Alasan Mendalam Kenapa Mbah Moen hingga Gus Baha Suka Guyon dalam Ceramahnya

Gus Baha berpendapat bahwa pendakwah memiliki tanggung jawab untuk menciptakan suasana yang positif dalam setiap ceramah.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Okt 2024, 13:30 WIB
KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim, lebih akrab dikenal sebagai Gus Baha, adalah sosok pendakwah yang tidak hanya menyampaikan pesan agama, tetapi juga menghibur.

Dalam setiap ceramahnya, Gus Baha memiliki cara unik untuk menarik perhatian jemaahnya dengan menyelipkan humor, membuat suasana ngaji terasa lebih hangat dan akrab.

Gus Baha menyadari bahwa kehadiran humor dalam dakwah sangat penting. “Saya itu ngaji di mana-mana itu suka guyon. Karena bapak saya, Mbah Moen, suka guyon,” ungkapnya dalam sebuah video yang dikutip kanal Youtube @ngajigusbaha.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa tradisi humor sudah mengakar dalam keluarganya, dan dia ingin meneruskan warisan tersebut dalam setiap kesempatan dakwah.

Masyarakat, menurut Gus Baha, cenderung menjauh jika dakwah disampaikan dengan cara yang monoton.

“Agama ini harus membawa kecerian sosial dan hati,” tegasnya. Pesan yang disampaikan dengan cara menyenangkan akan lebih mudah diterima dan dikenang oleh masyarakat.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Selain Karena Guru, Apa Alasan Lainnya?

Almaghfurlah KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen. (Sumber foto: NU Online)

Bagi Gus Baha, hal ini merupakan strategi penting dalam mendekatkan agama kepada umat.

Gus Baha berpendapat bahwa pendakwah memiliki tanggung jawab untuk menciptakan suasana yang positif dalam setiap ceramah. “Orang itu harus senang dengan kebaikan. Karena rata-rata orang senangnya itu kalau ada maksiat,” ujarnya.

Melalui humor, Gus Baha ingin menunjukkan bahwa agama dapat dipandang dari sisi yang lebih cerah, bukan hanya sebagai seperangkat aturan yang mengekang.

Gus Baha juga menyampaikan kekhawatirannya terkait cara penyampaian dakwah yang kaku. Ia yakin bahwa jika pendekatan ini diteruskan, masyarakat akan merasa enggan untuk mendekat.

“Misal pas baru datang ngaji sudah merengut, ada murid salah duduk, marah, salah posisi meja, pasti orang-orang mikirnya, daripada ngaji dimarahin terus, mending nggak gitu,” jelasnya.

Hal ini menggambarkan bahwa suasana yang terlalu tegang dapat mengurangi minat masyarakat untuk belajar agama.

Dalam pandangannya, menyelipkan canda-canda saat ngaji bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sebuah cara untuk membangun kedekatan emosional antara pendakwah dan jemaah.

“Pokoknya saya setiap ngaji seperti ini, mejanya nggak jelas, pengunjungnya nggak jelas juga. Semakin kacau, semakin baik,” tuturnya sambil disertai gelak tawa. Ungkapan ini menunjukkan bahwa dia tidak menganggap serius suasana formal, melainkan lebih pada keakraban dan kebersamaan.

Humor yang dibawa Gus Baha tidak hanya menciptakan suasana ceria, tetapi juga memudahkan pemahaman. Dengan cara yang lucu, pesan-pesan penting mengenai ajaran agama dapat disampaikan dengan lebih efektif. Jemaah yang merasa terhibur cenderung lebih terbuka dan menerima materi dakwah yang disampaikan.


Tujuan Gus Baha Ngaji

Gus Baha dikaplok Kiai Agus Ali Mashuri, saking lucunya. (Foto: SS YT Progresif TV)

Melalui pendekatan yang tidak kaku ini, Gus Baha berhasil menjangkau lebih banyak orang, termasuk mereka yang sebelumnya mungkin enggan untuk mengikuti ceramah agama.

Hal ini menunjukkan bahwa dakwah dapat menjadi medium yang menyenangkan, bukan sekadar kewajiban yang membosankan. Gus Baha menjadikan humor sebagai senjata untuk memikat hati jemaah, menjadikannya pendakwah yang sangat dicintai.

Sebagai pendakwah, Gus Baha memiliki tujuan mulia untuk menyebarkan kebaikan. Dengan cara yang menghibur, ia berharap masyarakat dapat melihat agama sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak terpisahkan.

Humor dalam dakwah bukanlah hal yang sepele, itu adalah jembatan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menciptakan masyarakat yang lebih harmonis.

Gus Baha juga mengingatkan bahwa di tengah berbagai tantangan yang dihadapi masyarakat saat ini, humor bisa menjadi obat yang ampuh.

“Agama harus membuat kita bahagia. Kebaikan harus terasa menyenangkan,” tambahnya. Dengan semangat ini, ia terus berusaha menghadirkan kebahagiaan dalam setiap ceramahnya.

Dengan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya humor dalam dakwah, Gus Baha berhasil menjadi sosok yang tidak hanya dihormati, tetapi juga dicintai. Jemaah merasa nyaman dan terhubung dengan pesan-pesan yang disampaikannya.

Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan seorang pendakwah tidak hanya diukur dari jumlah jemaah, tetapi juga dari bagaimana jemaah merasakan kebahagiaan dalam mengikuti dakwah.

Gus Baha adalah contoh nyata bagaimana dakwah bisa berjalan seiring dengan hiburan. Dengan strategi yang cerdas dan pendekatan yang inovatif, ia mampu menyentuh hati banyak orang. Kini, Gus Baha tidak hanya dikenal sebagai pendakwah, tetapi juga sebagai sosok yang menginspirasi banyak orang untuk melihat agama dari sudut pandang yang lebih menyenangkan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya