Liputan6.com, New York - Negara-negara Arab bersedia menjamin keamanan Israel jika Israel mengakhiri pendudukannya dan Negara Palestina didirikan. Hal tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Yordania Ayman Safadi dalam konferensi pers yang diadakan di sela-sela Sidang ke-79 Majelis Umum PBB.
"Semua dari kita di dunia Arab, menginginkan perdamaian, di mana Israel hidup dalam kedamaian dan keamanan, diterima, dinormalisasi dengan semua negara Arab dalam konteks mengakhiri pendudukan, menarik diri dari wilayah Arab, memungkinkan munculnya Negara Palestina yang merdeka dan berdaulat berdasarkan perbatasan yang ditetapkan pada 4 Juni 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya," kata Safadi pada hari Jumat (27/9/2024) tidak lama setelah Benjamin Netanyahu menyampaikan pidatonya, seperti dilansi Al Arabiya, Selasa (1/10).
Advertisement
"Perdana menteri Israel datang ke sini hari ini dan mengatakan bahwa Israel dikelilingi oleh mereka yang ingin menghancurkannya. Kami di sini, anggota komite Muslim-Arab -yang diamanatkan oleh 57 negara Arab dan muslim- dapat memberi tahu Anda dengan sangat tegas bahwa kami semua bersedia menjamin keamanan Israel dalam konteks Israel mengakhiri pendudukan dan membiarkan berdirinya Negara Palestina."
Safadi menambahkan, "Netanyahu menciptakan bahaya karena dia tidak menginginkan Solusi Dua Negara. Jika dia tidak menginginkan Solusi Dua Negara, dapatkah Anda bertanya kepada pejabat Israel apa tujuan akhir mereka — selain hanya perang, perang, dan perang?"
"Besarnya kerusakan yang telah dilakukan pemerintah Israel — 30 tahun upaya untuk meyakinkan orang-orang bahwa perdamaian itu mungkin telah dihancurkan. Besarnya dehumanisasi, kebencian, kepahitan, akan membutuhkan waktu beberapa generasi untuk mengatasinya."
Israel, ujar Safadi, hanya berpikir tentang menghancurkan Jalur Gaza, memprovokasi di Tepi Barat, dan menghancurkan Lebanon.
"Kita tidak punya mitra perdamaian di Israel ... itulah sebabnya masyarakat internasional perlu bergerak.”
Serangan militer Israel di Jalur Gaza telah menghancurkan wilayah itu menjadi puing-puing dan menewaskan lebih dari 41.500 orang sejak 7 Oktober 2023. Pemerintah Israel mengatakan pihaknya melancarkan perang sebagai balasan atas serangan pimpinan Hamas ke Israel selatan yang mereka klaim menewaskan 1.200 warga Israel dan menyebabkan 251 orang disandera - per 28 Agustus 117 sandera telah bebas.