The Fed Beri Sinyal Pangkas Suku Bunga Lagi

Ketua the Fed Jerome Powell mengatakan apabila data ekonomi tetap konsisten, kemungkinan akan ada dua kali pemotongan suku bunga lagi tahun ini tetapi dalam jumlah yang lebih kecil.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 02 Okt 2024, 11:00 WIB
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell mengindikasikan pemangkasan suku bunga selanjutnya akan lebih kecil.

Melansir CNBC International, Rabu (2/10/2024) kepala bank sentral Amerika Serikat itu menegaskan dalam pidatonya di Nashville, Tennessee, ia dan rekan-rekannya akan berusaha menyeimbangkan penurunan inflasi dengan mendukung pasar tenaga kerja dan membiarkan data memandu pergerakan di masa mendatang.

"Risikonya ada dua sisi, dan kami akan terus membuat keputusan kami dalam setiap pertemuan," ungkap Powell.

Powell mengatakan bahwa apabila data ekonomi tetap konsisten, kemungkinan akan ada dua kali pemotongan suku bunga lagi tahun ini tetapi dalam jumlah yang lebih kecil, seperempat poin persentase. 

"Ini bukan komite yang merasa terburu-buru untuk memangkas suku bunga dengan cepat," ujarnya usai pidatonya dengan ekonom Morgan Stanley Ellen Zentner.

"Jika ekonomi berjalan sesuai harapan, berarti akan ada pemangkasan suku bunga dua kali lagi tahun ini, totalnya 50 (basis poin) lebih banyak."

Pernyataan Powell muncul kurang dari dua pekan setelah Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menetapkan suku bunga menyetujui pengurangan setengah poin persentase, atau 50 basis poin, dalam suku bunga pinjaman utama The Fed semalam. 

Menanggapi keputusan suku bunga pada pertemuan 17-18 September, Powell mengatakan, langkah itu mencerminkan keyakinan para pembuat kebijakan sudah waktunya untuk "kalibrasi ulang" kebijakan yang lebih mencerminkan kondisi saat ini.

"Keputusan tersebut mencerminkan keyakinan kami yang semakin meningkat bahwa, dengan kalibrasi ulang yang tepat atas sikap kebijakan kami, kekuatan di pasar tenaga kerja dapat dipertahankan dalam lingkungan pertumbuhan ekonomi moderat dan inflasi yang bergerak secara berkelanjutan hingga mencapai tujuan kami," tuturnya.

"Kami tidak percaya bahwa kami perlu melihat pendinginan lebih lanjut dalam kondisi pasar tenaga kerja untuk mencapai inflasi 2 persen," tambah Powell.


Joe Biden Ramal The Fed Terus Pangkas Suku Bunga

Presiden ke-47 Amerika Serikat Joe Biden. (Dok. AFP)

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan bahwa ia memperkirakan Federal Reserve (The Fed) akan terus memangkas suku bunga, setelah pemotongan pada hari Kamis (20/9).

Seperti diketahui, Komite Pasar Terbuka Federal Federal Reserve (FOMC) memangkas suku bunga pinjaman utamanya sebesar setengah poin persentase, atau 50 basis poin. Keputusan tersebut menurunkan suku bunga dana federal The Fed ke kisaran antara 4,75%-5%.

Presiden AS menyebut pemotongan suku bunga setengah poin persentase oleh bank sentral AS sebagai kabar baik bagi konsumen. Biden pun menyatakan komitmen pemerintahannya untuk terus berupaya menurunkan inflasi di AS.

"Suku bunga akan turun dan diperkirakan akan terus turun. Itu adalah posisi yang baik bagi kita," ungkap Biden dalam acara Economic Club of Washington, dikutip dari US News, Jumat (20/9/2024).

Biden juga optimistis inflasi AS kini jauh lebih dekat dengan target 2% The Fed. 

"Saya tidak di sini untuk merayakan kemenangan. Kita masih punya banyak pekerjaan yang harus dilakukan," Biden menambahkan.

Kepala staf presiden AS, Jeff Zients, mengatakan kepada wartawan melalui panggilan telepon bahwa banyak ekonom memperkirakan resesi perlu terjadi jika bank sentral ingin menurunkan inflasi yang tinggi.

Tetapi ia menilai, prediksi mereka salah karena kebijakan Biden yang bertujuan untuk memperluas manufaktur dalam negeri, berinvestasi dalam energi bersih dan infrastruktur lainnya, serta membatasi biaya obat untuk masyarakat lansia dan membantu menciptakan 16 juta pekerjaan dan menaikkan upah.   


Menkeu AS Yellen: The Fed Pangkas Suku Bunga jadi Tanda Baik bagi Ekonomi AS

Menteri Keuangan AS Janet Yellen dalam sesi House Financial Services Committee. (AP)

Adapun, Menteri Keuangan AS Janet Yellen menyambut keputusan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) pada Kamis (19/9).

Mengutip Channel News Asia, Yellen menilai bahwa keputusan bank sentral AS untuk memangkas suku bunga merupakan tanda yang sangat positif bagi kondisi ekonomi terbesar di dunia tersebut.

Pernyataan Yellen disampaikan sehari setelah The Fed memutuskan pemangkasan suku bunga agresif pertama sejak tahun 2020 saat inflasi mereda.

"Hal ini mencerminkan keyakinan The Fed bahwa inflasi telah turun drastis dan berada di jalur kembali ke target dua persen, dan bahwa risiko terkait inflasi telah benar-benar berkurang secara signifikan," ujar Yellen dalam sebuah acara di Washington.

"Pada saat yang sama, kita memiliki pasar kerja yang tetap kuat," sambungya.

Yellen menambahkan bahwa menurunkan inflasi secara sukses dalam konteks pasar kerja yang kuat, yang dikenal sebagai soft landing, adalah "persis seperti yang kita lihat dalam perekonomian".

Pejabat The Fed kini memperkirakan akan ada penurunan satu poin persentase penuh suku bunga lagi pada akhir tahun 2025 dan setengah poin pada tahun 2026. FOMC juga mencatat bahwa penambahan lapangan kerja telah melambat dan tingkat pengangguran telah meningkat tetapi tetap rendah.


BI Ramal The Fed Turunkan Suku Bunga Lagi, Kapan?

Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Sebelumnya, Bank Indonesia memproyeksikan Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga lebih besar lagi hingga akhir tahun 2024. Sebelumnya, The Fed telah memangkas suku bunga sebesar 50 bps ke kisaran 4,75%-5,00% pada September 2024.

"FFR ini akan turun lebih cepat dan lebih besar dibandingkan perkiraan kita sebelumnya," kata Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Juli Budi Winantya, dalam Taklimat Media di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (24/9/2024).

Proyeksi Bank Indonesia tersebut didasarkan pada tiga indikator utama, yakni perekonomian global yang cenderung melambat, sehingga semakin jelas bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga.

"Perekonomian global, dinamika dari ekonomi global ini intinya adalah bahwa ekonomi dunia cenderung melambat," kata Juli.

Sesuai Waktunya

Sebagaimana pernyataan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, menurut Juli, kejelasan pergerakan Fed Fund Rate ini sesuai dengan waktunya.

Padahal, jika dilihat pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) sebelumnya, BI memproyeksikan bahwa penurunan suku bunga The Fed akan berlangsung lebih lama.

 

 


Indikator Selanjutnya

Gedung BI raih penghargaan dari Ikatan Arsitek Indonesia. Dok: Bank Indonesia

"Ini yang disampaikan Pak Gubernur. Salah satu alasan BI-rate diturunkan adalah karena kejelasan pergerakan FFR, sesuai dengan timing-nya dan juga terkait dengan usahanya. Di RDG BI bulan lalu, kita belum melihat ada kepastian, namun pada RDG September ini semakin jelas terkait dengan penurunan suku bunga," ujar dia.

Indikator Selanjutnya

Indikator kedua yang menjadi dasar proyeksi Bank Indonesia adalah inflasi global yang cenderung menurun, terutama inflasi di negara maju, termasuk Amerika Serikat.

"Inflasi cenderung menurun. Ini menggambarkan bahwa inflasi di negara maju menurun, terutama di Amerika Serikat, dan mengarah pada sasaran jangka panjang," ujar Juli.

Selanjutnya, indikator ketiga adalah penilaian Bank Indonesia terhadap penurunan suku bunga The Fed, yaitu penurunan penyerapan tenaga kerja di Amerika Serikat yang cenderung turun.

"Tiga hal tadi yang mendasari penilaian kita bahwa FFR ini akan turun lebih cepat dan lebih besar, dimulai September ini," pungkasnya.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya