Liputan6.com, Jakarta - Seluruh wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) besok, Rabu 2 Oktober 2024 diprediksi berawan hingga berawan tebal. Seperti itulah prakiraan cuaca besok.
Cuaca Jakarta di siang hari, seluruhnya diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan cerah berawan.
Advertisement
Lalu di malam hari, mayoritas langit Jakarta diprakirakan berawan tebal, kecuali Jakarta Selatan yang diprakirakan hujan ringan.
Sementara itu, Wilayah penyangganya yaitu Bekasi, Depok, dan Kota Bogor, Jawa Barat siang hari mayoritas diprediksi cerah berawan, namun malam hari di Depok dan Bogor diprakirakan hujan ringan
Lalu di Kota Tangerang, Banten diprakirakan cerah berawan di siang hari dan malamnya berawan tebal, seperti laporan BMKG melalui laman resminya www.bmkg.go.id.
Berikut informasi prakiraan cuaca Jabodetabek selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG:
Kota | Pagi | Siang | Malam |
Jakarta Barat | Berawan | Cerah Berawan | Berawan Tebal |
Jakarta Pusat | Berawan Tebal | Cerah Berawan | Berawan Tebal |
Jakarta Selatan | Berawan Tebal | Cerah Berawan | Hujan Ringan |
Jakarta Timur | Berawan Tebal | Cerah Berawan | Berawan Tebal |
Jakarta Utara | Berawan Tebal | Cerah Berawan | Berawan Tebal |
Kepulauan Seribu | Berawan Tebal | Cerah Berawan | Berawan Tebal |
Bekasi | Berawan Tebal | Cerah Berawan | Berawan Tebal |
Depok | Berawan Tebal | Cerah Berawan | Hujan Ringan |
Kota Bogor | Berawan Tebal | Berawan | Hujan Ringan |
Tangerang | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Berawan Tebal |
BMKG: Waspadai Puting Beliung dan Hujan Lebat di Jawa Tengah pada Oktober
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai angin puting beliung yang berpotensi terjadi pada masa pancaroba atau peralihan dari musim kemarau menuju musim hujan.
"Saat ini sejumlah wilayah Jawa Tengah termasuk Cilacap, Banyumas, dan sekitarnya, akan segera mengalami masa peralihan dari musim kemarau menuju musim hujan, yang ditandai dengan hujan dengan intensitas ringan hingga sedang yang mulai turun dalam beberapa hari terakhir dan kadang disertai dengan petir," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Sabtu (28/9/2024).
Pada masa peralihan musim, lanjutnya, suhu udara biasanya mengalami peningkatan seperti halnya di Cilacap yang beberapa hari lalu rata-rata maksimal 31 derajat Celcius. Namun suhu udara maksimum saat sekarang mencapai 32 derajat Celcius dan akan terus meningkat pada bulan Oktober.
Selain itu, kata dia, kondisi arah angin juga akan mengalami perubahan dan menjadi sangat variatif.
"Namun yang perlu diwaspadai pada masa peralihan adalah potensi terjadinya angin puting beliung, bahkan hujan es seperti yang terjadi di Kecamatan Randudongkal, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, pada hari Kamis (26/9) kemarin," katanya yang dikutip dari Antara.
Lebih lanjut dia mengatakan prakiraan awal musim hujan untuk wilayah Banyumas secara umum terjadi pada dasarian (10 hari) pertama Oktober, kecuali di sebagian kecil wilayah Banyumas bagian utara sudah masuk musim hujan pada dasarian ketiga September 2024.
"Prakiraan puncak musim hujan di Banyumas secara umum pada November 2024, kecuali sebagian kecil Banyumas bagian utara pada Desember 2024 dan sebagian kecil Banyumas bagian barat pada Februari 2025. Sifat curah hujan musim hujan Normal," katanya.
Sementara prakiraan awal musim hujan untuk wilayah Cilacap, kata dia, terjadi pada dasarian ketiga September hingga dasarian ketiga Oktober.
Menurut dia, wilayah yang paling cepat memasuki awal musim hujan adalah wilayah pesisir selatan Cilacap yaitu pada dasarian ketiga September.
Selanjutnya awal musim hujan di wilayah Cilacap bagian tengah diprakirakan pada dasarian pertama Oktober, wilayah Cilacap bagian barat pada dasarian kedua Oktober, dan wilayah Cilacap bagian utara pada dasarian ketiga Oktober 2024.
"Puncak musim hujan untuk wilayah selatan dan tengah Cilacap terjadi pada November 2024, sedangkan wilayah barat dan utara Cilacap pada Januari-Februari 2025. Jadi, waspadailah cuaca ekstrem pada saat masa peralihan dan saat puncak musim hujan," kata Teguh.
Advertisement
Surabaya jadi Tuan Rumah Hajatan Ilmuwan ASEAN untuk Atasi Krisis Iklim
Surabaya menjadi sorotan dengan berlangsungnya "Humboldt Kolleg – Translate Southeast Asia 2024" pada 18 hingga 21 September. Acara ini menghadirkan 85 Humboldtians dari Asia Tenggara, ilmuwan Jerman, dan peneliti muda Surabaya untuk membahas strategi transformatif guna menghadapi krisis iklim yang semakin mendesak.
Sebagai wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim, Asia Tenggara menghadapi bencana alam yang semakin sering, kenaikan suhu ekstrem, kenaikan permukaan laut, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Faktor geografis seperti garis pantai yang luas serta ketergantungan pada sektor pertanian dan populasi yang padat menambah kompleksitas tantangan yang dihadapi. Oleh karena itu, Humboldt Kolleg 2024 menjadi langkah penting untuk mengadopsi pendekatan inovatif dalam menangani dampak perubahan iklim.
Humboldt Kolleg 2024 dibuka oleh Duta Besar Jerman untuk Indonesia Ina Lepel. Humboldtians adalah para ilmuwan yang pernah mendapatkan program fellowship dan penghargaan dari Alexander von Humboldt Foundation yang berada di Jerman. Jaringan Humboldt sendiri adalah komunitas global bergengsi dengan lebih dari 30.000 anggota yang tersebar di lebih dari 140 negara, di antaranya terdapat 61 peraih Nobel.
Adapun kawasan ASEAN merupakan rumah bagi 336 Humboldt fellows yang berdedikasi, di mana 34 di antaranya berdomisili di Indonesia. Mereka rutin bertemu dan menghasilkan kajian-kajian ilmiah penting yang bersifat multidisipliner yang diimplementasikan di kampus di mana mereka berkarya.
"Sinergi dan kolaborasi antar Humboldtian lintas negara menjadi kekuatan kami sesuai dengan semboyan lembaga yang mendanai kegiatan kami yakni Once a Humboldian always a Humboldtian," ungkap Leenawaty Limantara dari Universitas Kristen Petra dalam pernyataannya yang diterima Liputan6.com, Senin (23/9/2024).
Beberapa tema utama diangkat dalam pertemuan ini, salah satunya adalah praktik keberlanjutan inovatif dengan fokus pada transisi ke ekonomi sirkular. Langkah ini penting untuk meminimalkan limbah dan memaksimalkan efisiensi sumber daya melalui proses manufaktur yang berkelanjutan. Mengoptimalkan sirkularitas dapat secara signifikan mengurangi jejak lingkungan akibat aktivitas manusia.
Investasi dalam energi terbarukan dan pengelolaan karbon juga menjadi sorotan. Alternatif energi terbarukan seperti energi surya, angin, dan biomassa harus menjadi prioritas untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Selain itu, peningkatan teknik penyerapan karbon melalui reforestasi dan teknologi penangkapan emisi karbon di sumbernya juga menjadi kunci.
Kolaborasi lintas disiplin dipandang sebagai cara efektif untuk menjembatani kesenjangan antara penelitian ilmiah, kebijakan, dan implementasi praktik nyata. Sinergi ini diperlukan untuk mengembangkan solusi holistik yang inovatif dan dapat disesuaikan dengan berbagai konteks regional. Penggabungan pengetahuan adat dengan pendekatan ilmiah modern, terutama di bidang pertanian dan kesehatan, diyakini dapat meningkatkan ketahanan komunitas dalam menghadapi perubahan iklim.
Institusi pendidikan, terutama universitas, diharapkan menjadi teladan dengan memimpin inisiatif keberlanjutan. Ini dapat dilakukan dengan mengintegrasikan energi terbarukan, memajukan program daur ulang, dan menanamkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dalam praktik operasional mereka.
Institusi lainnya juga didorong untuk menjadi pengaruh utama dalam membentuk kebijakan dan praktik komunitas melalui panduan strategis dan pengembangan kebijakan yang mempromosikan praktik berkelanjutan. Pendidikan harus berevolusi dengan mencakup tantangan keberlanjutan saat ini dan masa depan melalui kurikulum yang melibatkan proyek praktis dan kesempatan pemecahan masalah dunia nyata.
Keterlibatan masyarakat lokal menjadi komponen penting, dengan penekanan pada hubungan kuat melalui layanan dan program penyuluhan. Universitas dan lembaga penelitian diharapkan mendukung praktik berkelanjutan dan pemberdayaan ekonomi melalui proyek-proyek lokal.
Sebagai ketua penyelenggara Humboldt Kolleg 2024 adalah KRMH Tatas Hardo Panintingjati Brotosudarmo dari Universitas Ciputra Surabaya, berkolaborasi dengan Leenawaty Limantara dari Universitas Kristen Petra dan Felycia Edi Soetaredjo dari Universitas Katolik Widya Mandala.
Sementara itu, para ahli Jerman seperti Markus Egerman dari Leibniz Institute of Ecological Urban and Regional Development dan Peter von Philipsborn dari Ludwig-Maximilians-Universität München, dan Heike Grimm dari Willy Brandt School of Public Policy Erfurt berbagi pemikiran dan pengalaman mereka dalam transformasi sosial dan penanganan krisis iklim.
Kolaborasi internasional berkelanjutan diidentifikasi sebagai kunci meningkatkan pembelajaran bersama dan memperkuat upaya menghadapi tantangan iklim. Asia Tenggara dipandang dapat memanfaatkan keahlian global melalui kolaborasi penelitian, program pertukaran pendidikan, dan proyek-proyek pengembangan bersama.
Hasil dan rekomendasi dari Humboldt Kolleg 2024 disebut menawarkan kerangka kerja yang jelas untuk memerangi perubahan iklim dan mendorong pembangunan berkelanjutan di Asia Tenggara. Dengan mengintegrasikan strategi-strategi ini, kawasan ini dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang selaras dengan perlindungan lingkungan dan kesejahteraan sosial.