Jamin Ketersediaan Air, Perumda Gapura Tirta Rahayu Didorong Jadi PDAM Modern

Jajaran PDAM Purwakarta saat ini telah melakukan beberapa hal, mulai dari upaya menyudahi problem soal distribusi air yang tersendat, hubungan dengan pelanggan, hingga pembenahan SDM di lingkup internal

oleh Asep Mulyana diperbarui 02 Okt 2024, 13:19 WIB
Direktur Utama Perumda Gapura Tirta Rahayu Riana A. Wangsadiredja. (ist)

Liputan6.com, Purwakarta Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Gapura Tirta Rahayu Kabupaten Purwakarta, terus berinovasi guna memaksimalkan pelayanan air bersih kepada kepada para pelanggannya.

Saat ini perusahaan air minum milik pemerintah daerah itu sedang memulai proses metamorfosa menjadi perusahaan air minum yang modern. Direktur Utama Perumda Gapura Tirta Rahayu Purwakarta Riana A. Wangsadiredja, menjelaskan, sejauh ini peningkatan mutu pelayanan terhadap para pelanggan, menjadi prioritas utama yang terus diupayakan jajarannya.

"Untuk mengejawantahkan hal itu, kita melakukan akselerasi dan gebrakan dari semua aspek," kata Riana.

Riana mengklaim, jajaran saat ini telah melakukan beberapa hal, mulai dari upaya menyudahi problem soal distribusi air yang tersendat, hubungan dengan pelanggan, hingga pembenahan SDM di lingkup internal.

Kalaupin masih sering terdengar adanya pelanggan yang mengeluh soal distribusi air yang kerap tersendat, menurut dia, hal tersebut disebabkan oleh faktor teknis.

Seperti mayoritas infrastruktur jaringan perpipaan di PDAM sudah tua dan rusak. Saat ini, pihaknya tengah mendorong untuk aegera dilakukan peremajaan.

"Tak bisa ditampik bahwa selama ini pasokan air ke para pelanggan belum optimal. Perlu saya jelaskan bahwa PDAM Purwakarta terbagi dalam lima wilayah operasional. Satu kantor pusat dan empat kantor cabang. Wilayah tersebut yakni Purwakarta kota, Purwakarta Utara, Wanayasa-Kiarapedes, Bojong-Darangdan, Plered-Tegalwaru," jelasnya.

Dia juga menjelaskan, tersendatnya pasokan air di masing-masing wilayah, disebabkan oleh faktor yang berbeda-beda. Seperti untuk wilayah Wanayasa-Kiarapedes, terganggunya pasokan air karena faktor alam.

Sebab, di wilayah ini mengandalkan sumber air dari sungai Cihanjawar dan Cisigung. Musim kemarau panjang sangat berpengaruh terhadap kondisi debit air.


Pasokan Air

Debit yang menurun, dengan sendirinya mengakibatkan aliran menjadi tak optimal. Padahal sumber air Cihanjawar bukan hanya dipasok untuk Wanayasa-Kiarapedes, tetapi juga untuk wilayah Bojong Darangdan. Kami gunakan dengan sistem bergilir.

"Salah satu cara untuk mengatasinya, kami akan memanfaatkan sumber air yang baru, yakni mata air Pemandian Kuda yang berada di Kecamatan Bojong. Saat ini sudah sampai ke tahap perencanaan dan persiapan. Sudah dilakukan Feasibility study. Kita realisasikan pada 2025," kata Riana.

Kedepan, kata dia, wilayah-wilayah tersebut mendapat tambahan debit air. Sehingga, nantinya tidak perlu bergiliran lagi.

Untuk wilayah problem di wilayah Plered-Tegalwaru, tak berbeda jauh dengan di Wanayasa dan Bojong. Di wilayah Plered-Tegalwaru, juga karena faktor alam. Kemarau membuat aliran air yang berasal dari sungai Ciwangun menjadi kecil.

Terkait jumlah pelanggan di wilayah tersebut, saat ini memang masih sedikit. Yakni, kurang dari seribu pelanggan. Namun yang menarik, permintaan masyarakat untuk menjadi pelanggan sangat tinggi sebab umumnya sudah susah jika memanfaatkan air tanah. Ini tantangan bagi kita.

"Makanya kita berupaya mencari sumber air yang baru. Wilayah ini hanya perlu pengembangan. Instalasi masih layak dan bagus," ujarnya.

Sementara pasokan air untuk Purwakarta Kota dan Cabang Purwakarta Utara, dia menuturkan, itu bersumber dari tiga titik, yakni Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sadang, IPA Ubrug Jatiluhur, dan mata air Cilembangsari, Cigoong yang berlokasi di Kecamatan Bojong.

Untuk Purwakarta Utara meliputi sebagian kecil Babakancikao, yakni Perumahan Gandasari di Cigelam, dan Sebagian kecil Campaka. Di wilayah Purwakarta Kota dan Purwakarta Utara merupakan wilayah dengan jumlah pelanggan terbanyak, yakni 24 ribu.

"Ada beberapa wilayah yang terkendala pasokan karena elevasinya ada di atas. Misalnya di Kampung bebesaran, Gembong, Purwamekar, dan Perumahan Gandasari," kata Riana.

Penyebab utama sering terjadi kendala yakni sumber air dari Cilembangsari dan Cigoong tak bisa optimal memasok air ke kota karena banyak titik kecoboran akibat jaringan perpipaan yang sangat tua. Usia teknisnya sudah lama habis.

Meski begitu, debit air memang mencukupi, tapi tak bisa optimal, terutama di wilayah Purwakarta Timur seperti Cimaung, Perumahan BJI dan Dian Anyar.

Jalur ini masih menggunakan pipa asbes sepanjang 23 KM yang belum pernah diganti sejak 1979. Padahal, jika dilakukan peremajaan terhadap instalasi, sangat berpotensi untuk menambah cakupan.

Perlu diketahui bahwa kualitas air Cilembangsari-Cigoong lebih bagus dari pada air Jatiluhur.

"Adapun solusi jangka pendek, yakni memperbaiki kebocoran. Sedangkan solusi jangka panjang adalah melakukan peremajaan pada 2025. Persiapannya sudah hamper selesai," jelasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya