Liputan6.com, Jakarta - Kinerja positif Polri di bawah kepemimpinan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mendapatkan pengakuan dari dunia internasional.
Hal itu diungkap oleh Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi berdasarkan riset International Police Science Association (IPSA) berkolaborasi dengan Institute for Economics and Peace (IEP).
Advertisement
IPSA adalah sebuah organisasi nirlaba yang didirikan tahun 2013 dan terdaftar di Amerika Serikat. Sedangkan IEP merupakan lembaga riset, konsultan dan pelatihan yang didirikan tahun 2007 dan berbasis di Australia.
Dalam laporan bertajuk World Internal Security and Police Index (WISPI) 2023, IPSA dan IEP mengukur kemampuan kepolisian suatu negara dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat maupun keselamatan anggotanya.
"Hasilnya, Polri menempati peringkat ke-63 dari 125 negara dengan skor rata-rata 0,510 atau naik 21 peringkat dibanding sebelumnya di posisi 84 dari 127 negara. Sebuah lompatan signifikan yang diakui dunia internasional," kata R Haidar Alwi, Senin (30/9/2024) malam.
Riset tersebut menggunakan 12 indikator yang dikelompokkan ke dalam 4 domain berbeda. Pertama, kapasitas - mengevaluasi sumber daya yang dialokasikan masing-masing negara untuk memperkuat aparat keamanan dalam negerinya. Kedua, proses - menyelidiki efektivitas penggunaan sumber daya. Ketiga, legitimasi - mengukur sentimen publik terhadap aparat keamanan. Keempat, hasil - meneliti ancaman yang ada terhadap keamanan dalam negeri pada tahun tertentu.
Untuk keempat domain itu, Polri mendapatkan skor masing-masing 0,380 (kapasitas); 0,130 (proses); 0,580 (legitimasi); dan 0,920 (hasil). Semakin tinggi skornya, maka akan semakin baik.
Khusus untuk domain hasil dengan skor 0,920 menjadi yang tertinggi ke-tiga di antara 125 negara setelah Norwegia (0,940) dan Singapura (0,960). Bahkan, lebih tinggi dari Denmark (0,890) dan Finlandia (0,880) yang menempati peringkat 1 dan 2.
"Artinya, gangguan keamanan yang ada saat ini termasuk berisiko rendah dan bukan ancaman serius bagi keamanan dan ketertiban dalam negeri Indonesia," jelas R Haidar Alwi.
Tak Boleh Berpuas Diri
Namun, dengan capaian itu, Polri tidak boleh berpuas diri.
"Diperlukan perbaikan pada domain kapasitas dan domain proses terkait alokasi dan efektivitas sumber daya yang skornya masih lebih rendah dari dua domain lainnya," imbuh R Haidar Alwi.
Apalagi di sisi lain, angka kriminalitas di Indonesia, kawasan Asia Tenggara, Benua Asia maupun dunia menunjukkan peningkatan.
Global Criminalization Crime Index mencatat, Indonesia menempati peringkat ke-21 dalam daftar negara dengan tingkat kriminalitas tertinggi di dunia. Indonesia mendapatkan skor 6,85 poin di tahun 2023 atau naik 0,48 poin dibanding tahun 2022.
Sedangkan tingkat kriminalitas di Asia Tenggara naik 0,37 poin menjadi 5,82 poin. Sementara tingkat kriminalitas di Asia naik 0,17 poin menjadi 5,47 poin. Secara global, tingkat kriminalitas naik 0,16 poin menjadi 5,03 poin.
"Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, sinergitas dengan lembaga lain serta melihat terobosan dan perbaikan kinerja yang signifikan, saya optimis Polri mampu mengendalikan gangguan kamtibmas menghadapi tantangan keamanan dalam negeri, kawasan dan global," pungkas R Haidar Alwi.
Advertisement