 km dan ke Besuk Bang lk 3,5 km. Volume awan panas tersebut diperkirakan mencapai 6,8 juta m3.

Korban yang meninggal terlanda awan panas sebanyak 7 orang dan 2 orang hanyut oleh lahar pada tanggal 13 Februari 1994. Selanjutnya kegiatan berangsur menurun kembali menuju normal dengan aliran awan panas mencapai jarak lk 200-750m dari puncak.2002.

2002

- 11 Maret 2002 status Semeru dinaikkan dari Normal menjadi Waspada sehubungan dengan adanya peningkatan jumlah gempa-gempa vulkanik dangkal maupun dalam sejak Januari 2002 dan mencapai puncaknya di April 2002, masing-masing 10 dan 57 kali.

- Terjadi peningkatan gempa tremor harmonis serie pertama di Maret 2002 sampai dengan Juni 2002. Guguran lava pijar pun ikut meningkat secara tajam sejak April 2002 (610 kali) hingga Agustus 2002 (484 kali), namun sejak September hingga Desember 2002 menunjukkan penurunan (93-151 kali) kembali.

- Penurunan guguran lava pijar digantikan oleh kemunculan aliran awan panas yang cukup signifikan di Desember 2002, yang mengikuti munculnya kembali serie kedua gempa-gempa tremor harmonis sejak Agustus 2002.

Gempa-gempa tremor harmonis ini mencapai puncaknya di bulan Desember 2002, dan sampai tanggal 3 Januari 2003 telah terjadi beberapa kali gempa tremor harmonis dengan amplitudo maksimum mencapai 4 mm.

- 23 Desember 2002 terjadi 8 kali letusan di kawah utama.

- 25 Desember 2002 terjadi 1 kali letusan.

- 26 dan 27 Desember 2002 terjadi juga letusan di kawah utama masing-masing 7 dan 8 kali, yang diikuti oleh guguran lava pijar memasuki bagian hulu Besuk Kembar sejauh 250 meter pada  27 Desember 2002.

- 29 Desember 2002 terjadi letusan di kawah utama sebanyak 7 kali.

- 30 Desember 2002 awan panas guguran berjarak 5.000 meter memasuki bagian hulu Besuk Bang. Awan panas berikut terjadi pada 13 Desember memasuki bagian hulu Besuk Bang dengan jarak luncur 5000 meter. Pada 16 Desember 2002 awan panas guguran kembali memasuki bagian hulu Besuk Kembar sejauh 4000 meter. 

Awan panas berikutnya terjadi pada tanggal 25 Desember 2002 memasuki bagian hulu Besuk Kobokan sejauh 5.000 meter. Pada tanggal 28 Desember dua kali aliran awan panas guguran (17:26 dan 17:30) memasuki bagian hulu Besuk Kobokan, masing-masing sejauh 4000 meter.

- Pukul 19.00 pada 29 Desember 2002 satu seri aliran awan panas guguran turun memasuki Besuk Bang sejauh 9000 m mendekati dusun Supit Timur di sisi barat Besuk Bang, dan dusun Rawabaung di sisi timur Besuk Bang, masing-masing di ketinggian 750m dpl.

Dusun Supit Timur terletak di punggungan yang terjepit di pertemuan antara sungai Besuk Bang dan Besuk Supit.

- Aliran awan panas berikutnya terjadi pada 30 Desember 2002 pukul 07:20 memasuki Besuk Bang sejauh 2.000 m, dan kembali pada pukul 10:00 awan panas guguran memasuki Besuk Bang sejauh 2000 meter.

- Pada 29 Desember 2002 dari pukul 17.00 hingga pukul 21.00 WIB, seismograf di Pos Pengamatan Semeru di Gunung Sawur, mencatat pula adanya gempa banjir yang diperkirakan memasuki Besuk Bang, dan Besuk Kembangan.

Sejauh ini tidak terjadi korban jiwa maupun kerusakan rumah atau fasilitas umum baik di dusun Supit Timur maupun di dusun Rawabaung. Pagi 30 Desember 2002, Dusun Supit Timur telah dikosongkan oleh sebagian penduduknya, terutama anak-anak dan orang tua berusia lanjut.

Para pemuda dan lelaki dewasa lainnya tetap berjaga-jaga di malam hari demi keamanan dusun tersebut secara keseluruhan.

2004

20 Januari 2004 terjadi Awan panas guguran yang masuk ke Besuk  Bang sejauh 2.500 m kemudian pada 7 oktober kembali terjadi awan panas dengan jarak luncur 1.000 m ke Besuk Bang.

Awan panas terjadi dengan frekwensi lebih banyak pada November dan Desember dengan jarak luncur antara 1.000- 3.000 m menuju Besuk Bang.

2005

29 Desember 2005 terjadi awan panas guguran yang masuk ke Besuk Bang sejauh masing-masing 1.000, 1.500 dan 2.500 m.

2007

15 Nopember 2007 terjadi awan panas guguran yang masuk ke Besuk Bang sejauh 1.000 m.

2008

- 15 Mei 2008 terjadi guguran awan panas yang didahului oleh letusan asap dengan ketinggian sekitar 600 m. Arah awan panas ke Besuk Bang dengan jarak luncur 2.500 m.

- 17 Mei 2008 terjadi guguran awan panas yang didahului oleh letusan asap dengan ketinggian sekitar 500 m. Arah awan panas ke Besuk Bang dengan jarak luncur 2.000m.

- 18 Mei 2008 terjadi 3 kali guguran awan panas yang didahului oleh letusan asap dengan ketinggian 500-600 meter. Arah awan panas ke Besuk Bang dengan jarak luncur 500, 1500, dan 2.500m.

- 19 Mei 2008 terjadi guguran awan panas yang didahului oleh letusan asap. Arah awan panas ke Besuk Bang dengan jarak luncur 1.500 meter.

- 21 Mei 2008 terjadi 6 kali guguran awan panas. Arah awan panas ke Besuk Bang, Besuk kembar dan Besuk Kobokan dengan jarak luncur 1.000-3.000 m.

- 22 Mei 2008 terjadi 4 kali guguran awan panas. Arah awan panas ke Besuk Kobokan dengan jarak luncur 2.500 meter.

2016

Terjadi guguran lava pada 13 Februari 2016 pukul 06.20 WIB. Lelehan lava pijar berjarak hingga sejauh 2,5 kilometer.

2019

26 Juni 2019 pukul 08.30 WIB, terjadi erupsi dengan tinggi kolom abu kurang lebih 600 meter di atas puncak Gunung Semeru.

2020

18 Januari 2020 pukul 07.25 WIB, terjadi erupsi dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 400 meter di atas puncak.

24 Januari 2020 pukul 05.43 WIB, terjadi erupsi dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 400 meter di atas puncak.

29 Februari 2020 pukul 20.49 WIB, teramati api diam dan guguran lava pijar sejauh 1 km dari pusat guguran.

3 Maret 2020 pukul 17.33 WIB, terjadi guguran awan panas dengan jarak luncur 3 km dari kawah puncak ke arah Besuk Kembar dan Besuk Bang.

17 April 2020 pukul 06.10 WIB, terjadi guguran awan panas yang mengarah ke arah Besuk Bang.

2021

1 Desember 2021, terjadi 4 kali guguran awan panas.

3 Desember 2021, terjadi 4 kali gempa disertai guguran awan panas.

4 Desember 2021, awan panas guguran meluncur mencapai 4 kilometer dari puncak pada siang hari. satu jam berselang, abu vulkanik dan aroma belerang mengarah ke Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur.

5 Desember 2021, terjadi 2 kali gempa letusan/erupsi selama 80-90 detik, 1 kali gempa awan panas guguran selama 6.600 detik, dan 5 kali gempa guguran selama 45-174 detik.

2022

4 Desember 2022, terjadi Awan Panas Guguran (APG) dengan level bencana tinggi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya